BAB 10 FITNAH DI AMARTA

70 7 1
                                    

Berbagai cara dilakukan para Kurawa untuk mengenyahkan Pandawa dari Amarta. Mereka iri dengan kemakmuran kerajaan Amarta dan berusaha merebutnya. Astina sebenarnya adalah kerajaan yang kaya. Tapi kekayaan Astina tidak memuaskan Duryudana yang serakah. Ia ingin mendapatkan kekayaan kerajaan Amarta pula. Karena itu berbagai strategi sudah dilancarkan untuk merebutnya dan semuanya gagal.

"Anak Prabu, kalau kita tidak bisa merebut Amarta dengan cara terang-terangan, ada cara yang lebih jitu lagi dan anti gagal." Kata Patih Sangkuni.

"Apa itu paman patih ?" tanya Duryudana penasaran.

"Yaitu strategi adu domba dan fitnah. Anak prabu pernah dengar tidak pepatah ngluruk tanpa bala, menang tanpa ngasorake ? Artinya dengan strategi fitnah kita bisa mendapatkan yang kita mau tanpa harus mengerahkan pasukan."

"Hm.. Menarik, paman. Lalu bagaimana caranya agar kita bisa mendapatkan Amarta ?"

"Paman rasa yang bisa melakukan itu satu-satunya hanyalah Batari Durga."

Duryudana terkejut mendengarnya.

"Batari Durga ?? Bagaimana maksud paman ?"

"Kalau anak prabu benar-benar teguh dalam pendirian, keras hati, anak prabu harus bertapa minta pertolongan Batari Durga untuk mengirimkan fitnah kepada Pandawa agar mereka saling curiga diantara mereka. Kalau kita tidak bisa memecah Pandawa, kita pecah anak-anak mereka. Kita sebarkan fitnah sehingga mereka saling curiga diantara mereka. Kekuatan mereka adalah persatuan, karena mereka punya motto tiji tibeh, mati siji mati kabeh, mukti siji mukti kabeh, satu mati semua mati, satu jaya semua jaya. Motto itu yang membuat mereka kuat."

"Baiklah paman. Aku akan bertapa memohon bantuan Batari Durga."

"Nah kalau begitu paman mohon pamit. Silakan anak prabu bertapa dulu, nanti kalau sudah ada hasil, panggillah paman."

"Baik paman."

Prabu Duryudana pun bertapa di tengah sungai Yamuna. Kekerasan hatinya membuahkan hasil. Di malam ke 40 tiba-tiba datang sebuah cahaya. Setibanya di depan sang prabu, cahaya itu berubah wujud menjadi seorang dewa berwujud raksasa perempuan. Ia menggunakan pakaian merah. Auranya sangat mengerikan, membuat siapapun pasti akan gentar melihatnya. Tapi tidak dengan Prabu Duryudana. Ia dengan tenang menyembah hormat pada sang Batari.

Batari Durga sebenarnya adalah seorang bidadari cantik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Batari Durga sebenarnya adalah seorang bidadari cantik. Ia dikutuk suaminya, Batara Guru, menjadi raksasa karena tidak mau melayani sang suami. Sejak itu rasa frustrasi membuatnya suka berbuat keonaran.

"Cucuku Duryudana, ada apa engkau memanggilku ?"

"Eyang Batari, aku mohon bantuanmu. Aku ingin merebut Amarta, tetapi Pandawa terlalu tangguh untukku. Apakah Batari bisa membantuku ?"

"Cucuku, bukankah engkau sudah mendapatkan Astina ? Apa lagi yang kurang ?"

"Aku tidak akan puas sampai Pandawa mati, Batari. Mereka seperti debu dalam mataku. Seperti jarum di hatiku. Aku tidak puas, Batari. Mohon bantuan paduka, sang Batari."

Wanita PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang