Khalid Menghilang

5.3K 563 3
                                    

#10

"Apa dia pake baju merah." Aku sungguh khawatir kalau sosok di balik jendela itu Rahmi. Khalid menggelengkan kepala. Seketika itu nafasku langsung lega.

"Terus pakai baju apa?" tanyaku lagi.

"Putih."

"Apa dia masih di sana?"

Khalid kembali menggelengkan kepala.

"Udah pergi?"

Khalid menengok ke arah jendela dan tersenyum.

"Ibu-ibunya udah masuk, Abah."

Seketika itu, bulu kudukku merinding. Terutama di bagian pundak kanan.

"Sekarang dia lagi ngapain?" Aku mulai penasaran.

"Lagi duduk di kursi." Khalid menatap kursi di pojok ruangan, dekat jendela.

"Bilang sama dia, jangan di sini," ucap Ibu.

"Kasian, Nek. Dedek bayinya kedinginan kalau di luar."

Deg! Jantungku mulai berdebar kencang. Kulirik kursi itu dengan ekor mata. Lalu bergerak menjauh, dekat ibu.

"Kenapa kamu, Dar?" tanya Ibu dengan senyuman meledek.

"Takut ah, Bu," sahutku.

"Kamu ini gimana sih, Dar. Baru segitu aja udah takut."

"Udah ah, jangan dibahas." Kucubit pelan perut ibu.

"Sayang, malam ini, minta ibu itu nemenin abah tidur," pinta ibu.

"Ibu ...." Aku melotot ke arahnya.

"Iya, Nek." Bibir kecil Khalid mengembang.

"Jangan dong, sayang."

Tiba-tiba ibu tertawa, "Dari dulu masih penakut," ledek Ibu.

Aku hanya bisa menghela nafas, melihat kelakuan mereka berdua. Di sisi lain, aku sangat senang bisa melihat senyuman Khalid lagi.

"Sayang, kamu tidur ya, udah malam." Kutarik kursi kecil, duduk di sampingnya. Mengelus-elus rambutnya. Matanya mulai terpejam. Tak lama ia pun tertidur.

Ibu udah berbaring di sofa panjang. Sepertinya ia sengaja untuk memintaku tidur di kursi pojok. Tempat wanita dan bayinya duduk.

Aku tak kehabisan akal. Kududuk di samping brankar. Lalu membaringkan kepala, tepat di samping tubuh Khalid. Kepejamkan mata. Belum sempatku tertidur. Ada sentuhan halus di tangan. Sentuhan yang terasa begitu dingin.

Dengan mata setengah terbuka, kulihat ada seseorang sedang berdiri di sebrang. Rambutnya panjang dan mengenakan gaun putih. Persis dengan apa yang dibilang Khalid tentang wanita itu.

Spontanku buka mata lebar-lebar, ternyata tidak ada siapa-siapa. Kembali kupenjamkan mata. Kejadian itu pun berulang. Sampai akhirnya aku membaca ayat kursi berulang kali, dengan mata terpejam. Tak terasa, aku pun tertidur.

*

"Dar, bangun!" Ibu mengoyang-goyang tubuhku.

Mataku terasa berat, sulit sekali terbuka. Punggung pun terasa pegal karena posisi tidur yang kurang nyaman.

"Aw." Aku meringis kesakitan. Ternyata tidak hanya punggungku saja yang sakit. Kaki dan lengan pun terasa sakit. Ditambah kepala yang pusing sekali.

"Kenapa kamu teriak, Dar?"

"Badan sakit semua, Bu. Lagian ibu pake digoyang-goyangin segala," protesku.

"Mungkin baru kerasa efek kecelakaan kemaren. Ya udah tiduran aja dulu di sofa," perintah Ibu.

Kutukan Kembang DesaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang