BAB 2 MADUKARA

117 8 0
                                    

Diterangi temaram cahaya bulan, putri yang keras hati itu berkuda tanpa mengenal takut. Suara kodok dan jangkrik bersahut-sahutan menemani perjalanannya. Paginya ia sampai di kawasan Madukara. Tampak hiruk pikuk masyarakat Madukara yang sudah memulai kesibukan mereka. Ia berjalan sambil menuntun kudanya melewati pasar. Tidak ada seorangpun yang menyadari seorang putri raja berada di antara mereka. Semua sibuk dengan urusannya masing-masing.

 Masuk ke dalam satu warung, Srikandi menambatkan kudanya di pohon, lalu memesan penganan. Pemilik warung heran dengan kedatangannya.

"Darimana ndoro (tuan) ? Gadis cantik seperti ndoro koq bepergian sendirian ?" tanyanya.

Srikandi tersenyum manis.

"Bi, kota Madukara masih jauhkah ?"

"Masih jauh den ayu. Istirahatlah dulu disini. Kira-kira setengah hari berkuda den ayu akan tiba di kota."

"Baiklah, aku sewa kamar dulu untuk ngaso disini, bi. Tolong beri makan kudaku."

"Iya den."

Setelah beristirahat dan mandi, Srikandi melanjutkan perjalanannya. Ia berkuda dengan santai sambil menikmati pemandangan. Sore hari iapun tiba di kesatrian Madukara. Tampak dinding bangunan yang tinggi dan tebal memisahkan kesatrian dengan daerah sekitarnya. Dengan bantuan aji Lepas Lumumpat ia melompat ke atas dinding untuk menyelidiki keadaan di dalamnya. Setelah yakin ia berada di wilayah taman, ditalikannya kudanya pada pohon yang tertutup semak-semak sehingga tidak terlihat dari luar, lalu ia melompat masuk. Begitu mendarat, ditelitinya situasi di dalam taman.

Taman Madukara yang bernama taman Maduganda itu adalah taman luas yang dibangun dengan lanskap sangat cantik berkat tangan dingin pemiliknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Taman Madukara yang bernama taman Maduganda itu adalah taman luas yang dibangun dengan lanskap sangat cantik berkat tangan dingin pemiliknya. Taman itu sangat luas dan memiliki 2 kawasan, satu kawasan khusus untuk bercengkrama dan dibagian lain khusus untuk berlatih memanah dan olah keprajuritan yang lain. Arjuna memang menyukai olah keprajuritan sejak kecil. Ia adalah pemanah nomor satu di dunia. Keahliannya ini diperolehnya dari berguru dengan resi Durna di padepokan Sokalima.

Srikandi berjalan menyusuri jalan setapak yang penuh bertabur bunga warna warni yang didisain rapi, indah, harmonis dan estetis. Melihat ada kolam ikan di dekatnya, ia memutuskan untuk menunggu Arjuna disitu. Kolam tersebut tidak berapa besar tapi penuh dengan ikan-ikan hias. Di tepi kolam terdapat air terjun mini untuk memberikan asupan air jernih pada penghuni kolam. Suara gerujuk air membuat hatinya yang gelisah terasa lebih tenang.

Duh dewata, bagaimana kalau pangeran Arjuna menolak mengajarkanku memanah ? Apa aku tidak jadi mati karena malu ? Ya Dewata, bantulah hambamu ini, doanya dalam hati. Ia lalu merapikan pakaiannya, melilitkan kain untuk menutupi celana selututnya, penampilannya sekarang tampak seperti seorang rakyat pada umumnya. Begitu sederhana, tanpa perhiasan satupun kecuali sebuah kalung yang menghiasi lehernya yang jenjang. Rambutnya yang panjang dan ikal dirapihkan dengan beberapa jepit dan dibiarkan terurai. Ia lalu duduk dan bersemedi memusatkan pikiran. Dengan kekuatan mata batin, dipanggilnya Raden Arjuna.

Wanita PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang