Mine | Chapter 22

1K 214 14
                                    


Pagi-pagi sekali, Nara sudah sibuk memasak di dapur di bantu Nina untuk menyiapkan sarapan. Sementara itu, Rios masih terlelap di kasurnya di temani Milo.

Bocah itu sudah bangun, namun ia mengganggu Rios dengan sengaja supaya Daddy nya yang masih molor itu segera bangun.

"Daddy?" bisik Milo di telinga sang Bapak. "Dad, wake up!"

"Hmm..." sahut Rios dengan suara kecil tanpa membuka matanya, namun kedua tangannya merengkuh tubuh mungil putranya untuk di peluk.

Milo pun membiarkan dirinya dijadikan bantal guling oleh Rios. "Dad?"

"Apa, Boy, kenapa, hm?" tanya Rios kemudian, kali ini ia membuka matanya yang masih terasa lengket dengan terpaksa.

"Kapan kita mau jalan-jalan? Sama Eyang, Oma?"

"Hhhh, ya ampun, masih inget aja."

"Ingetlah, kan Daddy udah janji. Jangan-jangan Daddy lupa, ya?" tuduh bocah yang beberapa bulan lagi genap berusia lima tahun tersebut.

"Emm, iya, Daddy lupa, tapi sekarang jadi inget lagi karena kamu ingetin."

Milo berdecak dengan wajah cemberut, dan Rios melihat wajah putranya yang jelas mengarah padanya.

"Nanti setelah Daddy kosongin jadwal kerjaan Daddy, ya? Soalnya Daddy masih agak sibuk di kantor."

Diberitahu begitu, Milo tetap menekuk wajahnya, ia sebal, tapi merengek bukanlah gayanya. Jadi ia memilih untuk melepaskan dirinya dari pelukan sang Ayah dan duduk.

"Ck, ngambek, nih, ceritanya?" ujar Rios membangunkan setengah badannya. "Milo, dengerin Daddy, ya..."

"Ah, nggak mau!" tukas Milo sambil melompat turun dari tempat tidur dan berlari menuju pintu.

"Lah, malah minggat. Boy? Milo? Al? Alex?"

Jeglek, Milo menutup pintu dan lenyap dibaliknya.

Rios hanya bisa menghela napas, dan akhirnya turun dari tempat tidur. Di periksa ponselnya yang tadi tergeletak di nakas dimana waktu di ponsel tersebut menunjukkan pukul 06.00 pagi.

Pria itu lalu beranjak menuju kamar mandi untuk mencuci wajahnya dan menggosok gigi sebelum akhirnya turun untuk mencari istrinya.

Aroma masakan yang begitu semerbak terbawa udara hingga kemudian terendus indra penciumannya, telah membuat perut Rios berbunyi. Ia merasa lapar tiba-tiba hanya karena tak sengaja mengendus aroma lezat masakan dari arah dapur rumahnya itu.

Ia pun pergi kesana, mendapati beberapa menu masakan sudah tertata rapi di atas meja makan, sementara Nara masih sibuk mencuci piring dan peralatan bekas masaknya sendirian tanpa ada yang menemani di dapur.

Rios celingak-celinguk ke sekeliling ruangan itu, dirinya tak melihat Nina ataupun Milo.

"Ra?" panggil Pria itu sambil mendekati Nara.

Nara menoleh sebentar, lalu kembali pada cucian piringnya yang sepertinya banyak sekali.

"Kenapa? Cari Milo? Milo kusuruh mandi, di temenin Nina sekalian beresin kamarnya."

Rios manggut-manggut. "Ya ampun, banyak banget cucian piringnya, sini biar Mas aja yang nyuci." Ia segera mengambil alih sabut cuci piring dari tangan Nara, membasuh tangan Nara yang belepotan busa sabun cuci piring lalu menyuruh Nara untuk duduk saja.

Nara menurut, tapi ia tidak mau duduk. Ia malah berdiri di belakang Rios dan memeluk suaminya dari belakang.

Rios menoleh, dan Nara melongoknya dari belakang. "Mas lagi cuci piring, Sayang."

MORE THAN YESTERDAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang