BAB 13 BISMA

63 6 1
                                    

Di hari pertama perang dari pihak Pandawa tewaslah Raden Wratsangka dan Raden Utara. Mereka berdua adalah putra Prabu Matswapati, raja Wirata yang juga merupakan eyang sesepuh dari Pandawa dan Kurawa. Betapa sedihnya hati Resi Seta melihat adik-adiknya tewas dibunuh Prabu Salya dan resi Durna. Prabu Salya sejatinya adalah paman Pandawa sendiri karena ia adalah kakak dari Dewi Madrim, ibu Nakula dan Sadewa. Akan tetapi karena Prabu Salya adalah mertua dari Prabu Duryudana maka terpaksalah ia memihak Kurawa padahal hatinya ada pada Pandawa. Resi Durna adalah guru dari Pandawa dan Kurawa yang juga terpaksa memihak Kurawa karena ia berkedudukan di Astina.

 Resi Durna adalah guru dari Pandawa dan Kurawa yang juga terpaksa memihak Kurawa karena ia berkedudukan di Astina

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hingga hari ke dua belas pertempuran berjalan imbang, resi Seta dan resi Bisma terus-menerus berperang tanpa ada yang menang diantara mereka. Hingga suatu saat resi Bisma terdesak oleh resi Seta yang jauh lebih muda darinya, dan tercebur ke jurang. Dibawah jurang mengalir sungai Gangga.

Saat ia merasa akan mati, tiba-tiba terdengar suara lembut "Bisma, anakku.."

Dewi Gangga muncul dalam baju serba putih. Wanita cantik itu memeluk putranya. Bisma memang putra Dewi Gangga.

"Ibu ? Apakah aku akan mati disini ?"

"Tidak nak. Kuberikan panah Cucuk Dandang padamu. Gunakanlah, nak, untuk mengalahkan musuhmu." Kata Dewi Gangga memberikan panah pusaka berupa paruh burung gagak kepada anaknya.

"Terimakasih ibu." Kata resi Bisma yang bergegas kembali ke medan perang.

"Seta, hadapilah aku." Katanya menantang resi Seta.

"Darimana saja kau Bisma ? Kukira kau sudah mati masuk jurang."

Tanpa banyak bicara resi Bisma mengarahkan panah Cucuk Dandang dan tewaslah resi Seta dengan dada tertembus panah. Pasukan Kurawapun bersorak melihat jago Pandawa tewas ditangan resi Bisma. Kematian resi Seta memicu kemarahan Prabu Kresna. Diarahkannya panah Cakra pada resi Bisma.

"Duh pukulun, hamba siap mati apabila paduka menginginkannya." Kata resi Bisma melihat senjata Cakra diarahkan padanya. Mendengar ini Prabu Kresna luluh.

"Bisma, kau keterlaluan. Tindakanmu melebihi norma-norma kesusilaan. Katamu kau resi tapi kau bunuh orang-orang yang tidak bersalah padamu. Atas nama sumpah kau bunuh Dewi Amba. Kau bilang itu karena kau memegang teguh sumpah. Tapi tindakanmu itu diluar perikemanusiaan, Bisma. Suatu saat kau akan menuai karmamu." Usai berkata demikian Prabu Kresna pergi meninggalkan Bisma yang terdiam.

Di dalam kemah, Pandawa dan sekutu-sekutunya berduka cita karena kematian senapatinya.

"Untuk Senapati besok akulah yang akan maju." Kata Prabu Matswapati geram. Ia ingin membalas kematian putra-putranya.

Semua terdiam. Resi Bisma benar-benar seorang yang sakti. Ia adalah murid Rama Bergawa, seorang resi yang sangat sakti kondang sejagat. Ibunya pun seorang bidadari, Dewi Gangga. Karena itu tidaklah heran apabila sejak muda tidak ada seorangpun yang bisa menandingi krida (kesaktian)nya.

Wanita PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang