01

2.5K 154 0
                                    

Jarak sekolah dan Asrama cukup jauh, setiap hari Bintang selalu berangkat seorang diri, disaat semua sudah pulang setengah jam yang lalu. Bintang baru keluar dari sekolah, ia berjalan tertatih. Tubuhnya penuh lebam, ujung bibirnya terdapat darah yang sudah mengering. Baju yang sudah berantakan sudah menjadi hal yang biasa bagi Bintang.

Dia adalah YASSAR BINTANG DIPUTRA HERIYANTO, siswa kelas sepuluh, sudah empat bulan yang lalu ia  Menjadi siswa SMA di salah satu SMA favorit di Bandung.

Bintang menghela nafas, ia mendongak ke atas. Hari sudah beranjak malam. Dirinya masih berada di jalan sendirian, jalan menuju Asrama adalah jalan khusus. Hanya siswa asrama saja yang bisa berlalu lalang.

Bintang tersenyum getir, menyaksikan hidupnya yang selalu tragis. Tidak seperti bintang dilangit yang selalu bersinar.

" Tuhan, Bintang lelah. Bawa Bintang pergi tuhann "

Rasanya malam ini sedang tak bersahabat dengannya, gerimis mulai turun di temaram malam. Hanya ada cahaya lampu jalan sumber cahaya, hari ini gelap. Tak ada bulan ataupun Bintang, rasanya seperti Enggan menemani Bintang. Alam saja tak mau menemaninya apalagi Manusia.

Sebelum dirinya benar benar basah kuyup, Bintang berteduh di sebuah halte, halte yang sudah tak terpakai. Dulu sekolah ini ada fasilitas bis antar jemput, namun sekarang sudah tak ada. Apalagi siswa asrama mereka rata rata pergi menggunakan kendaraan pribadi.Bintang mencoba menelpon sang kekasih untuk meminta menjemputnya.

"Halo Asa, Tolong jemput Bintang "

"Haduhhh Bintang, jangan Manja. Gue lagi Jagain Langit nihh dia Demam. Udah yaa "

Telpon itu ditutup sepihak, Bintang kembali mentertawakan dirinya, di Dunia ini tak ada yang sayang padanya. Hanya ada kekasihnya  yaitu ANGKASA ALDENTA PRATAMA, tapi itu dulu sekarang rasanya Angkasa atau Asa seperti sudah tak peduli lagi padanya.

Di jaman ini dunia homosexual sudah menjadi hal yang biasa, karena di jaman ini mereka berfikir terbuka namun ada beberapa yang pola fikirnya masih kolot. Namun mereka saling bersikap bodo amat selagi tak mengganggu kehidupan masing masing.

Bintang menerobos gerimis yang perlahan berubah menjadi hujan lebat. Bintang berjalan santai, ia menikmati setiap tetesan hujan yang jatuh ke tubuhnya. Menikmati sensasi dingin yang menusuk hingga ke tulang. Tak ada gemetar di bibirnya, tak ada gemetar di tubuhnya rasanya ia berhasil melawan udara dingin dan air hujan. Hingga akhirnya ia tiba di Asrama.

Para siswa berlalu lalang mereka keluar dari ruang makan, di Asrama ini ada ruangan khusus tempat para siswa makan. Lagi lagi Bintang melewatkan makan malamnya. Semua orang yang berlalu lalang sangat acuh seakan Bintang itu makhluk halus.

Bintang kemudian menuju kamarnya di unit 8 nomor 381. Di saat siswa lain sekamar dua orang Bintang hanya seorang diri, entah kenapa tak ada yang mau sekamar dengannya. Seolah Bintang adalah tubuh yang penuh penyakit menular, namun Bintang selalu berhasil menepis rasa sakit di hatinya. Karena baginya hidup seperti ini saja sudah cukup.

Bintang masuk ke dalam kamarnya, kemudian ia mandi, membersihkan semua kotoran yang menempel akibat hujan deras. Tubuhnya sehalus kapas, kulitnya seputih susu dan parasnya sangat manis, tubuhnya mungil. Satu hal lagi yang menambah daya tariknya yaitu senyumannya yang manis.

Dia adalah laki laki tapi lebih condong seperti perempuan, rasanya perempuan juga akan kalah saing dengannya. Luka lebamnya membuat bintang sedikit meringis kesakitan.

Lima belas menit kemudian Bintang selesai, ia duduk dan segera menyelesaikan tugas, bukan tugas dirinya melainkan tugas sang kekasih, Angkasa. Mereka satu kelas, tetap saja Bintang uang selalu mengerjakan tugas Angkasa.

ANGKASA ALDENTA PRATAMA, Lelaki yang berhasil membuat Bintang jatuh hati. Lelaki yang selalu memberinya perhatian dan selalu melindunginya, tapi itu dulu.

Setelah selesai Bintang kemudian keluar menuju Kamar Angkasa, yang berada di unit 7. Hanya turun satu lantai, Bintang membuka kamar Angkasa. Bintang terdiam, dadanya sesak, cairan bening itu kembali lolos keluar dari matanya.

Angkasa tengah mendekap erat Langit yang merupakan sahabat kecilnya Angkasa. Siapa saja akan merasa cemburu melihat pemandangan tersebut, Bintang tak bisa marah karena Angkasa selalu berdalih bahwa apa yang dilakukan Angkasa pada Langit adalah perlakuan sebagai teman.

Bintang meletakan Buku tugas Angkasa di Nakas kemudian pergi kembali ke kamarnya.

" Asa sebenarnya pacar Lo itu Gue Apa Langit ?"

Bintang berjalan menuju rooftop, tempat yang selalu Bintang kunjungi disaat malam. Rupanya gerimis masih saja turun,untung saja Bintang memakai jaket anti air. Ia biasanya selalu melihat bintang namun kali ini bintang itu tak ada. Ia duduk memperhatikan langit yang begitu kelam. Sama dengan nasibnya saat ini. Bintang merebahkan dirinya, gerimis mulai berhenti. Beberapa kunang kunang berterbangan dengan cahaya di tubuhnya, menggantikan sang bintang yang kini sedang redup.









Yeeee...ini cerita keduaku yaaa...

Kommen dan beri votenya kakak,,, mudah banget kok...

Remember Me ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang