BAB 1 BERBURU

366 18 8
                                    

Hutan Pancala disiang hari itu tampak tenang seperti biasa. Pohon-pohon besar dengan tanaman bersulur membuat suasana hutan menjadi sunyi, teduh dan sejuk.

Tiba-tiba ketenangan hutan terusik dengan munculnya beberapa prajurit. Mereka membabat tanaman-tanaman berduri untuk membuka jalan.

"Kita hanya membabat sebelah sini saja ya ?" tanya seorang prajurit pada kawannya.

"Entahlah. Sepertinya cuma disini saja yang dibabat. Gusti (tuan) ayu katanya akan berburu di daerah sini."

"Tapi dari tadi disini tidak terlihat binatang buruan. Mau cari apa disini ?"

"Bukankah biasanya banyak binatang disini ?"

"Sepertinya mereka sedang bersembunyi atau pindah ke area lain."

"Jadi gimana ? Kita pindah tempat ?"

Tidak berapa lama datang seorang wanita cantik menggunakan pakaian laki-laki. Ia membawa busur dan anak panah.

"Apakah tidak ada binatang buruan disini ?"

"Tidak ada, gusti ayu. Mungkin kita harus pindah ke area lain."

"Kalian tahu dimana biasanya rusa atau babi hutan berkumpul?"

"Biasanya sih disini banyak, gusti. Mungkin mereka pindah ke daerah dekat sungai. Beberapa bulan ini kan tidak ada hujan."

"Benar juga. Ayo kita pindah. Kita ke sungai."

"Sendiko gusti (baik tuan)."

Tidak berapa lama tibalah mereka di sungai yang membelah hutan Pancala. Debit sungai terlihat menyusut akibat kemarau.

"Disini juga tidak ada, gusti."

"Iya. Dari tadi kita tidak menjumpai binatang satupun, ya."

Tiba-tiba salah seorang prajurit berseru.

"Hei, hei, ituuuu!! Lihat ! Disana ada rusa!"

Wanita itu segera berlari ke arah yang dituju. Diambilnya anak panah, diarahkannya pada rusa itu. Dibidiknya dengan hati-hati. Syuuuuuuttt! Sayang bidikannya meleset. Rusa itupun kabur.

 Rusa itupun kabur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Arrrhgg!! Meleset!!" ujarnya kesal.

"Tenang gusti. Nanti juga ada lagi." Kata si prajurit.

"Kita pindah ke sebelah sana saja, gusti." Kata seorang dari mereka menunjuk ke arah lain.

"Iya boleh, hati-hati jangan sampai kita tersesat." Kata gadis itu lagi. Merekapun bergegas pindah ke arah yang dituju. Tanpa mereka sadari beberapa orang mengamati tindak tanduk mereka.

"Siapa mereka ?" tanya seorang pria tampan berpakaian keprabon (kerajaan) pada orang disebelahnya.

"Kalau dilihat dari pakaiannya, sepertinya dia putri Pancala, sinuwun (tuan raja). Ini kan hutan Pancala."

Wanita PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang