Perang memasuki hari ketiga belas. Kali ini Kurawa memasang formasi perang Cakrabyuha. Cakrabyuha adalah formasi perang berbentuk seperti roda yang berputar. Jenderal-jenderal yang terlibat dalam formasi ini haruslah orang-orang sakti dan cekatan karena mereka akan terus berputar dan menjebak musuhnya di dalam. Formasi ini dibentuk resi Durna untuk mengalahkan formasi garuda nglayang dari Pandawa. Dalam formasi Cakrabyuha para jenderal yang dijadikan titik kekuatan adalah Prabu Salya, Karna, Dursasana, Aswatama, resi Krepa, Prabu Bogadenta, Prabu Haswaketu, Kartipeya, Kartamarma, Wrehatbala dan Durna sendiri.
Dari pihak Pandawa yang menjadi titik kekuatannya adalah Arjuna dan Werkodara. Masing-masing berada di sebelah kanan dan sebelah kiri garuda. Untuk menghancurkan kekuatan Pandawa, resi Durna memerintahkan, Prabu Wresaya dan Prabu Gardapati memancing Arjuna dan Werkodara keluar dari formasi Pandawa. Selanjutnya formasi roda Cakrabyuha Kurawa akan berputar dan menghancurkan formasi garuda nglayang Pandawa.
Formasi perang Cakrabyuha
Di kemah Pandawa senopati Pandawa, Drestajumena meminta agar Arjuna dan Werkodara tidak keluar dari formasi karena kalau mereka keluar atau menjauh dari formasi maka hancurlah pasukan Pandawa. Dari pihak Pandawa mereka mengerahkan satria-satria muda seperti Raden Sanga Sanga (putra Setyaki, adik ipar Prabu Kresna), Pancawala dan Sasikirana (putra Gatutkaca).
Pagi pun datang. Terompet dibunyikan tanda perang dimulai. Para satria berada di posisi masing-masing. Kedua barisan, baik barisan Kurawa maupun Pandawa memulai pertempuran. Kedua belah pihak berupaya keras memecah dan menghancurkan barisan lawan.
Sesuai perintah resi Durna Prabu Weraku dan Prabu Gardapati memancing Arjuna dan Werkudara keluar dari formasi. Akibatnya pasukan Pandawa kocar kacir diseruduk roda Cakrabyuha dari Kurawa. Drestajumena melihat hal ini menjadi sangat kesal pada Arjuna dan Werkodara. Lalu ia membangun barisan baru tanpa Arjuna dan Werkodara. Formasi barisan kali ini berbentuk supit udang dgn menempatkan Gatutkaca dan Drestajumena sebagai capit kiri dan capit kanan. Pada posisi kepala ditempatkan Raden Setyaki. Adapun di bagian ekor ditempatkan Dewi Srikandi. Abimanyu (putra Arjuna) ditempatkan sebagai sungut. Dengan formasi ini perlahan-lahan barisan Pandawa bisa tegak kembali. Tidak hanya bisa menahan laju formasi Cakrabyuha dari Kurawa, berkat perjuangan para satria Pandawa, barisan Capit Urang Pandawa mulai merangsek maju, merusak barisan Cakrabyuha Kurawa.
Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Abimanyu yang terlalu bersemangat melawan musuh terjebak dalam formasi Cakrabyuha Kurawa. Ia terkepung, dikeroyok Karna, Durna, Dursasana, Jayadrata, Duryudana, Aswatama dan Prabu Salya. Mereka bersorak melihat Abimanyu terpisah dari barisannya. Barisan Cakrabyuha memang tidak dimaksudkan untuk menjebak hanya 1 orang di dalamnya. Bila itu terjadi, korban dipastikan tidak akan bisa lolos karena barisan ini akan terus berputar mengelilingi si korban, membuat korban menjadi bingung dan putus asa.
Dasar putra Arjuna, walaupun dikeroyok hal itu tidak membuatnya gentar. Ia terus mengerahkan semua kemampuannya untuk melawan. Kegagahannya memakan begitu banyak korban di pihak Kurawa seperti Citraksi, Citradirgantara, Yutayuta, Durgapati, Surasudirga, Mahameya, Swarcas, Satrujaya, Suryabasa dan masih banyak lagi. Dipihak Pandawa 2 orang putra Arjuna, Bambang Sumitra dan Bambang Wilugangga, yang menjadi pengapit Abimanyu, tewas dibunuh Karna dan Prabu Salya. Tewasnya kedua saudara satu ayah membuat Abimanyu marah bukan main. Amukannya membuat ngeri Durna. Ia membuat siasat licik untuk menjebak Abimanyu. Kurawa mengibarkan bendera putih seolah-olah menyerah. Melihat ini Abimanyu menghentikan pertempuran. Setelah Abimanyu berhenti, Karna datang seolah-olah memberikan selamat kepada keponakannya. Begitu Abimanyu dipeluk Karna, punggungnya dipanah oleh Jayadrata. Darah menyembur dari lukanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanita Pilihan
Romance"Bagaimana dengan dirimu, kangmas. Apakah kau diperbolehkan bercumbu dengan wanita yang telah bersuami ?" kata Srikandi sambil mengangkat wajahnya. Arjuna terkesiap mendengar kata-kata Srikandi. "Aku tidak cemburu pada kangmbok Banuwati karena ia ad...