Hi! Welcome di part 8!
Satu kata yang mewakili hari ini?
Silahkan tandai typo yang kalian temukan. Jangan lupa donasi vote dan ramein kolom komentar disetiap paragrafnya ya! Semoga juga temen-temen dapet pahala karena udah bikin Author seneng^^
Udah siap? Cuss baca!
Happy reading...
***
Elden mangut-mangut. "Gilanya alami," cibir Elden yang membuat keduanya tertawa bersamaan.
Elden berdekham ketika mengingat sesuatu yang belum ia temukan jawabannya. "Tadi kamu bilang luka-luka itu bukan karena berantem biasa. Jadi, karena apa?"
Bintang bergumam pelan memikirkan jawabannya agar tidak salah sasaran. Lebih baik jujur atau sebaliknya kira-kira?
"Hm?" desak Elden.
Karena tidak punya waktu untuk mengarang cerita. Lebih baik Bintang menjawab jujur. Yang ia tau Papinya ini akan sangat menghargai kejujuran seseorang. Jadi ini pasti tidak akan berakhir buruk. Nggak berakhir buruk pala lu?
"Bintang tawuran, Pi," jawab Bintang santai kayak di pantai.
"TAWURAN!?" pekik Elden terkejut bukan main, Bintang sepontan menaikkan satu bahunya hampir menutupi telinganya yang sedikit berdengung.
"Jangan main-main Bintang! Untuk apa kamu ikut tindak kriminal seperti itu?!"
"Iya, Pi. Bintang tau, tapi --"
"Bintang! jangan mengelak!"
"Tapi Bintang nggak ada niatan buat tawuran Pi. Bintang cuma bantu teman Bintang yang nggak sengaja kejebak disana. Dia perempuan, Bintang nggak bisa diem aja. Bukannya Papi yang ngajarin Bintang untuk selalu melindungi orang yang membutuhkan, terutama perempuan?"
"Sebagai pria sejati yang tampan dan berkharisma Bintang nggak mungkin diam aja, Pi," imbuhnya. "Apalagi ini calon mantu."
Elden memegangi kepalanya yang kembali terasa pening. Bintang memang tidak pernah absen membuat kepala Elden mendidih. "Mau calon mantu, calon DPR atau calon aqua sekalipun Papi nggak--"
"Itu galon, Pi," koreksi Bintang.
Elden berdecak kesal. "Cukup, Papi nggak mau dengar alasan apapun lagi. Yang Papi mau, mulai sekarang nggak ada lagi pulang dalam keadaan seperti ini!" tegasnya.
"Tap--"
"Ingat Bintang, kamu boleh melindungi orang lain tapi bukan dengan membahayakan diri kamu sendiri," lanjut Elden, suaranya menyiratkan kekhawatiran yang begitu besar.
Bintang mengangguk pasrah, "Iya, pi. Bintang minta maaf."
"Kalau kamu tetap ngeyel, Papi bakalan tendang kamu ke Amsterdam," ancam Elden sungguh-sungguh.
"Yes! Akhirnya bisa juga borong bule-bule cakep," seru Bintang kegirangan.
"Papi kirim kamu ke Amsterdam bukan buat foya-foya. Tapi jadi tukang organ tunggal pinggir jalan."
Senyum di wajah Bintang luntur begitu saja. "Yaallah, punya bapak medit amat."
"Pokoknya Papi nggak mau dengar kamu ikut tawuran lag--"
"TAWURAN?!" entah datang dari lubang sebelah mana, tiba-tiba saja Kejora sudah berada di kamar Bintang dengan raut wajah khawatir berlebihan khasnya.
Elden dan Bintang sama-sama menoleh, lalu kembali bertatapan. Seolah saling melempar pertanyaan darimana Kejora datang? Sedangkan Kejora dengan kepanikan tingkat rollercoaster di Bikinibuttom segera menangkup wajah Bintang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Toxic Wish [BACA SELAGI ON GOING]
Teen FictionFyi, garis besar dari cerita ini terinspirasi dari kisah nyata. Aku Alyra, sangat bahagia karena telah ada orang baik yang menulis cerita dengan garis besar yang diangkat dari kisahku. Terimakasih kepada kalian, nama-nama yang Tuhan izinkan masuk da...