Mine | Chapter 09

4K 415 22
                                    


Sudah hampir sebulan semenjak Nina mulai bekerja di rumah Rios dan Nara.

Gadis itu sudah sangat akrab dengan Nara. Pandai sekali dirinya mengambil hati Nara dengan kesopanan dan kelembutannya dalam berbicara, membuat Nara dengan cepat merasa nyaman. Terlebih dia rajin, dan menyelesaikan pekerjaan rumah dengan sempurna. Padahal rumah mereka besar, tapi dia mampu menghandle semuanya sendiri. Keponakan Bibi itu memang sangat pintar bersih-bersih.

Sementara Rios tidak berkomentar. Karena pengusaha itu menjadi lebih sibuk belakangan ini dan lebih banyak menghabiskan waktunya di kantor dari pada dirumah. Ia pulang selalu larut malam, dan berangkat pagi-pagi sekali. Jarang ada waktu bersama Nara atau putranya.

Nara sudah bisa menebak, kalau dalam waktu dekat, dirinya akan ditinggal pergi suaminya untuk perjalanan bisnis. Biasanya begitu kalau jadwal Rios sangat padat.

Ya, setidaknya Nina sudah berhasil mengambil hati majikan perempuannya, namun belum dengan Milo.

Bocah itu masih tidak mau dekat-dekat dengan Nina. Bahkan untuk melihat saja tidak mau. Dia menjadi anak kecil super cuek. Memang wajar kalau Milo bersikap demikian, karena dia memang tipe yang sangat sensitif terhadap orang baru. Tapi biasanya setelah di bujuk oleh Maminya, Milo akan menurut, herannya sekarang sulit.

Nara jadi merasa tidak enak pada Nina, karena Milo selalu rewel jika melihatnya. Tetapi Rios selalu berkata, "Biarin aja, nanti lama-lama juga mau kenalan."

"Tapi Mas, ini udah hampir sebulan, Milo maunya nempel terus sama Aku, nggak mau ditinggal."

"Ya udah kurung di kamar aja."

"Kok gitu?"

"Mas capek, Sayang. Kita bahas besok, ya?"

Ujung-ujungnya Rios tidak mau ikutan pusing dan menyerahkan semuanya pada Nara.

Padahal Nina juga sudah berusaha mencoba mendekati Milo, tapi apa yang salah sebenarnya?

Ah, memikirkannya membuat Nara jadi sakit kepala dan mual. Seminggu terakhir ini dirinya memiliki banyak drama. Tidak nafsu makan, lebih mudah terserang lelah, dan mual muntah.
Padahal yang bekerja sangat keras adalah Rios, sementara dirinya berleha-leha di rumah. Entah mengapa kesehatannya ringkih sekali sejak ia mengalami keguguran.

Bahkan mulai dari jam empat pagi ini, Nara sudah bolak-balik ke kamar mandi hanya untuk muntah. Tetapi karena perutnya kosong, yang dirinya muntah kan hanyalah air liur. Rasanya sakit, tenggorokannya jadi pedih.

Rios yang tadinya sangat pulas, jadi terbangun karena istrinya yang berulang kali keluar masuk kamar mandi. Ditambah telinganya mendengar suara muntahan Nara. Nyawanya segera terkumpul, dan ia pergi untuk memeriksa Nara yang belum keluar dari kamar mandi sejak tujuh menit yang lalu.

Mata pria itu langsung terbelalak begitu melihat Nara terduduk di lantai dekat kloset sambil bersandar pada dinding dengan mata tertutup.

"Ya Tuhan ... Nara?!" jerit pria itu nyaris memekik dengan raut panik.

Dengan cepat Rios berlutut di hadapan Nara, lalu menangkup pipi istrinya. "Sayang?"

Alis Nara mengernyit halus, bola matanya bergerak dibalik kelopak matanya yang tertutup rapat. Kemudian, ia menghela napas yang terdengar berat. Namun, cukup membuat Rios sedikit lega karena istrinya tidak pingsan.

"Kamu kenapa, Ra?"

"Nggak tau," sahut Nara, matanya perlahan terbuka, dan napasnya masih berat. "Tiba-tiba lemes terus nggak bisa bangun."

"Ya ampun, Kenapa nggak panggil Mas, Sayang?"

"Udah ... Tapi Mas nggak denger."

Dalam hatinya Rios langsung mentolol-kan dirinya sendiri. Namun, ia tidak mau banyak berpikir dan lebih memilih untuk membawa Nara keluar dari kamar mandi. Bahkan pakaian tidur istrinya basah akibat terkena air.

MORE THAN YESTERDAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang