BAB 16 KARNA

76 5 0
                                    

Hari ke enam belas Kurawa mengangkat Adipati Karna sebagai senopati pasukan Kurawa. Pandawa tetap memasang Drestajumena sebagai kepala pasukan Pandawa tapi belum menentukan siapa senopati saat itu.

Srikandi sedang berjaga di perbatasan bersama Raden Setyaki dan para tumenggung saat Raden Sanjaya datang. Ia adalah putra Raden Widura, adik Prabu Destarastra dan Prabu Pandu.

"Mbakyu, aku ingin bergabung dengan pasukan Pandawa." Kata Sanjaya.

"Bergabung dengan Pandawa ? Tapi dimas, kau tinggal di Astina. Seharusnya kau bergabung dengan Kurawa."

"Pandawa adalah pihak yang benar. Aku ingin bergabung dengan Pandawa saja, mbakyu. Bisakah kau bawa aku ke Pandawa ?"

"Ya baiklah. Tapi untuk membuktikan darmamu pada Pandawa maukah kau berperang di pihak Pandawa hari ini ?"

"Tentu saja mbakyu. Akan kubuktikan ketulusanku." Kata Sanjaya pamit.

Sampai di medan perang Sanjaya bertemu dengan senopati Kurawa, Adipati Karna.

"Sanjaya, sedang apa kau disini ?" tanya Karna.

"Aku akan memerangimu kangmas. Aku memihak Pandawa."

"Appaaaaa??!! Kau tinggal, makan dan minum di Astina, kenapa kau malah memihak Pandawa ?"

"Walaupun aku tinggal di Astina tapi aku tahu mereka pihak yang salah. Aku akan membela Pandawa."

"Kau benar-benar kurang ajar. Kau pengkhianat."

Karna pun menyerang Sanjaya. Perang berjalan seru. Namun Sanjaya yang masih remaja bukan tandingan Karna, putra dewa matahari Batara Surya. Tidak lama kemudian Sanjaya tewas dengan keris Kyai Jalak milik Karna menancap di dadanya.

Kematian Sanjaya membuat marah Srikandi. Ia sama sekali tidak menyangka Karna bisa tega membunuh Sanjaya.

"Kakang Adipati Karna, kenapa kau bunuh dimas Sanjaya ?" kata Srikandi murka.

"Dia seorang penghianat. Penghianat layak mati."

"Dia cuma anak kecil tega sekali kau bunuh dia. Lawanlah aku." Dengan kecepatan penuh Srikandi menyerang Karna. Karna mengelak cepat. Sebagai satria putra dewa Surya ia tidak ingin bertempur melawan perempuan. Hatinya bergejolak. Mendapat serangan bertubi-tubi ia hanya mengelak saja, tidak ingin melawan.

 Mendapat serangan bertubi-tubi ia hanya mengelak saja, tidak ingin melawan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Srikandi, aku tidak mau melawan perempuan. Kau panggilah suamimu. Suruh lawan aku."

"Kau menghina sekali. Kau kira mentang-mentang aku perempuan aku tidak berani melawanmu ?"

"Tempat perempuan itu diranjang, bukan di medan perang." Ejek Karna.

"Kau benar-benar meremehkanku !"

"Srikandi, sekali lagi kubilang, kau pulanglah."

"Kau kira aku pengecut ? Matipun aku rela. Lawanlah aku kakang Karna!" Srikandi mencabut kerisnya dan kembali menyerang Karna.

Wanita PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang