Bagian empat puluh

561 77 1
                                    

"Hey, aku punya berita." Seokjin memasuki ruangan Jungkook dengan jas putih kebanggaannya, jangan lupakan stetoskop yang menggantung dilehernya dan sebuah laporan pasien ditangannya. Pria itu mendekati brankar Jungkook, kemudian berkacak pinggang disana.

"Ada apa?" Tanya Yoongi yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Aku punya dua berita, baik dan buruk. Ingin mendengarkan yang mana dulu?" Yoongi menatap Seokjin dengan satu alisnya yang terangkat, melihat posisi Seokjin sekarang, sepertinya pria itu seakan ingin mengomel. "Baiklah karena kalian tidak menjawab aku akan memberitahu kabar baiknya terlebih dahulu, Jungkook boleh pulang hari ini. Dan kamar buruk nya adalah...." Seokjin menggantung ucapannya, ingin melihat bagaimana respon adik dinginnya itu.

Sedangkan Jungkook yang saat ini duduk dibrankar nya hanya diam sambil menatap Seokjin dengan mata penasaran. "Anak ini terkena gejala hipotermia." Lanjut Seokjin sambil menunjuk wajah Jungkook dengan laporan pasien yang ada ditangannya, laporan pasien itu milik Jungkook.

Yoongi menatap Jungkook tajam, "Kenapa kau sama sekali tidak ingin mengenakan jaket tebal dimusim seperti ini Jeon Jungkook. Hipotermia itu berbahaya, bahkan bisa membuatmu mati. Dengan keras kepalamu kau mengatakan 'Aku tidak butuh' dan sekarang ini yang terjadi." Omel Seokjin dengan matanya yang juga menatap Jungkook tajam, sama dengan Yoongi.

"Maaf..." Lirih Jungkook pelan.

Yoongi menghela nafasnya, ini tidak benar, menatap tajam Jungkook hanya akan semakin membuat adiknya itu merasa bersalah, "Jadi apa yang harus kita lakukan?" Tanya Yoongi pelan.

"Tidak bisa apa-apa, kita hanya perlu memastikan anak ini tidak merasakan suhu yang rendah, kita seharusnya bersyukur karena ini masih sebuah gejala." Yoongi mengangguk mengerti, sedikit lega karena perkataan Seokjin yang mengatakan kita harus bersyukur karena masih sebuah gejala.



"Hyung, berhenti." Pinta Jungkook yang duduk disamping kemudi Yoongi, mbuat sang kakak itu mengerutkan keningnya tapi tetap meminggirkan mobilnya. "Tunggu disini." Ujar Jungkook, yang diangguki oleh Yoongi.

Yoongi mengikuti pergerakan Jungkook diluar mobil sana, anak itu membeli beberapa Hotteok dengan senyum lebarnya, menciptakan senyum yang sama pada Yoongi saat melihat Jungkook yang terlihat seperti bayi, namun senyum itu luntur saat menyadari jika sang adik berjalan kearah lain begitu selesai membeli Hotteok. "Ataga anak i-" Baru saja pria itu hendak keluar dari mobilnya, ia berhenti bergerak.

Menatap lurus kearah Jungkook yang sedang bercengkrama dengan seorang kakek tua yang mendorong gerobak berisi kardus-kardus. Adiknya itu, ahhh tidak, bukankah pemuda yang saat ini berjalan mendekati mobil dengan kruknya adalah seorang malaikat? "Chajajang!! Aku membeli ini untuk mu." Seru Jungkook begitu ia memasuki mobil, pemuda itu mengangkat plastik Hotteok yang ada ditangannya, memperlihatkan pada Yoongi apa yang ia bawa.

"Kau tidak boleh selalu kesal dengan keadaan yang ada, bagaimanapun Mama itu adalah Mama kita, dia tetap Malaikat yang dikirim Tuhan untuk melindungi anak-anak nya." Jungkook berujar, sambil menyisipkan satu Hotteok ditangan Yoongi yang masih diam.

Bibir Jungkook mengerucut sebal saat menyadari Yoongi yang diam saja, "Hyung." Jungkook menyentuh bahu Yoongi, membuat kakaknya itu mengerjap pelan.

"Eoh, maaf. Ayo pulang." Ucap Yoongi setelah menggigit sesuap Hotteok yang ada ditangannya.



Jamais-vu : Solitude [JJK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang