7. sakit

21 7 0
                                    

Malam harinya setelah sholat magrib mereka berkumpul dirumah Vino, setelah mereka berkumpul semua baru berangkat ke cafe yang mereka tuju. Seperti biasa mereka diantar Elzan dan Yesa menggunakan mobil.

Karena mereka berdua tak mengijinkan adiknya keluar malam-malam tidak ada yang mendampingi. Disepanjang jalan mereka berceloteh hal-hal yang tidak jelas tapi membuat mereka tertawa, apa karena humor mereka terlalu rendah?

"Vino anjing," teriak Revan, Elzan dan Yesa bersamaan. Membuat sang Vino bingung dan Hema, Alin dibuat kaget.

"Apa? Gue manusia, monyet," kata Vino.

"Untung ini jantung nggak pindah ke lambung," ucap Hema asal ceplos sambil mengelus-elus dadanya.

"Ini manusia kurang introspeksi diri kayaknya,kentut Lo bego, bau banget," kata Elzan menunjuk Vino yang ada dibelakangnya.

"Eh Hem, mana ada jantung pindah ke lambung. Jangan ngadi-ngadi ya Lo," ucap Yesa kesal.

"Suka-suka dia lah, dia kan adek gue," ucap Elzan membela adiknya.

"Terserah."

"Allahu Akbar," teriak semua orang didalam mobil kecuali Elzan, karena dia dalang yang membuat semua orang berteriak.

"Udah sampai," kata Elzan santai lalu turun dari mobil tanpa rasa bersalah.

Yesa juga ikut turun menyusul Elzan dan langsung menonyor kepala Elzan, "ngeremnya biasa aja kan bisa bego," katanya.

"Udah udah bakal enggak ada habisnya kalau saling diladeni," ucap Alin menengahi.

"Udah aku sama Alin aja yang pesan, kalau kalian nanti malah berantem," ucap Hema yang disetujui Alin.

Setelah makanan datang dan mereka menikmati momen itu dengan merasa senang, semua orang mengucapkan selamat kepada Alin karena sebentar lagi karyanya akan diterbitkan.

Setelah selesai Difa pamit pulang duluan dengan menggunakan taksi. Tapi saat Difa ingin keluar dari cafe tersebut dia melihat ayahnya dengan wanita lain sedang bermesraan. Difa bisa menyimpulkan bahwa ayahnya berselingkuh langsung menghampiri mereka.

Plak ...
"Kamu ngapain sama ayah saya, jalang?" tampar Difa begitu keras yang menimbulkan suara yang nyaring.

Plak ...
Kali ini ganti ayahnya Difa menampar Difa. "Jaga ucapan kamu Difa, jaga sopan santun kamu dihadapan orang yang lebih tua," kata ayah Difa, Difa berbohong kalau dia tidak sakit Hati.

"Ayah bicara tentang sopan santun? Apa pernah anda mengajarkan sopan santun terhadap saya?" tanya Difa yang sudah meneteskan air mata. "Ibu yang selalu ada buat saya, selama ini anda pergi kemana? Pulang hanya sesekali lalu pergi lagi. Apa anda tidak kasihan terhadap ibu saya? Apa kamu tidak ingat masih punya saya dan adik saya?" lanjutnya.

"Kamu jangan malu-maluin saya," kata Ayah Difa karena semua orang yang berada di area depan melihat.

Alin dan teman-temannya yang mendengar keributan dan mendengar suara Difa mereka langsung menghampiri arah keributan itu terjadi. Yang mereka lihat Difa sedang beradu mulut dengan seorang laki-laki yang mereka belum tahu.

Memang mereka sudah berteman lama tetapi teman-temannya belum pernah melihat sama sekali seperti apa sosok ayahnya Difa dan sekarang mereka mengetahuinya.

"Anda enggak bisa jawab kan, padahal itu pertanyaan mudah," kata Difa. "Anda masih punya kewajiban sama istri dan anak anda kalau anda lupa," lanjut Difa. Setelah itu ayahnya pergi dengan perempuan itu meninggalkan Difa tanpa sepatah kata apapun.

Difa menangis disitu, dia tidak peduli tatapan orang disekitarnya. Mereka langsung menghampiri Difa. Mereka menenangkan dan ingin mengantarkan Difa pulang, namun Difa menolaknya karena dia ingin sendiri.

ABYSATYA - Teman SetiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang