10

944 72 0
                                    

Eungh...

Bintang perlahan sadar, rasa pusing masih mendera karena mungkin efek kedinginan serta obat. Ia membuka mata, ia langsung tertuju pada sosok yang tengah tertidur di sampingnya. Ia tidur dikursi, tangannya terus memegang Bintang.

Ternyata Angkasa yang menolongnya, ternyata Angkasa sangat peduli padanya. Kadang Bintang merasa bingung kenapa Angkasa sering cepat berubah, kadang Angkasa bisa sebaik malaikat dan kadang juga ia bisa berubah menjadi iblis.

Angkasa itu susah ditebak, seperti namanya. Angkasa kadang cerah hingga indah di lihat namun bisa berubah menjadi suram. Angkasa itu kosong dan luas, tapi Bagi Bintang. Angkasa itu rumah, Angkasa itu kehidupannya, Layaknya bintang di Angkasa.

" Asa..."

Bintang mengusap pelan rambut hitam milik kekasihnya, Bintang enggan membangunkan Angkasa tapi ia tak tega melihat Angkasa yang tidur dengan posisi itu. Pasti setelah bangun ia akan pegel.

"Hmm...udah Sadar Bi ? Eumm mau apa ?"

" Haus Sa "

Angkasa dengan sigap memberi minum yang disediakan di sini. Kemudian Angkasa mengusap pipi Bintang, pipi yang beberapa jam yang lalu begitu dingin. Sekarang suhu tubuh Bintang kembali normal.

" Maafin gue Bi, semua salah gue. "

" Apaan sihh jadi melow gini. Nggak ada yanng salah disini Sa, setiap orang punya argumentasinya masing masing. Semua merasa benar dan salah, biarkan waktu yang menjawabnya Sa. "

" Maaf Bi, gue bukan yang terbaik buat lo Bi. "

" Stttt...udah yaa, gue nggak papa. Jangan nyalahin diri sendiri, karena ini masalah kita. Oke ?"

Angkasa memeluk Bintang, rasanya ia bersyukur memiliki Bintang. Meskipun ia sering membuat Bintang terluka, Bintang itu seperti malaikat, terlalu baik meski sudah banyak di sakiti.

" Sini, tidurnya disini aja. Biar nggak pegel "

Bintang menyuruh Angkasa agar tidur di sampingnya,  Angkasa tersenyum, ia akhirnya merebahkan diri disamping Bintang. Ranjangnya cukup untuk dua orang, Angkass memeluk Bintang.

"Tidur Bi, Istirahat. Besok kita pulang ke Asrama "

" Heem."

Bintang jadi ingan saat pertama kali ia bertemu dengan Angkasa, saat dimana kehidupannya berubah. Saat dimana ia bangkit dan merasakan apa itu bahagia.

Flashback

Sejatinya setiap orang tua adalah sosok pahlawan bagi keluarga dan menjadi panutan bagi anak anaknya. Ibu sosok malaikat dengan jutaan kasih sayang, Ayah tak kenal lelah untuk menopang keluarganya agar tetap hidup dan harmonis.

Untuk ke sekian kalinya Bintang menangis dan terdiam, setelah dirinya dimarahi habis habisan oleh Kedua orang tuanya. Mamanya begitu marah saat mengetahui posisi Bintang yang berada di urutan ke dua di kelasnya.

Harusnya Bintang bisa jadi Ranking 1 seperti kakaknya, Bintang sudah berusaha semaksimal mungkin. Tetap saja ia berada di urutan kedua, Bintang mengusap tangannya yang sedikit membiru karena cubitan dari mamanya, dan memar di sudut bibirnya akibat tamparan keras sang Papah.

" Sakit, hiks "

Saat dirinya menangis, Cakrawala kakak pertamanya datang menghampiri kemudian memeluk Bintang yang rapuh.

" Stttt. Adek Abang udah berusaha jadi yang terbaik. Bintang Hebat, Bang Cakra salut sama tekad dan kegigihan Bintang. Jangan nangis lagi Ya, sini abang obatin memarnya"

Cakrawala, kakak pertama yang selalu menjadi kekuaatan bagi Bintang, sosok penghangat dikala dingin. Entah kenapa Bintang selalu menjadi orang yang beruntung karena mempunyai abang yang begitu sayang padanya.

Meski hari harinya begitu sulit Bintang tetap sabar dan Bahagia, karena Bang cakra bisa menghilangkan rasa sakit di hatinya. Hingga pada akhirnya Bang cakra pergi kuliah ke luar negeri membuat Bintang merasa takut menjalani kehidupannya.

Mereka sudah berada di Bandara untuk mengantar kepergian Cakra. Sejak dari rumah sebenarnya orang tua Bintang melarangnya untuk ikut tapi Cakra memintanya, akhirnya Bintang diperbolehkan untuk ikut.

" Semangat Adeknya abang, Cakra tau Bintang itu kuat. Jadilah bersinar meski banyak yang tak menyukai. Mah Pah, Cakra pesan perlakukan Bintang secara adil karena bagaimana pun Bintang anak mama dan papa. Bintang, Abang pamit yaa jaga diri baik baik "

Bintang memeluk erat seakan ia tak mau melepaskannya, setelah ini dia akan benar benar sendiri, takkan ada penguat lagi baginya. Tapi ia juga harus kuat dan tegar, ia harus bisa menjalankan amanat sang kakak.

🐳🐳🐳🐳🐳

Waktu begitu cepat berlalu, hari hari yang Bintang lalui semakin sulit dan sesak saja. Seperti saat ini misalnya, Bintang ditinggalkan seoarang diri. Mereka pergi liburan tanpanya, bahkan mereka liburan selama seminggu.

Saat Bintang telah selesai mencuci piring dirinya berniat minum saat ia membuka lemari es, ada tulisan yang membuatnya tersenyum getir.

" Mama, papa, dan kakak keduamu pergi liburan selama seminggu. Jaga rumah, makanan beli saja sendiri "

Menghela nafas sudah menjadi kebiasaan dan rutinitas bagi Bintang, ia beranjak keluar untuk mencari angin segar. Hanya satu tempat yang terlintas di benaknya yaitu Bukit, bukit yang tak jauh dari kediamannya.

Tidak membutuhkan waktu sampai berjam jam ia sudah sampai di bukit tersebut. Angin sore yang menbuatnya kembali sejuk, berteduh dibawah pohon rindang serta menikmati  pemandangan sekitar membuatnya begitu tenang dan nyaman.

Saking menikmatinya dengan hati, Bintang kembali menangis. Rasanya begitu sesak, rasanya sangat sakit. Ia semakin terisak, memeluk dirinya sendiri dengan erat. Kenapa semesta begitu jahat, kenapa semesta tak memberinya kebahagiaan, Bintang juga ingin seperti anak lainnya.

Tanpa disadari seseorang sedang memperhatikannya kemudian mendekat secara perlahan. Orang itu memberanikan diri memndekati Bintang hingga ia duduk di sampingnya.

" Lepaskan, jangan di pendam. Semua orang berhak menangis, keluarkan semuanya " ucapnya sambil memberi saputangan kepada Bintang. Bintang menoleh dan kaget dengan kehadirannya.

" Ekhh sorry, kaget ya ?" dan lagi lagi sosok disampingnya terkekeh hingga menampilkan deretan gigi yang rapih dan putih.

" Kenalin, Gue Angkasa Aldenta Pratama. Dipanggil Angkasa. Nama kamu siapa ? " baru pertama kali ada yang mau berkenalan dengannya.

" Bintang, namaku Yassar Bintang Diputra Heriyanto "

" Nama Yang Indah. Kenapa nangis ?"

" ekhh enggak kok, Bintang nggak nangis "

" Bohong ! Gue liat lo nangis daritadi. "

"Ahh I-iya "

" Sorry gue terlalu akrab ya, gue nggak tau permasalahan lo. Kata Bunda gue, kalau cape jangan ditahan. Nangis aja. " bintang teridam mendengarkan Ucapan Angkasa.

" udah belum nangisnya ? Gue nggak suka liat lo nangis, jelek soalnya." Bintang tertegun namun sedetik kemudian ia terkekeh mendengar Ucapan Angkasa. Dan Angkasa juga tersenyum melihat Bintang tertawa.

" ayo kita berteman !"

Untuk pertama kalinya Bintang mempunyai teman. Ia takkan melupakan bukit ini, bukit yang mempertemukan mereka berdua.


Remember Me ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang