Bagian empat belas

693 91 7
                                    

"Hay anak kecil..."

"AAAAA KAMJAGIYA!!!" Jungkook melompat terkejut saat sebuah bisikan tiba-tiba lewat diindra pendengarannya. Seragam Taekwondo yang ia ambil dari dalam lokernya kini tergeletak dilantai dengan naas nya.

Menutup kesal pintu lokernya sesaat setelah menyadari apa yang terjadi, kemudian menatap Sipelaku yang membuatnya sangat terkejut.
"Apa yang kau lakukan disini?!" Tanya Jungkook tidak habis pikir, didepannya kini berdiri Seokjin dengan senyum andalan pria itu.

"Aku?" Seokjin menunjuk dirinya sendiri, "Hmmm, mulai sekarang aku yang akan merawat kesehatan anggota club ini. Kau anak Taekwondo?"

Jungkook berdecak pelan, kemudian mengambil seragam Taekwondo nya, ia menatap Seokjin datar. "Bisakah kau keluar? Aku harus mengganti bajuku." Ujar Jungkook dingin.

"Wae? Kenapa? Apakah kau tidak percaya diri dengan tubuhmu? Ayolah, aku juga lelaki." Seokjin menatap jahil Jungkook yang kini tengah menatapnya tajam.

"Bukankah ini bisa disebut sebagai pelecehan?" Seokjin terkekeh pelan kemudian keluar dari ruangan itu.

°
°
°

"Hyung, kenapa dia ada disini tanpa pengetahuan ku?" Jungkook merengek kesal pada Jimin yang baru saja keluar selesai berganti seragam.

"Siapa?" Tanya Jimin bingung, Jungkook menunjuk pada seorang pria yang sedang duduk dengan santai dipojok ruangan, pria itu sesekali bersenandung pelan sambil menatap layar ponselnya.

"Ahhh, Kim ssaem? Tentu saja untuk memastikan kesehatan seluruh anak club Taekwondo." Jimin berujar santai, ia memang sudah mengetahui tentang Seokjin yang akan merawat mereka. Ia bahkan sudah bertemu dengan Seokjin saat pria itu datang beberapa hari yang lalu.

"Ughhh, mengesalkan." Jungkook berujar kesal kemudian pergi untuk mengganti seragamnya, waktu latihan sudah selesai, ia harus bergegas untuk pergi berkerja paruh waktu.

°
°
°

"Jungkook-ah, ayahmu tidak datang?" Jungkook hanya terdiam ditempatnya saat pertanyaan itu diarahkan padanya, ia tidak tahu Ayahnya akan datang atau tidak.

Hari ayah, setiap tahun sekolahnya akan membuat sebuah perayaan untuk memperingati hari ayah, biasanya hari ini menjadi hari yang paling membahagiakan untuk Jungkook, tapi sekarang tidak lagi. Dulu ayahnya akan tetap dirumah dan tidak pergi kemanapun untuk bermain bersama, ayahnya tidak akan membiarkannya kesepian atau merasa sedih walau saat Nyonya Jeon memarahinya.

"Tidak tahu." Jungkook menggeleng pelan menjawab pertanyaan dari salah satu temannya.

Jungkook menundukkan kepalanya dalam, ia kini dikelilingi oleh ayah dan anak yang terlihat bahagia, sedangkan ia hanya duduk sendirian dibangkunya. "Papa......" Jungkook bergumam pelan, air matanya mulai menggenang, anak itu menangis sendirian ditengah orang-orang yang sedang tertawa.

"Jungkook-ah?" Jungkook mengangkat kepalanya saat sebuah suara mengintrupsinya.

"Paman...." Lirih Jungkook pelan, wajah anak itu sudah memerah dengan linangan air mata.

Tuan Park tersenyum kecil, kemudian duduk dikursi yang ada disamping Jungkook, kursi yang harusnya diisi oleh ayah anak itu.

"Papa sedang sangat sibuk, jadi Papa meminta Pamam untuk menemanimu, wuahhh bukankah Papa begitu menyayangimu?" Tuan Park berucap lembut, membuat Jungkook yabg tadinya sesegukan kini sudah menjadi lebih baik.

"Benarkah?" Mata anak itu membulat besar.

Tuan Park menganggukkan kepalanya, "Hari ini Paman adalah Papa Jungkook-ie, panggil Paman, Appa." Tuan Park menghapus air mata Jungkook dengan telapak tangannya yang besar.

°
°
°

"Hey! Anak kecil! Mau kemana kau?" Seokjin berseru kencang saat Jungkook yang selesai berganti pakaian berlalu dengan cepat meninggalkan ruang latihan.

Ia berdecak kesal kemudian berlari mengikuti Jungkook yang berjalan sangat cepat, darah muda memang berbeda. "Kim Jungkook!" Seokjin berseru, tapi sepertinya Jungkook tidak mendengar seruannya.

"Kim Jungk-" Seokjin menghentikan seruannya saat Jungkook berhenti berjalan dan saat ini sedang berbicara pada seorang pria berkulit pucat.

Seokjin menutup rapat bibirnya, berusaha mendengar pembicaraan Jungkook dengan Yoongi. "Aku tidak peduli!" Seokjin terhenyak saat Jungkook berseru marah.

Jungkook terlihat ingin pergi, tapi berhenti karena lengannya ditahan, Seokjin beralih menatap wajah Jungkook, anak itu terlihat berusaha menahan amarahnya yang siap meledak.

Dengan cepat pria itu berlari kearah Jungkook, menghempaskan pelan tangan Yoongi yang masih menahan lengan Jungkook, " Maaf, tapi ada apa?" Ia bertanya dengan nada sopan.

"Bukan urusanmu." Suara dingin itu terdengar ditelinga Seokjin.

"Maaf, tapi aku harus memastikan adikku baik-baik saja. Aku adalah Kakaknya." Ucap Seokjin sopan, setelah itu ia menarik tangan Jungkook kembali memasuki sekolah.

"Yaaa! Apa yang kau lakukan?!" Jungkook menepis kasar tangan Seokjin begitu mereka memasuki ruang latihan.

"Apa? Dia terlihat mencurigakan." Seokjin tidak menghiraukan tatapan marah Jungkook, ia menarik anak itu untuk duduk disudut ruangan.

Jungkook hanya diam saat Seokjin mengangkat Hoodie yang dikenakannya, meringis pelan saat tangan pria itu menekan beberapa titik yang ada di bahunya. "Sepertinya ini belum begitu pulih, untuk saat ini tidur dengan posisi lurus, jangan menindih bahumu." Seokjin mengambil sesuatu ditasnya, pria tampan itu terlihat tengah sibuk dengan alat-alatnya.

"Dia kakakku." Jungkook bergumam kecil, membuat Seokjin terdiam selama beberapa saat.

Seokjin menggelengkan kepalanya pelan, kemudian mendekati Jungkook, "Sebenarnya kau tidak membutuhkan ini, tapi jika kau menggunakannya akan lebih baik." Seokjin memberikan alat menahan bahu yang ia ambil dari dalam tasnya pada Jungkook.

Jungkook mengangguk pelan, "Terimakasih, aku harus pergi." Ucap Jungkook pelan, ia berdiri, kemudian berjalan meninggalkan Gymnasium yang masih terisi Seokjin didalamnya.

"Seandainya kau tahu." Lirih Seokjin pelan.

" Lirih Seokjin pelan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SEE U TOMORROW!!!!


Jamais-vu : Solitude [JJK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang