.
.
.
.3 Minggu kemudian.
Sudah tiga minggu setelah kejadian meninggal nya sesha, kenzie menjadi lebih pendiam tapi tetap saja ia tetep harus menutupi kesedihannya dengan senyum penuh lukanya.
"Ken" kata fadlan memulai pembicaraan.
"apa?" Balas kenzie.
"lo akhir - akhir ini diem mulu" selidik Fadlan.
"Nah iya" setuju Fariz.
Kenzie mengedik bahu nya acuh. "ga ada yang penting"
Mereka mendengus pelan. "Mana diri lo yang dulu ken?".
"ga ada" jawabannya seadanya.
Alvin berdecak. "Kita semua kehilangan ken, Lo harus ikhlas !" Alvin menepuk pundak kenzie.
Kenzie mengangguk seraya tersenyum pedih, "gue udah ikhlas, tinggal nerima kenyataan doang" jawabnya acuh.
"Huh, sesha emang berpengaruh banget ya ?" Rangga menuduk, dirinya tidak rela jika sahabat nya terus menerus bersedih.
"Banget rang, kehangatan yang gue kejar sekarang hilang!" kenzie tersenyum, lalu bangkit dari duduk, dan melenggang pergi.
"Gue ga tega liat ken kaya gini terus" renung salah satu lelaki disana.
"gue juga" ucap mereka serentak.
***
Kenzie menyederkam dirinya di bangku kelas, dengan tangan di dada bidang ia menerjapkan matanya. berkhayal tentang dirinya dan seorang gadis yang dulu menjadi kehangatan terbesar nya.
"ses? maaf ya?" Guman lelaki itu.
BRUK.
terdengar suara ricuh yang terjadi di hadapan nya siapa lagi kalo bukan ulah teman nya. Ia membuka matanya sambil menatap tajam temannya satu persatu. Ia menaikan satu alis.
"Kenapa sih?! Gue lagi ngekhayal tau lo!" Geram kenzie dengan raut kecewa, mereka tersenyum cengengesan.
"peace, lo tau ken?" Tanya rangga.
"ga tau, karena lo belum ngomong" balas nya santai. Sambil menopang dagu.
"Ada murid baru cant–"
KAMU SEDANG MEMBACA
KENZIE
RandomIni cerita seorang lelaki berparas tampan dengan tubuh ideal inceran kaum hawa, dengan muka nya yang kaku, seram. Namun sifat nya berbalik dengan sifatnya yang ngeselin, bawel. Yang bertemu dengan gadis cantik dengan bola mata coklat, rambut ikal y...