Chapter 7 Itu Rasa Kecewa

1.4K 149 40
                                    

"Huh? Tidak ada." Gumam Mitsuki saat melihat ke dalam kulkas, tidak menemukan beberapa bahan yang ia cari untuk masakannya. Padahal baru kemarin ia berbelanja tapi bagaimana bisa melupakannya.

"Sepertinya aku harus pergi, untuk membelinya." Mitsuki pun menutup kulkas kemudian mengambil topi serta kacamata dan masker.

Saat hendak berangkat, Sogo tiba-tiba menghentikannya.

"Mitsuki-san, biarkan aku ikut."

"Eh? Apa pekerjaanmu sudah selesai?"

"Ya, aku tidak menyangka akan selesai lebih awal."

Mitsuki pun hanya ber oh ria. Mereka berdua berjalan menuju halte terdekat untuk menaiki bus menuju distrik perbelanjaan. Selama duduk di perjalanan, tidak ada topik apapun, keduanya hanya diam, sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Sogo membaca sebuah majalah dan Mitsuki sibuk dengan ponselnya.

Tidak memakan waktu yang cukup lama, kedua emak Ainana itu pun sampai di distrik perbelanjaan. Mitsuki pun langsung melesat ke bagian makanan untuk membeli beberapa bahan tentu saja diikuti oleh Sogo dibelakangnya.

Keduanya sedikit bingung, kenapa distrik perbelanjaan terasa sangat sepi, hanya ada beberapa toko saja yang buka. Penasaran, Sogo pun mencoba bertanya kepada salah satu penjual.

"Hmmm ... sebenarnya ya, distrik kami ini sedang diteror."

Keduanya terkejut.

"Teror seperti apa ya Pak?"

"Kalian belum baca berita pagi ini ya? Distrik ini diteror oleh seseorang yang bergerak dengan cepat seperti ninja. Ia mengambil makanan ataupun barang lainnya lalu berlari dengan sangat cepat. Kami semua kesulitan untuk menangkapnya hah...." Bapak penjual itu hanya bisa membuang napas panjang akan masalah yang tengah dihadapi oleh distrik perbelanjaan ini.

Padahal distrik tersebut termasuk tempat belanja paling ramai, tapi kini malah sangat sepi.

Mitsuki dan Sogo pun hanya bisa mengangguk untuk memaklumi keadaan, mungkin jika ada yang bisa mereka lakukan pasti akan mereka lakukan.

"Lalu kenapa Bapak masih buka? Bapak tidak takut dengan teror itu?" Tanya Mitsuki sambil tidak mengalihkan pandangannya dari mencari sayuran terbaik.

"Jika aku tutup, bagaimana aku bisa memberi makan anak-anakku? Tidak mungkin kami akan makan sayur-sayur ini tiap hari nya." Ujar nya dengan nada kecewa

"Semuanya jadi 3500 yen." lanjut Bapak penjual itu sambil membungkus bahan makanan yang dibeli Mitsuki.

Mitsuki pun menghitung uangnya, ia kemudian mengambil bungkusan itu dan membayarnya.

Tetapi saat akan diambil sebuah bayangan hitam tiba-tiba lewat seperti kilat, sangat cepat mengambil hasil belinya Mitsuki.

Baik Mitsuki ataupun bapak penjual itu sama-sama kaget. Tapi Mitsuki cepat tersadar, kakinya langsung berlari mengejar bayangan kilat itu.

"Mi- Mitsuki-san?!?!" Sogo yang terkejut dengan Mitsuki yang tiba-tiba berlari, ikut mengejarnya.

"Berhati-hatilah Nak!" Teriak Bapak penjual itu kala melihat Sogo mengejar Mitsuki untuk sekadar memperingati.

Dan aksi kejar-kejaran pun terjadi. Jangan lupakan stamina Mitsuki yang sangat luar biasa hingga ia bisa menyamakan bayangan tersebut.

.
.
.
.

"Iorin, apa kau merasa ada yang berbeda dari Rikkun?" Tanya Tamaki tiba-tiba.

Tamaki sudah diperbolehkan ke sekolah karena kondisi tangannya sudah lumayan membaik, walaupun dia sendiri masih tidak mau, tapi Yandere Sogo memaksa.

Switched CentersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang