Terungkap

18 25 0
                                    

"Ketika hal yang sebenarnya bukan rahasia namun terahasiakan tiba-tiba terbuka." _Author

Happy Reading

Sekarang sampailah mereka bertiga di depan pintu rumah Damar.

"Assalamualaikum," ujar Aletta dan Chika secara bersamaan.

Tak lama mereka menunggu suara sahutan dari dalam terdengar. "Waalaikumsalam," sahut seseorang dari dalam rumah.

Pintu rumah Damar sedikit demi sedikit terbuka dan terlihat Papinya Damar yang membuka pintu.

"Om," sapa Aletta yang langsung mencium tangan Papinya Damar diikuti oleh Chika dan Michel.

"Aletta? Kamu Aletta kan? Temannya Damar?" tanya papinya Damar.

"Iya, om." sahut Aletta.

"Ini kalian bertiga kok bisa ada disini? Hujan-hujanan gini lagi, ada apa sih sebenarnya?" tanya papinya Damar.

Belum sempat Aletta menceritakan semuanya, maminya Damar keluar. "Siapa yang datang pi?" tanya maminya Damar yang baru keluar dari rumah.

"Aletta, mi." jawab papinya Damar.

"Oh nak Aletta? Kok bisa disini? Lah Michel? Kok ada kamu juga nak?" tanya maminya Damar.

"Mami? Jadi ini rumah mami? Dan ini suami baru mami?" tanya Michel.

"Iya nak, ini rumah mami, dan ini suami mami." jawab maminya Damar.

Aletta & Chika merasa bingung ada apa ini sebenarnya, tak lama Damar keluar bersama Melodi sepupunya.

"Aletta? Kok lo disini?" tanya Damar.

"Iya tadi gue lagi mau ke supermarket sama Chika, dan dijalan gue ngeliat Michel di ganggu dua preman, jadi gue dan Chika nolongin dia, nah pas kami di mobil, mobil gue malah mogok, dan gue ingat daerah ini, ya sudah gue kesini saja. Enggak merepotkan kan?" jelas Aletta.

"Oh gitu, ya sudah kalau gitu kalian masuk dulu geeh, kasian kalian kedinginan." ujar Damar.

"Nah, betul itu." sambung papinya Damar

Mereka semua pun masuk ke rumah Damar, di dalam mereka harus mendengar kejutan yang menghebohkan.

"Michel, tadi kata nak Aletta kamu sempat diganggu preman, apakah kamu enggak apa-apa nak?" tanya maminya Damar.

"Iya mi, aku enggak apa-apa." jawab Michel.

"Mami? Lho kok lo manggil nyokap gua mami?" tanya Damar heran.

"Hah? Nyokap lo? Ini nyokap gue kali, nyokap gue jadi nyokap lo itu cuma karena nyokap gue nikah sama bokap lo. Tapi tetap saja dia nyokap gue bukan nyokap lo." ujar Chika sambil memutarkan bola matanya.

"Hah? Mi? Apa benar itu?" tanya Damar menatap Maminya.

"Iya, Michel ini anak Mami. Tapi saat Mami dan Papinya Michel pisah Michel ikut Papinya. Dan saat pernikahan Mami dan Papi kamu, Michel tidak hadir karena dia lagi di luar negeri." ujar Maminya Damar.

"Astaga, jadi Michel ini adik tiri aku?" tanya Damar.

"Iya," jawab Maminya Damar.

Damar melirik kearah Aletta, lalu batinnya berbicara.

"Michel? Adik tiri aku? Aduh, Al aku takut Michel nyakitin kamu lewat aku. Plis bilang kalau ini semua tidak benar, aku enggak mau punya saudara yang sudah nyakitin kamu Al." batin Damar.

"Damar, kamu tenang saja ya, walaupun kamu kakak tiri Michel, aku enggak akan pernah berubah sikap ke kamu. Aku enggak akan pernah dingin ke kamu." Batin Aletta.

Saat susana sedang tidak terkendali, Melodi keluar dari kamarnya yang tadi masuk ke kamarnya saat setelah baru keluar.

"Kalian bertiga ganti baju dulu yuk, sudah gue siapin baju tuh di kamar. Entar kalau kalian enggak ganti baju kalian sakit lho." ujar Melodi.

"Eh, enggak usah merepotkan Mel." ujar Aletta.

"Eh, kok lo tahu nama gue. Oh iya gue lupa, lo Aletta ya, yang diceritakan Damar waktu itu, kata Damar lo cemburu lihat gue sama Damar berdua." ujar Melodi menatap Aletta dan Damar.

"Hah? Cemburu? Gue enggak cemburu, Damar saja yang buat-buat." ujar Aletta.

"Iya iya, enggak cemburu cuma enggak suka saja kan lihat gue dan Damar berdua?" ujar Melodi bertanya.

"Enggak, ih gue engg.." ucapan Aletta terpotong.

"Iya terserah lo, sekarang kalian ganti baju dulu ya." ujar Melodi.

"Oke," ujar Aletta pelan.

Mereka bertiga pun berjalan menuju kamar Melodi untuk berganti pakaian. Tidak lama mereka berganti sekarang mereka sudah selesai ganti pakaian. Mereka bertiga langsung kembali ke ruang tamu, tetapi di ruang tamu hanya ada Damar seorang.

"Lah? Kok cuma ada lo doank? Mami Papi lo kemana?" tanya Aletta.

"Ke kamar bentar, enggak tahu ngapain." jawab Damar.

"Oh," ujar Aletta.

"Sudah geeh duduk, tuh Chika dan Michel sudah duduk lho, lo enggak pegal?" ujar Damar bertanya.

"Iya gue duduk," ujar Aletta.

Saat Aletta melangkahkan kakinya, kakinya terselandung, sehingga Aletta jatuh ke pangkuan Damar, dan lagi-lagi mereka saling menatap, jantung yang sama-sama berdetak sekencang kilat, wajah yang memerah, tangan yang dingin dan gemetar kembali terjadi pada mereka.

"OMG lagi lagi dan lagi, jantungku berdetak sekencang ini saat menatap Damar. Rasanya hangat sekali, tubuhku yang sedari tadi kedinginan akibat hujan, kini terasa sangat hangat, aku sangat nyaman berada didekat Damar seperti ini. Aku tak ingin melepaskan apalagi kehilangan kehangatan ini, aku tak ingin kamu pergi menggores dan membuka kembali luka yang telah ada di hati aku Damar, aku ingin memiliki kamu, tapi itu tidak mungkin, karena kamu tidak mungkin mempunyai perasaan yang sama denganku." Batin Aletta

"Matamu, hidungmu, wajahmu, semuanya terlihat indah Aletta. Bahkan hidupmu saat bersamamu juga terasa sangat indah. Aku tak ingin kamu tersakiti Aletta, aku tak ingin kamu menangis Aletta, aku ingin kamu bahagia, dan kalau bisa aku sendiri yang akan memberikan kebahagiaan itu ke kamu. Tapi, jika kita memang bukan jodoh, aku harap kamu menemukan orang yang bisa mencintaimu Aletta. Tapi tetap saja aku akan berjuang untuk mendapatkan cinta kamu, aku akan berjuang untuk hidup sehidup semati bersamamu, menua bersamamu." Batin Damar.

"Jantung Damar? Aku enggak salah dengar kan? Ini suara jantung Damar yang berdetak sangat kencang atau suara jantungku ya? Tapi ini berasal dari jantungnya, kalau ini bukan detak jantungku berarti Damar? Ah tidak mungkin, tidak mungkin Damar mempunyai perasaan yang sama denganku." Batin Aletta.

Mereka terus-terusan saling menatap, terbang ke awang-awang, membayangkan bagaimana jadinya jika mereka ternyata berjodoh. Sangking asiknya saling menatap mereka sampai tidak sadar kalau Chika mengabadikan momen mereka itu lewat kamera ponselnya. Dan saat itu ruang tamu mulai terisi kembali oleh Mami & Papinya Damar.

"Ekhem, kayanya ada yang jatuh cinta nih, sampai enggak ingat jarak." ujar Papinya Damar memandangi mereka Aletta dan Damar.

Ucapan Papinya Damar tidak juga memecahkan pandangan mereka, mereka tetap saja saling menatap, mereka tidak sadar jika mereka sedang menjadi bahan tontonan, bahkan mereka tidak sadar kalau Papinya Damar bicara.

"Aletta, aku rasa kamu itu bukan manusia, tapi kamu itu bidadari, bidadari yang cantik, bidadari yang berhasil memikat hatiku" Batin Damar.

"Damar, aku rasa kamu itu bukan manusia, tapi kamu itu pahlawan, pahlawan yang tampan, pahlawan yang berhasil mengembalikan senyuman dan kebahagiaanku, serta memikat hatiku." Batin Aletta.

Mereka terus-menerus saling menatap, tak ada ucapan atau siapapun yang bisa memecahkan pandangan mereka saat itu.

Hallo guys, update lagi nih.
Ikuti terus kisah ini yah, kalau suka jangan lupa untuk votmennya.

Salam Manis,
AmandaKtbm

Rabu, 8 September 2021

Aletta Inara [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang