2.

612 66 33
                                    

Seperti biasa pukul setengah tujuh pagi Atha tengah memanaskan motor miliknya dan kakaknya sembari menunggu Gala yang masih sibuk bersiap. Bangkit datang dengan satu kantung kresek berwarna hitam ia sodorkan pada Atha.

"Dari Mama, katanya semangat latihan volinya." Hubungan kedua keluarga bisa dibilang sudah begitu dekat, jadi tak heran jika Mama Bangkit begitu perhatian pada Atha.

"Wah! Mama emang the best, lah!" Memasukan kotak bekal yang berisi dua tumpuk sandwich berisi stroberi, hari ini hari kamis yang artinya Atha akan pulang malam untuk mengikuti ekstra voli.

"Yok, berangkat." Gala keluar dengan seragam rapih dan tas punggung berwarna abu-abu miliknya. "Ga, temen lo Benjamin emang se-aneh itu, yah?" Bangkit membuka suara saat kendaraan roda dua milik tetangganya sudah berselancar nyaman dijalan raya.

"Aneh gimana?" Kening Gala berkerut bingung, pasalnya ia belum menemukan ke-anehan pada diri Ben. "Yang waktu itu gue nunggu lama banget, kan Ben pulang duluan, kan? Dia ijin apaan kok bisa pulang cepet?" Bangkit kembali mengungkit pada saat pertama kali ia dan Benjamin mengobrol dan sampai pulang berboncengan.

"Katanya ada perlu keluarga jadi pulang duluan, emang kenapa?" Gala sedikit memiringkan kepala agar mendengar dengan jelas suara Bangkit karna angin kencang dan suara kendaraan sekitar ditambah helmnya membuat dirinya tuli seketika.

"Perlu keluarga kok sempet-sempetnya nganterin gue?" Gumam Bangkit yang tak terdengar oleh Gala. Mereka memasuki gerbang dengan sedikit pelan soalnya jam sudah mepet pukul 7 pagi, siswa baru saja berdatangan begitu ramai.

Atha tengah duduk disalah satu kursi kantin, sendirian. Walaupun ia dibekali bekal oleh Mama Bangkit tapi hasratnya untuk memakan mie goreng menguar begitu hebatnya.

Satu piring berisi mie goreng diletakkan didepannya bersamaan dengan semangkuk bakso milik orang yang mengantar, Gale. "Eh, lo sekolah sambil magang dikantin apa gimana?" Atha dengan mulut asal ceplosnya bertanya pada pemuda yang mengambil duduk disebrangnya.

"Haha, lo adiknya Gala?" Gale hanya tertawa sebentar lalu bertanya dengan gamblang. "Iya, gue Atha, kenapa? Ada perlu sama kakak gue?" Balas Atha menyuap mie kedalam mulutnya menggunakan garpu.

"Engga ada perlu apa-apa, gue Gale." Gale membelah satu bakso yang berukuran besar seperti satu kepalan orang dewasa, bakso dikantin memang memiliki ukuran yang begitu besar ditambah tak pelit dengan tetelan padahal harganya sangat-sangat terjangkau.

"Bisa gitu nama cuma beda satu huruf doang." Atha memang belum mengenal pemuda didepannya, tapi ia kira jika berteman pun tak ada salahnya. "Takdir mungkin." Gale menaru setengah bakso besar yang ia potong pada piring Atha.

"Eh?! Ngapain?!" Adik Gala pun panik, ia bukannya tak mau menerima rezeki tapi bukankah aneh jika baru kenal sudah berbagi begitu indahnya, apalagi ini makanan.

"Dimakan." Gale hanya tersenyum namun senyumnya langsung terganti oleh tawa kasar karna bakso yang awalnya untuk Atha kini sudah melayang jauh keluar dari kantin, Adam pelakunya. Pemuda itu tiba-tiba datang entah darimana dan dengan kekuatan penuh mengambil potongan bakso dari piring Atha dan melemparnya keluar.

Seisi kantin langsung menghentikan aktifitasnya, padahal pemuda yang tiba-tiba membuat perhatian penuh padanya berlenggang dengan santai untuk memesan makanan, tak peduli sama sekali.

"Lo kenal sama dia?" Tanya Gale yang sudah tidak asing akan semua perlakuan Adam padanya. "Kenal, tapi ya ngga kenal-kenal banget." Atha memandang piringnya dengan sedikit kecewa, padahal ia ingin sekali mencoba bakso itu, malah melayang begitu saja.

"Cuma mau bilang gini, ati-ati sama Adam. Dia--" Ucapan Gale terhenti saat ia merasakan sebuah piring mendarat dengan begitu keras pada wajahnya, benar-benar keras hingga menimbulkan rasa panas dan mengeluarkan darah segar dari hidungnya.

Orbit (BTS) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang