Suasana negara Jepang begitu Indah, negara yang begitu bersih, budaya yang begitu melekat serta orang orang yang menerapkan norma.Angkasa sudah tiba beberapa jam yang lalu dari kementrian yang mengurus surat kewarganegaraan, bahkan sudah istirahat terlebih dahulu. Saat ini ia duduk di apartemen yang telah di sediakan orang tuanya. Meratapi nasib yang sudah menjadi bubur.
Mau seperti apapun semuanya akan tetap sama, menyesal ? Sudah pasti menyesal. Benar kata orang bahwasanny penyesalan selalu datang di akhir. Kenapa Angkasa baru sadar sekarang ? Kenapa ia baru sadar jika Bintang dan Senja itu beda.
Pagi ini Angkasa langsung pergi ke suatu tempat. Tempat yang sudah sangat lama tak ia kunjungi, tempat dimana seseorang yang pernah dicintainya berisitirahat untuk selama lamanya.
Bukit yang begitu luas hanya sedikit pepohonan yang menjulang sisanya gundukan tanah serta hamparan ilalang yang bergoyang mengikuti alur angin. Langit membiru cuaca yang hangat menbuat siapa saja betah.
Angkasa berjongkok di salah satu kuburan yang masih terawat dengan bersih. Meletakan sebuket bunga yang telah Angkass siapkan, mawar dan krisan putih. Diusapnya batu nisan itu dengan lembut, kemudian ia mengecupnya sekilas.
" Asa Kangen Senja. "
Segala yang ditahan akhirnya lepas juga. Suara yang begitu menyayat hati rasanya begitu memilukan. Rasa rindu dan sesak di hatinya keluar tiba tiba, air mata ini sudah tidak bisa ditahan lagi.
Semuanya kembali terlintas memori Angkasa bersama Senja. Banyak hal yang tidak bisa dilupakan Angkasa, sehingga wajar jika melihat kemiripan pada Bintang.
Disini semuanya terluka, benar benar terluka. Siapa yang salah atau siapa yang benar ? Entahlah semuanya sudah terjadi.
"Lo pasti khawatir sama gue. Lo liat gue kan dari atas sana ? Bawa gue pergi. Gue sakit "
Segagah apapun laki laki ketika dihadapkan dengan situasi seperti ini, mungkin akan sama dengan keadaan Angkasa.
" Sekarang Gue udah punya pilihan. Ternyata selama ini gue keliru, Bintang itu beda dengan lo. Jadi biarkan Bintang Bahagia dengan Galaksi karena gue udah punya pilihan. "
Glek...
Gue Cape...
Glek...
" Sebentar lagi kita akan bertemu, Gue kangen Lo, Senja "
Glek...
Tak ada yang tahu jika Angkasa bisa berfikir seperti ini. Mulutnya keluar busa, perlahan tubuhnya ambruk di gundukan tanah kekasihnya dulu.
Tubuhnya kejang kejang matanya menatap sayu batu nisan kemudian tangannya mengusap batu nisan yang bertuliskan Senja.
Sebuah Cahaya putih membuat Angkasa terbangun. Dan saat ia bangun ia entah berada dimana.
" Bodoh. "
Itulah kata pertama yang Angkasa dengar, bukan karena perkataannya tapi suaranya. Angkasa kenal dengan suara ini. Suara Khas Senja. Angkasa yakin itu.
Dan benar saja, disana Senja berdiri dengan menggunakan pakaian serba putih. Dikepalanya terdapat lilitan tumbuhan dengan bunga mekar berwarna putih. Angkasa langsung berlari menghampiri Senja, ia begitu Rindu.
" Gue kangen Lo, Senjanya Asa. "
" Bodoh. "
" Gue nggak peduli, yang terpenting sekarang kita bisa bersama sama lagi "
" Asa, Senja juga sudah nunggu lama disini. Sekarang mari kita pergi. "
" pergi kemana ? "
" Ke tempat yang seharusnya kita berada. Tempat dimana Keindahan yang sesungguhnya tergambar. "
" Apakah jika kita pergi, kita akan bersama sama ? "
" Tentu Asa, kita akan sama sama karena sekarang kita berada di dunia yang sama "
" Ayo Kita pergi. "
🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀
Sementara Bintang merasakan hatinya tak tenang, kenapa tiba tiba ia merindukan Angkasa. Padahal Ia sedang bersama Galaksi, Bintang terlihat gelisah sehingga membuat atensi Galaksi berpindah padanya.
" Kenapa ? "
" Nggak papa, udaranya dingin " bohong Bintang.
" yaudah nih pake jaket Gue. Lagian udah tau mau jalan pake kaos pendek gini. "
" Kan nggak tau jika jalannya sampai malem gini kak. "
" Iya juga sih, Sorry Hehe... "
Mereka berdua sedang nongkrong. Galaksi sengaja membawa Bintang pergi bersama teman tongkrongannya, karena Galaksi tau isi hati Bintang. Seenggaknya untuk hari ini Bintang dilarang sedih.
" Mau Lagi ?"
" Boleh ? "
" Nggak ada yang ngelarang, Ambil aja. Kalau perlu borong sekalian. "
Bintang kembali mengambil berbagai olahan sate. Sate usus, ampela, bakso, sosis dan lainnya. Mereka saat ini berada di Sebuah Angkringan yang hits banget.
Olahan usus ayam adalah kesukaan Bintang, sehingga ia begitu antusias saat dibawa ke angkringan ini.
" Busettt, Lo mau ngerampok ? " ujar Samudra.
" lo laper apa doyan ?" Timpal Bastian.
Bintang tak menggubrisnya ia fokus pada olahan sate didepannya. Sedangkan Galaksi tersenyum simpul, setidaknya Bintang makan lahap.
" Mulutnya minta gue tampol ya ?"
" wihhh pawangnya marah nih... "
" eumm Bi, gue ngambil dulu Nasi sama Ayam bakar ya. "
" Masih belum kenyang Kak ?"
" Porsi kuli mah emang beda. Hahaha... "
🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀
" gimana suka jalan jalannya ?"
" Suka kak. "
Saat ini mereka tengah berada di jalan pulang, Membelah jalanan yang sepi.
" peluk gue Bi. "
" untuk apa ?"
" GUE KEDINGINANNNN "
Bintang baru sadar jika Daritadi Galaksi hanya mengenakan kaos tipis warna putih. bintang langsung memeluknya erat, dia nggak mau jika Galaksi kedinginan.
" Jaketnya Kak. "
" udah pake aja sama lo. Pelukan lo aja udah bikin gue hangat "
" Apaan sih kak... "
Hubungan mereka berdua sudah sangat dekat, tidak seperti dahulu saat mereka tidak saling mengenal. Permusuhan dan bulying sudah menjadi makanan sehari hari Bintang.
Saat mereka sampai di Asrama dan segera bergegas menuju kamar karena hari sudah semakin larut. Bintang terkejut karena di depan kamarnya Langit duduk bersandar dengan keadaan yang sangat kacau. Langit Menangis, Bintang menghampiri Langit sedangkan Galaksi mengikuti.
" Lo kenapa ? Langit Sadar. "
" Bi,, Hiks...Asa..hiks..Asa Bi. "
" Iya Asa kenapa ? Ngomong yang bener Langit. Jangan bikin gue panik. "
" Asa Meninggal "
" Hah, Becanda lo nggak lucu. "
" Gue serius hiks...Asa udah nggak ada "
Apa yang dirasa Bintang ? Tak percaya, kehilangan atau entah apa rasa yang timbul. Kepala Bintang berdengung, kepalanya sakit hingga akhirnya ia tak sadarkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember Me ( END )
Genç Kurgubagaimana hidup yang kamu jalani saat ini ? jangan bilang menyakitkan. karena tidak ada yang lebih menyakitkan dibanding apa yang dialami Bintang.