Mine | Chapter 14

5K 375 14
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Langit pada sabtu malam minggu itu terpantau terang. Tanpa awan, dan hanya dihiasi oleh satu-satunya satelit alami Bumi, yaitu Bulan.

Malam masih terhitung sore, karena waktu baru menunjukkan pukul 19.30 WIB. Waktu dimana Nara baru saja selesai menemani Milo makan. Dan Nina sedang membereskan dapur.

Kalau Rios, pria itu sedang berada di Bali untuk sebuah kunjungan sekaligus meninjau perkembangan pengakuisisian sebuah hotel di sana. Sudah tiga hari ini Nara ditinggal pergi, setelah beberapa minggu belakangan suaminya sering kali melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri. Kata Aslan, sih, besok sore Rios baru akan pulang ke Jakarta.

Nara belum sempat bertanya lagi karena sejak kemarin malam Milo terserang demam tinggi. Ia jadi tidak punya waktu untuk mengurusi hal lain, dan hanya merawat Milo.

Untunglah setelah tanpa henti Nara merawat putranya, mulai siang tadi demam bocah itu sudah turun.

"Udah? Milo mau susu cokelat?" tawar Nara pada Milo yang nampak masih terlalu malas untuk beranjak dari meja makan.

Bocah itu kelihatan sedikit pucat dan lesu, seperti tidak ada tenaga hanya untuk menjawab pertanyaan Nara atau selebihnya bergerak turun dari kursinya. Ia malah meletakkan kepala di meja dan tidur disana.

Nara mendatangi putranya setelah membantu Nina memindahkan semua bekas peralatan makan putranya ke wastafel untuk di cuci.

"Sayang, kok malah tidur disini?" ujar istri Rios itu lembut sambil merendahkan badannya untuk memeriksa pipi dan kening putranya.

Bocah yang memang sempat memejamkan mata itu, seketika membuka lebar kelopak matanya sewaktu tangan lembut Nara menyentuh keningnya.

Nara membuang napas sedikit lega saat merasakan suhu badan Milo mulai normal.

"Yuk minum obat sekali lagi," ujarnya sembari menuangkan sebuah obat berupa sirup ke sendok takar.

"Obatnya pahit, Mami tau?" lapor Milo, padahal sejak kemarin dia sudah menelan obatnya tanpa berkomentar sedikitpun.

MORE THAN YESTERDAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang