Bagian 34

88 16 26
                                    

Perjalanan menuju sanggar lukis menghabiskan waktu sekitar tiga puluh menit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perjalanan menuju sanggar lukis menghabiskan waktu sekitar tiga puluh menit. Sebenarnya, lokasinya tidak terlalu jauh dari rumah Reely. Tempatnya berada di Jakarta Selatan, sedangkan Reely di Jakarta Timur. Untungnya, mereka datang di hari libur yang mana arus lalu lintas tidak terlalu ramai saat pagi-pagi begini.

Saat turun dari motor Rezi, Reely melihat tempat sanggar lukis di depannya dengan saksama. Tempat ini luas sekali untuk ukuran sanggar lukis. Perempuan itu menghela napasnya, merasa menyesal karena baru tahu ada sanggar lukis sebagus ini.

"Yuk, masuk ke dalam," ajak Rezi setelah memarkirkan motornya.

Mereka disambut oleh perempuan berumur dua puluhan yang sepertinya adalah karyawan di sanggar lukis ini.

"Mau ke kelas apa, Kak?" tanya perempuan itu.

"Kami mau ke kelas kanvas, Mbak," jawab Rezi.

Kemudian, perempuan tadi berkata bahwa kelas kanvas ada di lantai dua. Reely makin takjub dengan sanggar lukis ini. Ternyata, di sini benar-benar lengkap, ada berbagai kelas yang ditujukan untuk semua usia. Ada kelas crayon, kelas manga, kelas kanvas, serta kelas digital art.

Setelah sampai di lantai dua, mereka disajikan pemandangan yang luar biasa. Karena hampir setiap inci dindingnya bertempelkan hasil karya lukis yang menakjubkan. Berbagai jenis lukisan ada, pun dengan berbagai gradasi warna yang memanjakan mata.

Reely dan Rezi diarahkan untuk duduk di kursi yang di depannya sudah ada stand painting board berukuran 60x40 cm. Netra Reely menemukan tumpukan kanvas tersegel yang ditaruh di atas meja ujung ruangan, variasi ukurannya pun menurut Reely pasti sangat lengkap. Karena dari ukuran kecil dan ukuran besar disusun dengan begitu rapi.

"Kak, Kakak mau memakai kanvas ukuran berapa? Agar saya sesuaikan stand painting board-nya." Seorang perempuan berpakaian batik ungu itu berbicara kepada Reely dan Rezi. Rezi memberi kode agar Reely saja yang memilih ukuran kanvasnya, toh juga ia sebenarnya tidak begitu paham dengan dunia lukis.

"Ukuran tiga puluh kali empat puluh aja, Mbak," jawab Reely. Ukuran segitu memang paling pas baginya, tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar. Lagi pula, jika memilih yang besar ia khawatir akan ada di sini berhari-hari karena harus menyelesaikan lukisan itu.

Semua persiapan sudah lengkap. Di masing-masing meja terdapat kuas lukis dengan berbagai ukuran, ada pula cat akrilik dengan berbagai warna dan ukuran, segelas jar berisi air, tisu, serta terdapat puluhan lembar kertas berisi contoh-contoh lukisan.

"Baik, untuk pemanasan kami akan mengadakan challenge ya. Challenge-nya adalah, kalian harus melukis cepat dalam waktu dua puluh lima menit. Untuk referensi gambarnya, kalian bisa lihat di kertas-kertas pada meja kalian, ya. Gimana, siap?" seru guru lukis yang terlihat berumur 30 tahunan itu.

"Siap!"

Terlihat seorang wanita berpakaian batik ungu tengah mengatur stopwatch. Rezi dan Reely saling tatap. Reely yang terlihat bersemangat, dan Rezi yang terlihat bingung hampir putus asa karena tidak tahu ingin menggambar apa dalam waktu sedikit itu.

Melukis Resah Setelah PisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang