Chapter 17 Bertukar lagi

763 98 18
                                    

Sunyi dan gelap, dua kata itu sudah cukup untuk mendeskripsikan apa yang tengah Tenn alami sekarang. Meskipun ia membuka matanya, hanya ada kegelapan yang menyambut, sama saja dengan saat ia menutup matanya.

Tubuhnya terasa sangat ringan, seolah tengah melayang, pernapasannya pun teratur, meskipun dalam keadaan yang sulit untuk dijelaskan, Tenn merasa begitu tenang disana.

Istirahat

kata itu tidak ada di dalam kamus kehidupannya. Setiap ada waktu, ia akan manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Sebagai seorang idol profesional tidak boleh ada kecacatan dalam setiap penampilan. Semua harus sempurna agar mereka yang mendukung dirinya juga merasa senang.

Benar

Ia tidak boleh merasa santai seperti ini

Ia harus bangun

Tapi meskipun berulang kali mencoba untuk sadar, Tenn tetap tidak bisa keluar dari dunia gelap itu. Masih terus mencoba, tiba-tiba sebuah suara muncul di belakangnya.

"Tenn-nii!"

Di dunia ini hanya ada satu orang yang memanggilnya seperti itu, tidak lain dan tidak bukan adalah adik kembarnya Nanase Riku.

Saat Tenn membuka matanya, bukan kegelapan lagi yang menyambutnya, melainkan sesosok laki-laki kecil dengan surai merah dan senyum yang merekah. Tidak salah lagi itu adalah Riku tapi dengan penampilan anak kecil.

"Riku...."

Tenn pun melihat ke sekeliling, ia bisa langsung tahu bahwa kini dirinya berada di kamar tidurnya saat dia masih dalam keluarga Nanase. Tapi di ruangan itu hanya ada dirinya dan Riku kecil.

Saat tangannya hendak terulur untuk meraih rambut Riku, tangannya berubah menjadi tembus pandang, tentu saja dirinya terkejut karena tidak bisa menyentuh Riku sama sekali.

Apa dia kembali ke masa lalu sekarang? Tidak, itu mustahil, meskipun jiwa nya pernah tertukar dengan Riku, sulit untuk menerima kejadian tidak masuk akal ini.

Apa dia sudah mati sehingga terjadi kilas balik kehidupannya? Itu memungkinkan, memang biasanya orang yang sekarat otaknua secara tidak sengaja akan memutar seluruh memori lama dalam kehidupannya. Tapi Tenn tahu, ia sama sekali tidak memiliki ingatan ini. Ingatan dimana Riku masuk ke kamarnya dan tengah melihat isi meja belajarnya.

"Apa ini ingatan Riku...."

Itu adalah kesimpulan terbaik yang bisa ia dapatkan setelah lama berpikir. Karena ini hanya ingatan, maka Tenn tidak bisa melakukan apapun selain memerhatikan saja.

Disana bisa dilihat Riku yang tengah duduk di meja belajar milik Tenn, ada beberapa kertas berserakan juga banyak buku dan alat tulis dimana-mana.

Riku mengambil salah satu buku lalu membacanya dengan teliti, terkadang kerutan muncul di dahinya dan terkadang ia tertawa kecil, bahkan ia juga berteriak kesal. Sungguh wajah ekspresif yang kini tengah Tenn lihat membimbingnya pada perasaan nostalgia.

"Mouu! Karena Tenn-nii ada kerja kelompok, aku pun harus sendirian lagi. Ini membosankannnnn!!!!" Teriak Riku kecil dengan kedua tangan yang mengacak-acak rambutnya sendiri.

Ah, jadi begitu ya. Dirinya tengah  bekerja kelompok bersama teman-temannya. Keadaan Riku saat itu masih belum sepenuhnya stabil, sehingga tidak diperbolehkan untuk main keluar rumah ataupun bersekolah. Teman Riku satu-satunya hanyalah kakak kembarnya seorang.

Riku termenung untuk beberapa saat tetapi kemudian ia menenggelamkan wajahnya dibalik lipatan kedua tangannya.

"Aku hanya punya Tenn-nii seorang...."

Deg

"Jika Tenn-nii pergi, aku akan sendirian."

Itu adalah isi hati Riku yang secara tidak langsung menusuk Tenn. Kilas balik ini mengingatkannya saat mereka SMP dimana dirinya lebih memilih untuk pergi bersama Kujou Takamasa.

Tidak, Tenn sama sekali tidak menyesali pilihannya itu, meskipun sebagai akibatnya ia jauh dari Riku, tapi setidaknya adik satu-satunya itu bisa mendapatkan perawatan yang lebih baik.

Justru semua pilihan hidupnya ini didasarkan oleh Riku, ia mengambil jalan sulit agar Riku bisa hidup bahagia di masa depan walau mereka terpaut jarak.

Adegan berpindah, tiba-tiba Tenn sampai di sebuah kamar lain yang didominasi warna merah, kamar yang rapi tanpa adanya debu sedikit pun. Dari warnanya saja Tenn tahu bahwa ini adalah kamar Riku tetapi tata letak barang dan tempat tidur berbeda dengan kamar Riku yang ada di dorm Ainana, kemungkinan ini adalah kamar Riku saat di rumah mereka dulu.

Tenn bisa melihat televisi yang menyala sendiri tengah menampilkan konser Trigger. Seketika itu juga Tenn baru tersadar bahwa Riku tengah duduk sambil membungkus tubuhnya dengan selimut, lampu kamar dimatikan sehingga hanya ada cahaya dari TV saja sebagai titik fokus ruangan.

Riku menyandarkan dagunya kepada kedua lututnya sembari berulang kali melirik tv dan sampul CD Trigger. Tanpa mengalihkan pandangannya, dirinya hanya terfokus kepada satu orang disana.

Orang itu tidak lain adalah Kujou Tenn, kakak kandung yang telah meninggalkannya dulu dan kini telah menjadi idol papan atas. Tak henti-hentinya juga ia mencari berbagai sumber informasi mengenai Tenn sampai pada akhirnya ia membeli semua CD album Trigger.

"Tenn-nii benar-benar hebat...."

Laki-laki itu mulai bergumam pelan.

"Jika saja *** *i*** **h**"

Secara bertahap suara Riku berubah, seperti melihat sesuatu yang error dalam komputer. Tapi nampaknya Tenn mengerti apa yang diucapkan Riku karena kedua netra matanya yang terbelalak tak percaya.

Saat ia mencoba untuk mendekati Riki, tiba-tiba saja gambar-gambar kilas balik ingatan muncul di hadapannya, serta suara-suara seperti radio yang rusak memenuhi isi kepalanya, gambar dan suara yang bercampur dan  tidak sinkron ini, membuat kepalanya pusing bukan main, napas nya menjadi tak karuan, keringat mengucur turun dengan derasnya.

Buruk, ini kondisi yang buruk, siapapun tolong bawa dia keluar dari pusaran kengerian ini.

"Tenn-nii aku...."

"HAHH?!"

"Hah ... Hah ... Hah ... Ukhhh...."

Laki-laki itu terbangun sembari memegang dadanya yang terasa sangat sesak, napasnya kembali memburu, suhu  dingin di ruangan ini bahkan tidak akan cukup untuk meredakan panas tubuhnya.

Kepalanya sangat sakit seolah ditusuk oleh beribu jarum, pandangannya pun sedikit mengabur. Meskipun berusaha untuk tetap tenang rasa sakit di dadanya ini tidak kunjung mereda.

Samar-samar ia bisa mendengar suara-suara di sampingnya, serta suara dobrakan pintu, ia tahu ada banyak orang yang tengah mengelilingi nya sekarang tapi ia tidak bisa menebak mereka siapa.

Sesuatu yang transparan tiba-tiba saja menutupi mulutnya, merasakan ada sebuah udara lebih yang disemprotkan, dengan segera ia mengambil napas sebanyak mungkin, perlahan pernapasannya pun kembali teratur.

"Ri-!!! Ka-!!!"

"...san!!"

"-kun!!!"

Perlahan pendengarannya pun kembali, laki-laki itu menutup matanya lagi sambil menghela napas kecil dari hidungnya.

'Ah, kami bertukar lagi kah....'

Cairan bening perlahan meluncur turun dari ujung penglihatannya.

Bersambung~

Mmmmaaff telat sehari!!!!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 10, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Switched CentersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang