Bagian empat puluh satu

576 75 0
                                    

"Aku baik-baik saja....." Lirih Jungkook pelan dengan kepala menunduknya, ia takut, Yoongi yang mengobati telapak tangannya dengan wajah memerah membuatnya takut.

Yoongi bergeming, memilih berdiri kemudian memasukkan beberapa barang yang ia bawa kedalam tas yang ada didalam lemarinya, beberapa saat yang lalu ia baru saja memikirkan nya, ia akan menginap selama beberapa hari disini, begitu juga dengan Hoseok dan Taehyung. Tapi BOOM, saat ini tidak ada lagi pikiran itu terlintas dibenaknya, bahkan untuk satu malam pun. "Hyung, gumanhae...." Pinta Jungkook, ini tidak seperti yang ia rencanakan, juga ia harapkan. Ia ingin malam ini menjadi malam yang indah untuk ibunya, dan Kakak-kakak nya, walau tidak untuknya. Ia rela! Ia sudah melakukannya ditahun-tahun yang lalu.

Semalam tanpa kebahagian bukanlah hal yang membuat Jeon Jungkook terpuruk, sudah biasa.

"Hyung, satu malam saja. Kumohon......" Jungkook memohon, saat tidak mendapat sedikitpun respon dari sang kakak. "Ini ulang tahun Mama, aku tidak ingin malam ini menjadi menyedihkan untuknya, rasanya sangat buruk saat melewatkan ulang tahunmu sendirian."

Yoongi berhenti bergerak, melirik kearah Jungkook dari tempatnya berada. "Mama mungkin memiliki alasan untuk mabuk dihari kelahirannya. Bagaimana jika Mama mengalami hari yang buruk? Kita tidak pernah tahu." Sudut bibir pemuda itu bergerak, tersenyum kecut, ia tahu Yoongi melihat kearahnya.

"Setidaknya berikan dia cake, nyalakan lilin untuknya, biarkan dia memikirkan harapannya....... Aku baik-baik saja, berdiam diri dikamar ini tidak terlalu buruk." Yoongi menghela nafasnya kencang, kemudian menatap frustasi kearah adiknya, bagaimana bisa Jungkook mengucapkan hal itu setelah kejadian ini?

"Kau benar-benar bodoh." Ujarnya sesaat sebelum keluar dari kamarnya, ia akan melakukannya, sejenak tersadar tentang apa yang ia lakukan pada Ibunya, dan Damn! Jungkook baru saja membuat seorang Yoongi mengalah dan melakukan sesuatu yang sebelumnya ia tidak ingin lakukan.

Jungkook tersenyum kecil, ibunya akan berbahagia malam ini.

"Satu malam akan kembali sepeti sebelum nya, kuharap kau masih setegar dulu, Jeon Jungkook."



"Sudah kubilang membujukku tidak akan berguna, aku tidak pernah ingin menjadi anak dari sepasang suami istri gila yang pekerjaannya menyengsarakan orang. Aku ingin menjadi orang baik." Namjoon tersenyum miring, ia menatap tiket VIP yang ada diatas meja itu dengan tatapan remeh. Hahaha, pesawat khusus? Untuknya? Ia memang cukup fasih berbahasa asing, tapi tidak pernah ingin untuk tinggal disana. Dan apa? Malam ini ia dijadwalkan untuk pergi keNew York dengan tiket VIP?

"Kim Namjoon!!"

Namjoon mengangkat kedua alisnya saat sura tegas terdengar dari seorang pria paruh baya yang adaa didepannya. "Nee?" Jawabnya santai.

Ia tersenyum kecil, pria itu hampir saja melempari nya dengan sebotol wine jika saja wanita paruh baya yang ada disamping pria paruh baya itu tidak bertindak. "Lebih baik bekerja seumur hidup menjadi pelayan dari pada menjadi penerus ketua kelompok mafia." Ujarnya.

"Seharusnya kalian tidak pernah datang, aku lebih dari baik-baik saja walau menjadi anak buangan." Kalimat itu menjadi penutup pembicaraan antara orang tua dan anak itu, Namjoon berjalan meninggalkan restoran mewah itu sesaat setelah menyelesaikan kalimatnya.

Selucu inikah hidupnya?

Setahunya ia sudah dibuang bertahun-tahun yang lalu, ia sudah berusaha menjalani hidupnya, belajar dengan keras, berkerja paruh waktu, membantu Halmonie, tapi apakah semua itu begitu tidak berarti? Kenapa nasibnya tetap saja buruk walau ia sudah melakukan hal-hal yang baik?

"YAAAAK!!! TINGGALKAN AKU BRENGSEK!! JANGAN PERNAH BERFIKIR AKU TIDAK AKAN MENGETAHUINYA!!" Suaranya menggelegar dijalan sepi itu, dengan wajah memerah dan genangan air mata, nafasnya memburu, menciptakan asap tipis yang disebabkan udara dingin.

Ia bukan pangeran, kenapa ayahnya mengirim seseorang untuk mengikuti nya? Ia tidak pernah seberharga itu. Ia tidak bodoh, sudah setahun lebih ayahnya mengirim orang untuk mengikuti nya, tapi ia hanya diam untuk melihat sejauh apa ayahnya bertindak.

Ia berhenti berjalan digang sempit itu, menyandarkan tubuhnya ditembok rumah seseorang sambil menundukkan kepalanya dalam.

Ia menyedihkan, sangat menyedihkan.

Ia tidak pernah mengharap kan hal ini, ia mencari keberadaan orang tuanya hanya untuk menanyakan hal singkat yang akan menjawab semua pertanyaan nya.

'Kenapa mereka meninggalkan anak sekarat sendirian?'

Hanya itu! Sama sekali tidak berharap untuk mengetahui siapa keluarganya apalagi untuk ikut dengan mereka.

Ponselnya berdering, membuat pemuda itu menghapus genangan air mata yang ada diwajahnya dengan cepat, berusaha menormalkan suaranya sebelum mengangkat telepon itu. "Eoh, Jungkook-ah ..."

"Hyung, aku ingin Tteokbokki. Aku juga merindukan Halmonie."

"Jinjja? Tengah malam seperti ini? Baiklah, ayo pergi. Dimana kau?" Namjoon tersenyum kecil, setidaknya Jungkook yang kelaparan akan menghibur nya malam ini.

Pemuda itu memasukkan ponselnya kedalam saku, mengusap wajahnya kencang, menghapus jejak apapun yang ada disana kemudian berjalan menuju halte bus tempatnya bertemu dengan Jungkook.



"Yoongi Hyung tidak menghentikan mu?" Tanya Namjoon setelah menggigit Oemuk panas yang ada ditangannya, seporsi Tteokbokki sudah habis mereka konsumsi, sekarang saatnya menggigit Oemuk panas.

Jungkook menggeleng pelan, "Dia sedang sibuk." Ujar anak itu dengan senyumannya.

Mereka diam sesaat, menatap kearah jalan yang masih ramai dimalam yang sudah larut, ini Korea, malam akan sama ramainya dengan siang. Jika siang hari orang-orang memegang kegelas kopi ditangan mereka, malam hari akan dipenuhi orang-orang yang berjalan sempoyongan. "Hyung, kau tidak ingin bercerita padaku?" Jungkook mengalihkan tatapannya, menatap kearah Namjoon yang ada disampingnya.

Namjoon mengangkat satu alisnya bingung, "Apa?"

"Ughhh..... Kau menyedihkan."

Mata Namjoon memelotot, menatap punggung Jungkook yang mulai berjalan di trotoar dengan kedua tangan yang ada didalam saku jaketnya. "YAAAAK JEON JUNGKOOK!!" Pekik pemuda itu, ia bergerak cepat, mengeluarkan uangnya dari saku kemudian berlari menyamakan langkahnya dengan anak remaja yang baru saja mengejek nya itu.

Bagaimana? Apakah menurut kalian ini benar-benar lembaran baru? Aku rasa tidak, karena lembaran baru yang dibicarakan semua orang hanyalah omong kosong.

Bagaimana? Apakah menurut kalian ini benar-benar lembaran baru? Aku rasa tidak, karena lembaran baru yang dibicarakan semua orang hanyalah omong kosong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hayy!! Comeback lagi, kan? Udah kubilang hidupku penuh kegabutan. See u, maybe untuk malam ini cuman ada 3 chap. Sisanya disimpan buat besok-besok ㅋㅋㅋㅋ biar Kelen pada greget......




Jamais-vu : Solitude [JJK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang