09

924 85 0
                                    

Yassar Bintang diputra Heriyanto, baginya ia tidak tahu rasanya dipeluk ayah bahkan ibunya Sendiri, Diabaikan serta dikucilkan sudah menjadi makanan sehari harinya, apalagi dibandingkan.

Itu sudah dirasakannya selama kurang lebih sepuluh tahun, keluarganya selalu membandingkan dirinya dengan sang kakak,  Karin Putri Heriyanto. Kakaknya selalu di nomersatukan, ia selalu mendapatkan apa yang dia mau. Berbanding terbalik dengan Bintang, tapi saking sudah biasa. Bintang tak merasakan rasa apapun, ia sudah biasa dengan rasa sakit. Batin maupun fisik.

Saat ini ia pulang ke rumahnya, meski ia akan tahu apa yang terjadi. Tapi ia tindu dengan keluarganya, karena apapun perlakuan yang diberikan Bintang takkan dendam. Saat ini Bintang berada di meja makan, ia makan malam dengan keluarganya. Hanya ada dentingan piring yang beradu dengan sendok. Hanya ada keheningan, seolah Bintang itu orang asing.

" Kamu sudah Kelas tiga Karin. Papah sudah siapkan kamu beberapa daftar Universitas terbaik, baik itu Di Indonesia atau Luar Negeri. Papah akan berusaha demi Kamu. "

"Wahh, Makasih Pah, Karin akan berusaha. Karin maunya di Luar Negeri aja Pah. "

" Wahh, Mama pasti kangen sama kamu Rin, anak Kesayangan Mama. " Sekali Lagi Bintang ada, tapi dirinya seperti tak kasat mata.

" Wahh Semangat kak, Bintang juga akan berusaha. "

Tak ada yang menanggapinya, Bintang seolah ngomong sendirian. Dia sudah melapangkan dadanya, ia kuat. Masih bisa makan bersama keluarga saja ia sudah senang.

" Mah, Pah. Maafin Bintang. " batin Bintang.

" Kenapa kalian berubah, kenapa kalian jahat. Apa karena aku gay, apa karena aku berbeda dari yang lain ? Apa aku semenjijikan itu hingga tak dianggap ? Mah, Pah. Bintang capek, bintang terlalu banyak menahan rasa sakit, Bintang juga ingin seperti Kak Karin yang selalu disayang setiap saat, selalu diperhatikan dimanapun berada. Aku masih anak kalian, atau jangan jangan Aku sudah bukan anak kalian ?"

Akhirnya Bintang berani mengungkapkan isi hatinya, akhirnya ia mengeluarkan keluh kesahnya. Butuh waktu untuk mengutarakan ini, butuh waktu untuk menunggu kesadaran mereka. Sayangnya tak kunjung datang, semakin Bintang diam semakin acuh pula mereka.

" Apa Maksud kamu Bintang ! Kami memperlakukanmu sama dengan Karin. Lagian kamu masih belum sadar, hubungan yang kamu pilih itu sangat menjijikan Bintang, kami tak pernah menyetujuinya. Dan kami Malu punya anak seperti kamu. " ujar Ayu, mamanya Bintang.

"Bintang juga nggak mau kayak gini, bintang juga gak mau punya rasa ini Ma. Tapi Bintang bisa apa, tuhan ngasih perasaan mah, dan Bintang nggak bisa ngatur kehidupan bintang yang tuhan kasih. Andai aja Bintang mampu merubahnya, bintang bakal lakuin. Dari dulu bintang coba menjadi normal, menjadi yang seharusnya tetap aja bintang nggak bisa. "

" CUKUP BINTANG ! HENTIKAN OMONG KOSONGMU. papah bingung sama jalan fikiran kamu, Apa kurang kami mendidik kamu Hah ?"

" Apa ? Mendidik papah bilang ? Dari dulu kalian tidak pernah mendidik bintang, kalian hanya fokus pada Kak karin. Bintang selalu diabaikan, bintang nggak pernah mendapatkan apapun. "

" Baik, jika itu yang kamu rasakan. Mulai sekarang kamu nggak usah kembali lagi kesini, dan urus dirimu sendiri Bintang, papah nggak akan memberimu uang sepeserpun. Karena menurut papah itu hanya akan menghamburkan uang, apalagi untuk anak tidak tau diuntung seperti kamu. "

Deg....

Hancur sudah perasaan Bintang, hatinya hancur berkeping keping. Pertahanannya hancur, dirinya menyerah. Pertahanan yang selalu dibuat kokoh, kesabarannya sudah habis. Ia juga manusia biasa, cukup sampai disini ia mmbertahan, cukup sampai disini sosok yang tegarnya ada.

" Huh, padahal dari dulu Bintang nggak pernah minta uang ke papah. Bintang berusaha sendiri, cari uang Buat bintang hidup. Karena bintang sadar, kalian sudah melupakan Bintang. Tak apa, mungkin ini terakhir kali kita saling bertatap. Bintang pergi, semoga kalian bahagia. Dan bintang akan selalu rindu dengan keluarga ini."

Dadanya berdenyut nyeri, sebenarnya ia sangat sakit ketika mengucapkan kata itu. Kemudian bintang pergi menuju kamarnya, ia menangis sejadi jadinya. Tangisan yang begitu pilu, kemudian ia kembali memberesi pakaiannya.

" Pah, Mah. Apa kita nggak berlebihan ? Kasian Bintang "

" Biarkan saja. Biar dia sadar, "

Bintang keluar dan pamit pada mereka, ia membawa satu koper yang berisi pakaian. Kemudian ia pamit pada mereka. Padahal Bintang baru sampai rumah tadi pagi dan sekarang ia harus kembali pulang. Mereka memperhatikan Bintang tanpa sepatah katapun.

Bintang bingung harus pulang ke Asrama dengan apa, tak ada kendaraan atau bis kota yang mengantar. Jarak sekolah dan Rumahnya sangat jauh, ia menyusuri jalanan dengan membawa koper, jalanan yang sepi dan udaranya sangat dingin.

Menyusuri jalan seperti ini sudah menjadi rutinitas di sekolah,  jadi Bintang sudah biasa. Entah sudah berapa meter ia berjalan, kakinya pegal namun tak dirasa. Udara semakin dingin.

Brukk...

Pada akhirnya sang malam mengalahkan Bintang, tubuhnya tegeletak tak berdaya di jalan beraspal. Hingga sebuah mobil berhenti kemudian memasukan Bintang ke mobilnya dan bergegas pergi menuju rumah sakit. Untung saja dia datang tepat waktu, raut wajah yang cemas terpangpang jelas selama perjalanan menuju rumah sakit.

Flashback...

Entah kenapa perasaan Angkasa tidak tenang sejak kekasihnya pergi dan pamit untuk pulang, ia tahu permasalahan bintang dengan keluarganya karena bagaimanapun ia juga penyebab mereka bertengkar .

Angkasa tidak tenang sama sekali meski Bintang sudah pergi tiga jam yang lalu. Saat pagi berubah menjadi sore, Angkasa memutuskan untuk pergi menyusul Bintang.

Selama perjalanan Fikirannya terus tertuju pada kekasihnya, puluhan telpon dari Langit ia abaikan. Ia menelpon Bintang namun tak diangkat.

" Angkat Bi, gue cemas "

Dan Angkasa sampai pada malam hari karena ia sedikit lupa dengan rumah pacarnya,  dan akhirnya Angkasa sampai dirumah Bintang. Saat ia mencoba memberanikan diri untuk masuk, orang tua Bintang lebih dulu keluar. Mereka sama sama kaget.

"Permisi Om, tante. Bintangnya ada ?"

" Nggak ada, dia pergi. "

" Maksudnya ?"

" Kami usir Bintang, kamu tau kan kami nggak setuju dengan hubungan kalian. "

" Maaf om, tante. Tapi kami juga berhak bahagia dengan jalan kami. Harusnya apapun yang menjadi keputusan anak om, kalian dukung atau paling nggak jangan membencinya. Karena bagaimanapun Bintang masih anak kalian, darah daging kalian sendiri. Angkasa pamit om, Tante. Permisi "

Angkasa dengan tergesa gesa pergi mencari keberadaan bintang yang tak tau dimana, sedangkan kedua orang tuanya diam. Saat Angkasa kalut karena tidak bisa menemukan kekasihnya, ia melihat seseorang tergeletak di jalan.

" Bi..Bintang. Tuhann, Bi Badan lo dingin gini " Angkasa langsung menbawa Bintang menuju rumah sakit.

" Bi, Bertahanlah. Gue nggak mau pisah sama lo. Maafin gue udah bersikap kasar sama lo karena gue punya alasan yang belum bisa kasih tau lo. Tunggu sampai hari itu tiba, apapun yang terjadi bertahanlah Bi"



Remember Me ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang