BAB 5 SAYEMBARA TAMAN MAERAKACA

115 6 9
                                    


Usai mandi para emban lalu mendandani sang putri dengan perhiasan dan pakaian kebesaran ala seorang putri raja besar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Usai mandi para emban lalu mendandani sang putri dengan perhiasan dan pakaian kebesaran ala seorang putri raja besar. Rambutnya digelung dan dihias. Wajahnya dibedaki dan diberi makeup. Sekarang penampilannya berubah menjadi seorang putri raja yang cantik dan mewah.

Srikandi pergi menuju balai istana untuk menghadap ayahnya. Melihat kedatangan putrinya, sang ayah berdiri dari kursi singasana dan memeluk leher putri kesayangannya itu. 

"Kemana kau pergi, anakku ? Kenapa kau tidak memberitahu ayahmu ? Kau baik-baik sajakah ? Ibumu sudah bercerita padaku. Tapi ayah ingin mendengar langsung darimu." katanya.

Srikandi memandang ayahnya. Melihat gurat-gurat kelelahan di wajah ayahnya, Srikandi merasa bersalah.

"Ayah, maafkan aku.. Aku pergi berguru pada kangmas Arjuna. Aku tidak berani memberitahukanmu karena aku yakin ayah pasti akan melarangku."

Prabu Drupada menarik nafas panjang.

"Aku berhasil menguasai ilmu mentang langkap, ayah.. " kata Srikandi bangga.

"Benarkah ? Syukurlah anakku. Ayah sangat bangga padamu. Bagaimana perlakuan Arjuna padamu ? Dia baik-baik saja padamu? Kau tidak diapa-apakan ? Ayah sudah curiga kau pasti berguru pada Arjuna. Kau tahu kan, kangmasmu itu terkenal tuk mis, bathuk klimis, satria mata keranjang. Apakah kau baik-baik saja ?" selidik Prabu Drupada.

"Tidak apa-apa ayah. Kangmas Arjuna hanya mengajariku memanah saja."

"Syukurlah anakku.. Nini, ayah mengajarimu ilmu bela diri, membuatmu menjadi seorang perempuan yang digdaya, semua itu bukan untuk kesombongan. Ingat nak, urip iku urup. Hidup itu hendaknya memberi manfaat untuk orang lain. Gunakan semua ilmu yang kau miliki untuk kepentingan orang banyak, untuk kemakmuran dan kejayaan negara. Jangan kau gunakan ilmumu untuk angkara murka, tapi gunakan untuk membela yang lemah."

"Sendiko rama." Kata Srikandi sambil menyembah.

"Duduklah dekat ayah sini.. Walaupun kau baru saja tiba, ayah ingin membicarakan hal penting denganmu. Ibumu mengatakan kau bersedia menikahi Prabu Jungkungmardea. Benarkah ?" 

"Ayah aku ingin mengabdikan diriku untuk kekuatan Pancalaradya. Aku belum terpikir untuk menikah. Aku ingin berbakti pada negara."

"Kau tahu anakku, berbakti pada negara bukan hanya menjadi seorang prajurit tapi juga memastikan rakyat hidup damai berkecukupan.  Dengan menjadi istri Prabu Jungkungmardea kau telah mengabdikan dirimu agar rakyatmu hidup damai."

Setelah terdiam sejenak sang Prabu melanjutkan bicaranya.

"Anakku, saat ayah membuat sayembara itu ayah tahu kau pasti tidak setuju. Naluriku mengatakan bahwa kau berada aman di Madukara. Tapi sebagai orangtuamu ayah tidak ingin kau berlarut-larut dalam kesukaanmu, olah keprajuritan. Ingat nak, setinggi-tingginya kau mencari ilmu, kau tidak akan bisa mengingkari takdirmu sebagai perempuan. Kau tetaplah seorang perempuan yang tujuan hidupnya adalah untuk berkeluarga dan melayani suami serta anak-anakmu kelak. Tetap akan ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Kau tidak bisa mengelak takdirmu."

Wanita PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang