Mine | Chapter 03 [18+⚠️]

8.7K 484 39
                                    


Entah mengapa, semenjak hamil, lebih tepatnya semenjak perutnya bertambah buncit, Nara senang sekali memandangi pantulan dirinya di cermin.

Badannya kelihatan lebih berisi. Pipinya tembam, bokongnya tambah sintal, dan pinggangnya sedikit lebih lebar. Ia merasa gemuk. Wajar sih, namanya juga sedang hamil. Semoga saja Rios---cintanya, tidak berkurang meski tubuhnya berubah.

Sambil mengusap perutnya, Nara tersenyum sambil mengenakan pakaiannya.

Tak lama, terdengar suara Milo mengetuk pintu kamar dan langsung menyelonong masuk begitu saja.

"Mom," panggil bocah itu mencari Nara, dan menemukan sang ibu baru saja keluar dari kamar mandi.

"Mamiiii," serunya sambil berlari untuk meraih tangan Nara.

"Iya, Boy. Kenapa, Sayang?" sahut Nara, mengikuti arah langkah kaki Milo yang menarik dirinya keluar kamar.

"Aku mau nginep di rumah Eyang, ya? Boleh?"

"Nginep di rumah Eyang?"

Milo mengangguk penuh semangat. "Boleh, ya?"

"Eyang ada di bawah?"

"Ya, barusan dateng."

"Tapi Daddy belum pulang Sayang, nanti kalo Daddy pulang terus nyariin Milo gimana?"

Bocah itu manyun seketika. "Kan Mami bisa kasih tau kalo aku di rumah Eyang."

Nara merundukkan badannya sampai tingginya sejajar dengan tinggi Milo.

"Tapi Mami di rumah sendirian, Milo nggak kasian sama Mami?"

Diberitahu begitu, Milo tambah manyun, dan ia nampak kecewa karena tidak bisa menginap di rumah Eyangnya.

"Tapi Eyang juga sendirian di rumahnya, Mami nggak kasian?"

Ya ampun, lihatlah, betapa sayangnya Milo pada sang Eyang, sampai rela membiarkan Nara di rumah seorang diri.

"Mom?" Milo terlihat sangat ingin pergi rupanya. "Nggak boleh?"

Nyonya muda Fernandes itu lantas tersenyum dan mencubit gemas pipi tembam putranya.

"Boleh, tapi Milo nggak boleh nakal dan harus nurut sama Eyang, ya? Besok Mami jemput kesana!"

"Yes!" seru Milo kegirangan, cepat-cepat ia memeluk dan mencium pipi Nara. "Thank you, Mami."

Nara terlalu senang di cium Milo sampai tidak sadar kalau bocah itu sudah berlari ke kamarnya sendiri.

"Aku mau ambil bajuu!" teriaknya sebelum menghilang ke dalam kamar.

Perempuan itu hanya geleng-geleng, masih tersenyum sambil berusaha berdiri. Namun tiba-tiba saja perutnya terasa sakit, sangat kram, hingga dirinya meringis dan mengepalkan tangan. Berpegangan pada tembok sembari mengusap perutnya.

Setelah menarik napas beberapa kali, dan setelah memastikan bahwa rasa kram tadi sudah hilang, ia lalu memutuskan untuk turun. Menemui mertuanya.

Eyang barusan dateng, kata Milo tadi.

Percaya atau tidak, Pak Fernandes sudah berubah. Pria tua yang tadinya sangat dingin dan tidak suka pada Nara itu, kini sangat menyayangi menantunya. Terutama pada Milo, sang cucu. Beliau tidak sekolot dulu. Dan baik Rios maupun Nara sangat bersyukur akan hal itu.

Kehadiran Milo membawa banyak perubahan. Banyak hal baik terjadi. Salah satunya, Rios dan papanya kembali berkomunikasi, dan Pak Fernandes bercerai dari Tania, 4 tahun silam.

Jujur saja, meski cukup mengejutkan waktu itu, tapi Nara senang Tania tidak lagi tinggal di rumah Pak Fernandes. Mengingat semua hal buruk yang sudah putranya lakukan padanya dulu, membuat Nara selalu terbayang jika harus berpapasan dengan wanita itu jika berkunjung kesana.

MORE THAN YESTERDAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang