Mine | Chapter 18

5.4K 338 40
                                    


Pukul 23.15 malam, Nara terjaga.
Kenyataannya dia sudah tertidur pulas dan sempat bermimpi, namun kini terbangun ketika merasakan hawa dingin AC terlalu menusuk hingga ke tulangnya. Matanya yang masih sayup itu tak mendapati keberadaan Rios di sampingnya. Hal tersebut membuat Nara langsung mendesah juga menghela napas.

Ia keluar dari kamar dengan langkah yang hampir sempoyongan karena pusing yang dideritanya sejak pagi tadi begitu dirinya dan Rios sampai di Jakarta.

Ya, mereka sudah kembali ke Jakarta setelah hampir sebulan tinggal di Bali, di Villa sewaan Pak Fernandes.

Rios sudah merasa jauh lebih baik. Pria itu bersikeras bahwa dirinya sudah sembuh dan tidak merasakan sakit apapun lagi, jadi ia memaksa kalau mereka harus pulang, karena ia sudah sangat merindukan Milo.

Jadi mereka pulang, dengan Nara yang sangat mabuk perjalanan.

"Jangan bilang beneran meeting jam segini," gumam istri Rios itu mendumel pelan sembari berpegangan pada pembatas tangga selagi kedua kakinya yang sedikit lunglai menuruni anak tangga.

Saat mencapai lantai dasar, Nara tak sengaja berpapasan dengan Nina yang baru saja keluar dari arah dapur bersama Pak Hendi.

Sewaktu melihat Nara, kedua orang itu nampak terkejut dan gagap, terlihat seperti orang yang kepergok habis melakukan sesuatu.

"Eh, ibu?" Nina kikuk.

"Non ..." sapa Pak Hendi setelah Nina, sembari tersenyum malu. Kemudian ia pamit pergi ke kamarnya, meninggalkan Nina bersama Nara.

Nara sendiri masih memerhatikan gelagat Nina yang sedang berdeham masih dengan ekspresi kikuknya.

"Mbak belum tidur?"

"B-belum, Bu, ini baru mau. Ibu mau ke dapur?"

"Enggak, saya mau ke ruangan Mas Rios."

"Oh, Bapak. Iya, Bu, Bapak ada di ruang kerja sama Milo."

"Milo?" Nara mengernyit heran. "Perasaan saya Milo udah tidur deh dari jam delapan tadi?"

"Kayaknya kebangun, Bu. Soalnya jam 9 tadi turun ke bawah sambil kucek-kucek mata terus nyariin Bapak," tutur Nina.

"Oh, ya?"

"Iya," jawab pembantu Nara itu.

Nara menghela napas, lalu mengangguk mengerti. Dirinya pun pergi ke ruangan Rios setelah mempersilakan Nina istirahat.

Nara tidak mengetuk, namun ia membuka pintu ruangan Rios secara perlahan dan masuk dengan mata langsung tertuju pada suaminya yang sepertinya sedang meeting  dengan seseorang di dalam layar komputer, di balik meja kerjanya sana.

Nara mendapati Rios memang sedang meeting sambil memangku Milo yang tertidur pulas sembari memeluk ayahnya.

"Ya ampun," cetusnya nyaris geleng-geleng kepala melihat Milo yang sudah merosot di pangkuan Rios.

Rios pun melirik Nara. Milo yang berada di pangkuannya tiba-tiba terbatuk dan hampir bangun, namun Rios segera mempuk-puk punggung putranya.

Nara berdiri di depan meja Rios, memelototi pria itu dengan raut garang. Memberi isyarat melalui tatapan matanya, kalau Rios harus menyudahi aktivitasnya sekarang juga.

Dan Rios yang mengerti pun langsung melontarkan sebuah kalimat tanpa suara kepada Nara.

"Wait a moment."

Ingin mengoceh pun rasanya Nara tak punya tenaga, jadi ia memilih menunggu sambil berdiri di depan meja Rios. Sengaja agar pria itu tidak menunda-nunda menyudahi pekerjaannya.

MORE THAN YESTERDAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang