Bagian tiga puluh satu

574 75 0
                                    

"Hyung, kenapa kau disini?" Jungkook menatap Yoongi yang sedang duduk di sofa tidak percaya, ini pukul setengah delapan malam, dan Yoongi masih berada diapartement dengan Hoodie hitamnya.

"Apa?" Mata Jungkook menajam, ia yang baru saja pulang dari latihan dengan cepat melempar ranselnya kelantai, kemudian menarik tangan Yoongi.

"Hyung, kumohon jangan seperti ini. Malam ini adalah malam yang berharga untuk Taehyung Hyung!" Ungkap Jungkook marah, wajah pemuda itu memerah, seharusnya Yoongi berada dikediaman keluarga Jeon malam ini, bukan duduk dengan santai disofa apartement.

"Sudah kubilang aku tidak akan pergi jika kau tidak pergi." Yoongi berucap santai, ia menatap Jungkook dengan satu alis yang dinaikkan.

"Kenapa kau seperti ini?! Kau bahkan tidak pernah melewatkan satupun ulang tahun Taehyung Hyung! Tapi apa ini?! Hanya karenaku?! Kemana Jeon Yoongi yang selalu melupakan adik bungsunya?!" Yoongi berdiri dari duduknya, mendengar ujaran penuh emosi milik Jungkook tentu saja membuatnya ikut tersulut emosi, ditambah perkataan Jungkook yang menurutnya bodoh.

"Jeon Jungkook!" Yoongi berucap tegas.

"Hyung! Kau akan membuat semuanya menjadi lebih buruk! Mama dan Hoseok Hyung akan menjadi lebih membenciku! Sudah cukup mereka membeciku karena Papa pergi setelah membelaku! Aku tidak ingin mereka juga membenci ku karena membuat kesayangan mereka kecewa!" Jerit Jungkook frustasi, suara pemuda itu bergetar, ingatannya yang membuatnya harus terlempar jauh kemasa lalu cukup untuk membuatnya menjadi seperti orang tidak waras. "Aku lelah Hyung, sangat lelah." Jungkook meraup kasar wajahnya, "Aku hanya tidak ingin merusak suasana bahagia nya." Lirih Jungkook pelan, wajahnya ia tundukkan dalam-dalam, tidak ingin menunjukkan wajah memerah dan mata berkaca miliknya.

Yoongi terdiam, ia membasahi bibirnya cepat, Jungkook yang seperti ini, ia tidak pernah melihat sisi ini dari Jungkook. "Jungkook-ah." Gumam Yoongi pelan, tangannya bergerak kearah bahu Jungkook, ingin mengelus guna menenangkan adiknya.

Jungkook memundurkan langkahnya, sesaat sebelum telapak tangan Yoongi menyentuh jaket hitam yang dikenakannya. "Kau harus pergi." Lirihnya pelan.

"Jungkook-ah, ak-"

"Aku akan pergi." Pemuda itu mengangkat kepalanya, menatap nanar jendela apartemen yang ada dibelakang Yoongi. "Jika kau tidak pergi keulang tahun itu, kau tidak akan pernah melihatku lagi. Disini. " Lanjutnya dengan suara tercekat.

"Apa maksudmu? Apa yang akan kau lakukan?" Yoongi sekali lagi membasahi bibirnya cepat, ia mendekat kearah Jungkook.

"Pindah dari sini." Jungkook bergerak menjauh dari Yoongi, matanya masih terus menatap lurus pada Yoongi yang terlihat menegang. "Pergi kesana, lakukan seolah kau melupakan Jeon Jungkook seperti sebelumnya." Lanjut Jungkook pelan, ia meninggalkan rumah, meninggalkan Yoongi yabg masih tercekat karena ancaman adik bungsunya yang seperti nya sama sekali tidak main-main.

°
°
°

"Dorr...." Jungkook menegang ditempatnya saat sebuah tangan menyentuh bahunya secara tiba-tiba. "Jangan melamun, didaerah sini banyak penculik anak." Jungkook hanya diam, tidak ingin menanggapi ucapan sosok tinggi yang kini duduk dihadapan.

"Jadi kenapa anak kecil sepertimu berada didepan supermarket dijam delapan malam ini?" Seokjin menyipitkan matanya melihat kearah jam dinding yang berada didalam supermarket. "Apa kau menunggu waktu untuk membeli bir?!" Seokjin berseru heboh, ia menatap curiga kearah Jungkook.
"Hahaha, bercanda." Ujar pria itu saat menyadari wajah Jungkook yang tidak menyenangkan.

Mereka diam selama beberapa saat, "Kakakmu menelepon ku." Ucap Seokjin tiba-tiba, membuat Jungkook lantas memfokuskan pandangannya pada pria itu.

"Dia hanya ingin kau juga merasakan berada ditengah keluarga mu, sama sekali tidak bermaksud lain."  Seokjin tersenyum kecil, ia bisa melihat mata Jungkook yang bergetar, sekarang ia tahu jika Jungkook sama sekali tidak berfikiran kearah sana, sekarang anak itu menyadari jika ia telah berfikiran negatif tentang Yoongi yang mengajaknya kemakan malam keluarga.
"Dia berusaha, sangat berusaha." Lanjut Seokjin.

Jamais-vu : Solitude [JJK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang