Mine | Chapter 02 [21+⚠️]

11.2K 471 69
                                    

3 tahun lebih setelah insiden keguguran itu, Nara sudah melupakannya, begitupun Rios, atau mereka yang mengetahui perihal tersebut.

Namun, seperti biasa, Rios tidak pernah berhenti berusaha---secara diam-diam, menanam benihnya di rahim Nara pada setiap malam, atau pada setiap kesempatan yang ada. Toh Milo juga sudah besar, sudah bisa berlari mengelilingi rumah sambil bernyanyi, bahkan lebih mandiri melebihi ekspektasinya.

Jadi, sudah waktunya Milo punya adik, pikir Rios.

Bocah itu bukan lagi bayi nakal yang suka melarikan diri dari pantauan orang rumah, tetapi ia sudah tumbuh menjadi bujangan tampan, simbol kebanggaan Rios.

Ya, menurut Rios, Milo tampan. Dengan rambutnya yang berwarna sedikit pirang sejak lahir, ditambah warna matanya yang indah. Hidung mancung, pipi tembam dan bibir tipis, seperti Nara.

Oh, lihatlah, tidakkah kau setuju bahwa bocah konglomerat ini tampan? Siapa dulu Bapak dan ibunya! Tetapi secara keseluruhan, Milo lebih mirip Eyangnya, dari pada kedua orangtuanya sendiri, untuk saat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Oh, lihatlah, tidakkah kau setuju bahwa bocah konglomerat ini tampan? Siapa dulu Bapak dan ibunya! Tetapi secara keseluruhan, Milo lebih mirip Eyangnya, dari pada kedua orangtuanya sendiri, untuk saat ini.

"Daddy," panggil bocah itu pada Rios setelah mereka selesai mandi bersama dan keluar dari ruangan lembab itu.

Rios hanya memakai handuk yang melilit bagian bawah tubuh atletisnya. Bahkan meski usianya bertambah tua, roti sobeknya masih begitu kokoh, dan menggugah selera. Bikin laper, kalau kata Nara.

"Apa, hm?" sahut pria itu mengambilkan sebuah setelan piyama putranya dari lemari kamar bocah itu, dan menyuruh sang calon pewaris kekayaan Fernandes tersebut untuk memakai bajunya sendiri.

Milo mulai memakai bajunya, sambil berkata, "Mami muntah-muntah terus dari tadi pagi."

"Mami muntah-muntah? Kenapa?"

"Nggak tau."

"Kamu nggak tanya kenapa?" tanya Rios. "Seharusnya tanya, dong, Al. Mami sakit? ... gitu."

"Udah, katanya cuma nggak enak badan."

Rios menatap heran Milo sejenak, memikirkan Nara yang katanya muntah-muntah karena tidak enak badan. Tetapi Nara tidak berkata apa-apa sejak ia menjemput mereka di rumah Maya sore tadi.

"Mungkin karena kecapekan, ngikutin kamu yang pecicilan nggak bisa diem," cetus Rios.

"Ih, kok akuu?" rengek bocah itu tak terima.

Sedangkan Rios hanya mengangkat bahu. Ia mengusap puncak kepala Milo sebelum berlalu.

"Keringin rambutnya, matiin lampu, abis itu tidur, okay? Daddy mau ke kamar."

MORE THAN YESTERDAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang