“Nih, buat kamu.” Rezi mengulurkan goodie bag berukuran kecil pada Reely. Saat dibuka, perempuan itu sedikit terperangah melihat isinya, terdapat satu botol berisi minuman rasa jeruk kesukaannya.
Reely melihat Rezi yang tengah menegak minuman rasa kopi, melihat jakun laki-laki di depannya naik turun saat tengah minum itu mengapa jantungnya berdebar cepat sekali, ya? Dilihat sedekat ini, di bawah terik matahari yang telah mencapai puncak kepala, Rezi benar-benar sangat menawan.
Buru-buru perempuan itu menggeleng pelan lalu berkata, “Ini dari Kakak?” Reely bertanya demikian karena sedikit ragu jika ini benar dari Rezi, pasalnya botol minuman ini terasa sangat familiar dengannya.
Rezi menatap Reely sembari menutup botol minumnya yang sudah habis. Ia mengangguk. “Dari Ibu kamu, saya juga tahu kamu kan emang suka minuman jeruk. Saya mah tahu semua yang kamu suka.”
Kemudian, mereka berjalan menuju tempat makan di samping minimarket, kebetulan keduanya sepakat ingin makan dahulu sebelum pulang.
“Semua yang saya suka?” gumam Reely yang terdengar oleh Rezi.
Rezi menghentikan langkahnya yang membuat Reely juga berhenti. “Iya saya tahu semua yang kamu suka. Kamu suka melukis, suka minuman rasa jeruk, suka makanan manis dan pedas, dan ... suka saya.” Suaranya memelan saat mengucapkan dua kata terakhir, tetapi masih bisa didengar Reely.
Sebelum suasananya menjadi canggung, Rezi langsung mengajak Reely untuk kembali berjalan. Diam-diam, tanpa sepengetahuan Rezi yang berada dua langkah di depannya, Reely terkekeh pelan. Ia sudah ketahuan rupanya.
***
“Ternyata ada untungnya ya saya datang ke sanggar lukis tadi.”
“Emang bagi Kakak untungnya apa?” tanya Reely penasaran.
“Saya jadi punya lukisan hasil sendiri, bisa saya pakai buat ujian praktik seni rupa nanti.” Mereka berdua tertawa.
Rezi menghentikan tawanya, rasanya senang berjuta-juta kali lipat saat melihat perempuan cantik di depannya ini tengah tertawa. Apalagi yang menjadi alasan tawa itu adalah dirinya.
“Saya senang bisa bareng sama kamu hari ini.”
Reely menghentikan tawanya. Ia menatap menunduk dan berdeham kecil. Rezi ini, hobi sekali membuat jantungnya berdebar dengan cepat. Akan ia balas Rezi saat ini, ia ingin tahu, apakah Rezi juga bisa salah tingkah seperti dirinya?
“Saya juga senang bisa habisin waktu sama Kakak hari ini.”
Satu, dua, tiga!
Oh, Tuhan! Rezi benar-benar terlihat salah tingkah. Ya ampun, saat salah tingkah pun Rezi justru lebih tampan berkali-kali lipat. Reely menggigit bagian dalam bibir bawahnya guna menahan tawa saat melihat Rezi menyugar rambutnya berkali-kali. Padahal, rambutnya tidak berantakan sama sekali. Jadi, seperti ini salah tingkah versi Rezi?
KAMU SEDANG MEMBACA
Melukis Resah Setelah Pisah
Ficção AdolescenteSelama 17 tahun hidupnya, Reely hanya memilki ayahnya-satu-satunya insan yang ia punya. Saat kehilangan-kehilangan pahit mulai menghampiri, ia sadar bahwa dirinya harus memperoleh kebahagiaan sendiri. Namun, luka-luka yang belum ia maafkan justru me...