Bintang sedang memasak, di asrama ini fasilitasnya sangat lengkap karena merupakan salah satu Sekolah ter elit dikota ini, dan beruntungnya Bintang merupakan siswa pintar yang mendapat beasiswa.
Ia tidak harus pusing tentang biaya pendidikannya meskipun sebenarnya keluarga Bintang sangat mampu. Tapi Bintang merupakan sosok mandiri yang tak bergantung pada keluarga.
Meskipun masakan yang ia masak tidak mewah, dan lebih ke seadanya. Perkedel kentang, sambal, Cah kangkung, sama kerupuk. Ini cukup untuk dua kali makan.
Saat dirinya hendak makan, ada yang menekan bel. Bintang segera membuka pintu kamarnya, tumben biasanya tidak ada yang pernah menekan bel. Angkasa biasanya langsung masuk karena ia juga memiliki kunci cadangan. Apakah Pengurus Asrama atau mungkin tetangga kamarnya.
Tapi angkasa hari ini pergi menemani Langit yang sedang berbelanja, rasanya sudah menjadi pacar Angkasa saja. Bintang tak pernah diperlakukan seperti itu, harusnya Bintang yang ada di posisi langit.
Degg....
Galaksi ada di sana, ia menenteng tas sekolahnya. Tangannya sudah menyender pada tembok, kenapa Galaksi semakin kesini semakin mempesona saja. Bahkan saat ini, Galaksi tersenyum tapi Bintang sangat takut dengan senyuman Galaksi karena jika Galaksi tersenyum pasti ada yang tidak beres.
" A..apa ?"
Galaksi langsung masuk hingga membuat Bintang sedikit terperangah. Galaksi duduk di meja makan yang sudah terdapat hidangan hasil tangan Bintang, Bintang mrnutup pintu dan masih memikirkan maksud dan tujuan Galaksi datang ke kamarnya.
Galaksi mengamati ruangan Bintang dengan teliti. Rapih, itu kesan pertama yang Galaksi lihat. Kemudian Bersih dan harum, ternyata masih ada laki laki yang seperti ini. Disaat Galaksi yang notabene selalu tersedia tanpa harus mengerjakan sesuatu.
Ia duduk di meja makan dan masih tidak mengatakan sepatah katapun. Bintang yang takut hanya diam, untuk kali pertamanya ada tamu yang datang selain Angkasa.
" Gue butuh bantuan Lo. "
" Ba..Bantuan apa ? "
" Lo harus Jadi Tutor Gue "
" Ta..Tapi Kenapa Harus Bintang ?"
" Gue juga nggak tau, tanya bokap gue aja. Jangan banyak tanya, sekarang Lo resmi jadi tutor gue karena gue nggak nerima penolakan. "
Bintang hanya melongo, apa seperti ini sikap sang Penerus Delivio. Bukannya dia butuh Bintang tapi kenapa sikapnya seperti itu, menjengkelkan sekali. Dan Bintang semakin Jengah dengan sikap Galaksi, mau ngomel atau melawan tapi tak bisa karena takut.
Galaksi dengan entengnya mengambil piring yang sudah ada di meja makan, ia menyendok nasi dan lauk pauknya. Entah kenapa rasanya hidangan didepannya sangat menggugah. Galaksi mengambil semua lauk pauk kecuali sambal, karena ia tidak menyukai rasa pedas bahkan saos saja ia tak bisa memakannya.
Saat Galaksi menyantap, hal yang pertama kali Galaksi rasakan adalah Lezat. Ini sangat enak, jujur Galaksi belum pernah memakan makanan ini tapi ini sangat lezat. Bahkan Makanan yang biasa Galaksi makan tak seenak dan selezat ini.
" I..ini Enak. Siapa yang Masak ?"
" Gue Sendiri. "
Bintang juga ikut duduk ia juga Sangat Lapar. Bintang memaklumi tingkah Galaksi, karena mungkin sudah dari sananya ia seperti itu. Bintang juga makan dengan lahap mereka melupakan jika Galaksi itu pembuly sedangkan Bintang itu korban.
Galaksi sampai nambah, ia sangat menikmati makanan itu hingga membuatnya ketagihan. Sedangkan Bintang hanya makan sedikit, ia sedikit heran dengan Galaksi yang makan begitu lahap. Berapa hari Galaksi tidak makan, itu pertanyaan Yang muncul di benak Bintang.
" Sorry, makanannya habis. Gue nggak sopan Yaa ?"
Banget, batin Bintang namun ia hanya tersenyum. Bingung jawabnya harus bagaimana, Bintang takut soalnya. Dan senyuman Bintang membuat Galaksi terpaku. Kenapa dirinya begitu suka dengan Senyuman Bintang.
Bintang membereskan semuanya kemudian mencucinya hingga rapih kembali, sedangkan Galaksi yang tak terbiasa hanya diam melihatnya. Lagi lagi Galaksi terpesona dengan Tingkah laku Bintang.
"Kalau begitu ayo kita mulai belajar. " ujar Bintang.
" Nggak, gue mau ke Kamar. Belajarnya besok aja gue ngantuk. Thanks makannya "
Dan Galaksi pergi begitu saja, Bintang menghela nafas. Untung ia penyabar, kemudian Bintang berkutat dengan laptopnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember Me ( END )
Teen Fictionbagaimana hidup yang kamu jalani saat ini ? jangan bilang menyakitkan. karena tidak ada yang lebih menyakitkan dibanding apa yang dialami Bintang.