Hi! Welcome di part 13!
Satu emot yang menggambarkan mood kalian hari ini?
Hope you guys enjoy yah! Jangan lupa ramein kolom komentar dan tandain typonya. Di akhir halaman juga tap tap tombol votenya ya. Thank you!
Happy reading,
***
Pagi ini, ruang makan rumah Desi sudah dipenuhi dengan manusia-manusia berseragam. Ken, mengenakan seragam paud-nya. Keempat gadis cantik dengan seragam khas anak SMA, dan Desi berpenampilan layaknya wanita karir dengan jabatan direktur utama.
"Udah gue aja yang bilangin Pak Sardi buat manasin mobil lo. Mana kuncinya?" Lyra beranjak dari duduknya ketika Windy melemparkan kunci mobil baru miliknya.
Lyra langsung berjalan keluar, meninggalkan suasana rusuh di meja makan karena Nina yang tak henti mengambil nasi goreng hingga menimbulkan antri berkepanjangan.
"Non Lyra!" seru Pak Sardi dari arah Pos. Laki-laki tua berseragam satpam itu berjalan menghampiri Lyra yang sudah berdiri di teras.
"Kenapa Pak?" tanya Lyra dengan raut penasaran menatap pak Sardi yang menenteng sebuah pot berisi taaman kaktus mungil disana.
Pak Sardi memberikan pot itu. Lyra tidak langsung menerima, gadis itu justru mengerutkan dahinya.
"Buat saya?" Lyra menunjuk dirinya.
Pak Sardi mengangguk. "Iya, Non. Tadi teh ada orang yang ngasih ini. Katanya untuk atas nama Alyra Atmariani."
Lyra menerima pot itu. Memperhatikannya dengan baik. "Perasaan gue nggak pesan apa-apa deh," lirihnya.
"Oh iya, tadi teh juga ada kertas ini Non." Pak Sardi memberikan lipatan kertas berwarna biru muda. "Sepertinya jatuh."
Seketika Lyra mengingat sesuatu, tadi malam juga kertasnya biru kan? Batinnya merasa aneh.
Lyra tersadar dari lamunannya. Gadis itu memberikan kunci mobil Windy kepada Pak Sardi. "Tolong panasin mobil Windy ya Pak."
"Baik Non." Laki-laki tua itu langsung melenggang menuju mobil putih yang terparkir di carport samping.
"Siapa sih ini? aneh banget ngirim-ngirim kaktus." Dengan rasa penasaran yang semakin memuncak Lyra segera membuka kertas itu.
To Alyra Atmariani,
Selamat pagi, gue bingung mau kasih lo apa pagi ini. Makanan? Pasti orang kaya kayak lo nggak akan perlu. Boneka? Mainstream banget yak. Lo juga nggak ngehubungin gue semalem jadi gue nggak tau apa yang lo suka. Jadi gue beliin lo tanaman kaktus, yang bisa tumbuh walaupun lo nggak perhatiin dia. Kaya perasaan gue, yang selalu tumbuh walaupun lo nggak pernah perhatiin gue, bahkan lo aja nggak kenal sama gue. Rawat dia seperti malika supaya besar dengan sepenuh hati.
Ohiya, lo pasti penasaran kan sama gue? Temuin gue di rooftop sekolah. Sekalian gue pengen ngucapin terima kasih secara langsung. Gue tunggu jam 10.15. Nggak dateng, berarti lo suka sama gue.
Ttd,
Hamba Allah.
"Aneh. Kenapa dari semalem selalu bilang 'makasih', emang gue pernah ketemu dia?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Toxic Wish [BACA SELAGI ON GOING]
Ficțiune adolescențiFyi, garis besar dari cerita ini terinspirasi dari kisah nyata. Aku Alyra, sangat bahagia karena telah ada orang baik yang menulis cerita dengan garis besar yang diangkat dari kisahku. Terimakasih kepada kalian, nama-nama yang Tuhan izinkan masuk da...