Mine | Chapter 15

3.1K 364 23
                                    


Malam itu, terasa sangat panjang bagi Nara. Kegelisahan, kegundahan, kecemasan, kekalutan dan ketakutan seolah mencekik lehernya sepanjang perjalanannya menuju Bali. Sekalipun batinnya tak tenang memikirkan Rios.

Ia masih belum percaya kalau suaminya mengalami kecelakaan maut. Tetapi apalah daya, ketika firasat mengalahkan segalanya. Gelas pecah itu, mungkin adalah tanda, sebuah isyarat dari Tuhan.

Nara sendiri merasa semakin cemas dan gelisah, hatinya tak tenang dan setiap detiknya selalu terbayang-bayang wajah suaminya beberapa hari lalu, saat pria itu pamit pergi.

Dua jam penerbangan menuju Bali, Nara sama sekali tidak bersuara. Ia lebih banyak melamun menatapi gumpalan awan di langit malam, dan sesekali menenangkan hatinya dengan bermeditasi.

 Ia lebih banyak melamun menatapi gumpalan awan di langit malam, dan sesekali menenangkan hatinya dengan bermeditasi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berulang kali Nara merapalkan doa-doa untuk suaminya. Meminta keselamatan bagi Rios, pada Sang Kuasa. Sempat terbersit pikiran itu. Tapi ia tekankan, ia tidak mau kehilangan Rios. Demi Tuhan.

Dan ternyata tidak hanya Nara, Aslan pun sama khawatirnya. Pasalnya baru sekali ini Rios mengalami kecelakaan maut, dan sebagai seorang asisten, ia malah tidak berada di dekat bosnya.

Tak terasa, mereka sampai di Bandara Ngurah Rai, Bali, sekitar pukul 22.00 WIB.

Begitu taksi yang Aslan pesan datang, mereka langsung meluncur ke rumah sakit, dimana Rios di rawat.

Dan sebelum meninggalkan Jakarta tadi, dengan berat hati, Nara meninggalkan Milo dirumah, ia titipkan putranya pada Nina. Ia juga sudah meminta tolong pada Nina untuk menghubungi ibunya pagi-pagi sekali nanti, dan meminta ibunya untuk datang ke rumah untuk menjaga Milo.

Karena sekarang, Nara tidak dalam posisi ingin berbicara kepada siapapun. Bahkan tidak kepada Aslan yang begitu setia menemaninya.

Nara hanya membisu, meski tahu kalau Aslan sedang bertelepon dengan seseorang, dan sedang membicarakan kronologi kecelakaan Rios dari awal hingga akhir.

Kata sang narasumber----yang merupakan salah satu manager dari Hotel yang akan diakuisisi oleh perusahaan mereka, bahwa sore itu Rios baru saja selesai meeting di sebuah restoran dengan beberapa partner bisnisnya.

Kecelakaan maut lalu lintas itu terjadi pada pukul 18.17 WIB, dalam perjalanan Rios kembali ke Hotel. Sebuah truk tanpa muatan, tiba-tiba saja melaju kencang melawan arus dan menerobos lampu merah, dan naasnya menabrak sebuah mobil sehingga terjadilah kecelakaan beruntun yang melibatkan banyak kendaraan. Dan tragisnya, Rios berada di salah satu kendaraan itu.

Kecelakaan tersebut menewaskan sedikitnya 3 orang pria dewasa, termasuk supir truk dan supir yang menjadi driver pribadi Rios, sementara 5 orang lainnya terluka parah.

Rios dikabarkan mengalami benturan di kepalanya, dan patah tulang rusuk yang nyaris menembus jantungnya. Namun, sepertinya Tuhan belum ingin mengambil nyawa pria itu. Karena kabarnya operasi Rios berjalan lancar, dan kini pria itu sudah dipindahkan ke ruang recovery, atau ruang pemulihan.

MORE THAN YESTERDAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang