Happy reading all!
"Sudah kubilang berhenti dari kegiatan Taekwondo mu." Jungkook berhenti bergerak, ia hanya berniat mengambil sebotol air pagi ini, tapi sekarang sedang ditatap dingin oleh Nyonya Jeon.
"Mama," Yoongi bersuara, ia menatap Ibunya itu dengan datar, mereka sudah membicarakan hal ini malam tadi.
"Berhenti hari ini." Nyonya Jeon tidak menghiraukan Yoongi, wanita itu melanjutkan kegiatan yang sebelumnya ia lakukan, memasak sarapan untuk Taehyung.
"Tidak akan pernah."Ujar Jungkook pelan sebelum ia melangkahkan kakinya pergi meninggalkan rumah.
"Mama, bukankah kita sudah membicarakannya?" Yoongi berucap datar, ia menatap Nyonya Jeon dengan tatapan dingin.
Nyonya Jeon hanya diam, tidak menghiraukan Yoongi yang saat ini berdiri tidak jauh darinya. "Bisakah kau berhenti? Jungkook juga anakmu, jika Taehyung bisa colaps kapanpun, Jungkook juga bisa mati kapanpun. Dia sehat, tapi bukan berarti akan hidup lebih lama." Yoongi pergi dari sana setelah berucap tajam pada ibunya, ia saat ini tidak peduli jika itu terasa pedas atau sinis.
"Jungkook-ah!" yoongi berseru, ia melangkahkan kakinya cepat mengikuti Jungkook.
"Ayo ikut bersama ku, aku akan mengantarmu." Yoongi menahan lengan Jungkook, ia sedang berusaha, Berusaha menjadi Kakak yang baik untuk Jungkook.
"Tidak perlu," Jungkook melepaskan lengannya dari Yoongi, kemudian berlari menuju halte bus yang tidak jauh dari rumah.
°
°
°"Jungkook-ah, Banana Milk?" Jimin menyodorkan sebotol Susu pisang dihadapan Jungkook, susu pisang yang akan selalu menjadi kesukaan anak itu.
"Gomawoo." Jungkook menerima susu itu, kemudian berjalan bersama Jimin menuju Gimnasium dengan langkah santai.
"Eohh, ssaem?" Jimin memiringkan kepalanya bingung sekaligus terkejut saat melihat sosok Seokjin yang sedang duduk disudut ruangan dengan segelas americano ditangan pria tampan itu. Harusnya pria itu tidak kesini hari ini, ini bukanlah waktu untuk pemeriksaan rutin.
"Eohh, selamat pagi!" Seokjin menyapa mereka dengan keren, pria tampan itu kemudian berdiri dan mengambil sebuah Totebag yang ada disampingnya.
"Untuk kalian." Seokjin menyodorkan Tote bag itu dihadapan Jungkook dan Jimin.
"Apa ini?" Tanya Jimin bingung, tangannya menggantung diudara, merasa ragu untuk mengambil Totebag itu.
"Makanan." Bisik Seokjin pelan.
Sepersekian detik kemudian, Jimin menyambar Totebag itu dengan cepat, kemudian duduk disudut ruangan, tangannya bergerak cepat membuka Totebag itu. Mata sipit pemuda berotot itu berbinar saat isi Tote bag terlihat, dihadapannya saat ini tersaji berbagai jenis makanan.
"Woahh!!!!"
"Apa yang kau lakukan? Cepat bergabung dengan Jimin, sebelum bel masuk berbunyi." Ucap Seokjin santai pada Jungkook, ia kemudian berjalan mendekati Jimin.
"Jungkook-ah! Cepat!" Seru Jimin bersemangat.
"Woahh, Ssaem!! Ini enak sekali, kau membelinya dimana?" Seokjin mengerutkan wajahnya, wajah santainya kini berubah menjadi kesal karena Jimin.
"Aku memasak semuanya." Ucapnya cepat, ia sedikit tidak terima dengan pertanyaan Jimin yang seolah mengatakan jika ia membeli semua makanan ini.
"Eyyy, jangan bercanda." Jimin tertawa kencang saat mendengar ucapan Seokjin, mana mungkin seorang pria muda seperti Seokjin yang notabenenya adalah seorang Uisa yang sibuk bisa memasak seluruh makanan ini?
"Terserah, tapi aku memasak semuanya untuk Jungk-, maksudku kalian." Seokjin tersenyum kikuk saat bibirnya hampir saja menghancurkan semua rencana yang ia sudah susun sedemikian rupa.
"Baiklah-baiklah, tapi aku masih belum percaya, bawa aku sesekali kerumahmu dan perlihatkan kemampuanmu." Seokjin mengangkat ibu jarinya keatas, tanda jika ia menyetujui ucapan Jimin. "OOOO JEON JUNGKOOK! KAU MAKAN SANGAT LAHAP!" Jimin berseru heboh saat matanya menangkap Jungkook yang sedang makan dengan lahap disampingnya, pantas saja anak itu sama sekali tidak bersuara.
"Ini pertama kalinya setelah sekian lama aku melihatmu makan seperti ini lagi." Tatapan Jimin yang tadinya terlihat jahil dan nakal kini berubah saat menatap Jungkook, ia mengangkat satu tangannya, mengusap lembut rambut hitam legam milik Jungkook.
"Hyung, Hajima!" Jungkook merengek kesal, ia menjauhkan kepala nya dari Jimin, ia baru saja mencuci rambutnya pagi tadi.
"Aishhh, kau memang tidak mengerti." Jimin berucap dengan kesal. Ia menepuk paha Jungkook kencang, tapi sipemilik paha sama sekali tidak terganggu dengan tepukan yang seharusnya pedas itu.
Seokjin tersenyum kecil ditempatnya, ia menatap Jungkook dengan lembut, bersyukur anak itu masih bisa menjadi kuat seperti sekarang, ia rasanya sangat ingin mengelus lembut rambut anak itu, seperti yang Jimin lakukan, tapi ia tahu, Jungkook akan marah, jika orang asing menyentuh rambutnya.
°
°
°"Ssaem, Kamsahammida." Jimin membungkuk sopan pada Seokjin yang ada dihadapannya.
"Sama-sama, jangan memanggilku Ssaem jika bukan diwaktu kerja. Panggil aku Hyung, beritahu yang lainnya juga." Ujar Seokjin dengan senyum khasnya, membuat Jimin mengangguk, menyanggupi permintaan pria tampan yang sedang berbincang dengannya saat ini.
"Ahhh, Jungkook. Anak itu sangat lama." Jimin mendengus pelan sambil menatap pintu ruang ganti yang ada disisi lain Gimnasium.
"Aku ingin bertanya, tentang Kim Jungkook." Seokjin menatap Jimin tidak yakin, merasa bimbang ingin bertanya atau tidak.
"Kim Jungkook?" Jimin memiringkan kepalanya ke kanan, alisnya berkerut bingung. "Namanya Jeon Jungkook, Hyung." Jimin mengoreksi.
Seokjin menepuk dahinya pelan, "Ahhh, benar. Maafkan aku." Pria itu tertawa kikuk, membuat Jimin juga ikut tertawa dengannya.
"Jadi apa yang ingin kau tanyakan, Hyung?" Pernyataan Jimin membaut Seokjin terdiam, ia menatap Jimin lekat, ia masih merasa bimbang.
"Hyung, ayo!" Jungkook keluar dari Ruang ganti dan langsung berjalan keluar dari Gimnasium, membuat Jimin berdecak pelan karena anak itu.
"Kurasa aku harus pergi." Jimin melambaikan tangannya kemudian pergi dan menghilang dibalik pintu Gimnasium.
Seokjin menghela nafasnya berat, apakah yang ia lakukan saat ini sudah benar? Ia hanya takut.
"Sejak kapan kau sedekat itu sampai memanggilnya Hyung?" Tanya Jungkook sinis kearah Jimin yang sedang berjalan disampingnya.
"Sejak dia datang dan memastikan seluruh anggota baik-baik saja." Jimin terkekeh pelan, Jungkook terlihat sangat lucu saat ini, anak itu terlihat sedang merajuk entah karena apa. "Kau harus tahu ini, sebenarnya dia datang dan mengajukan dirinya sendiri sebagai pengurus kesehatan anggota club Taekwondo, dia bekerja dengan sukarela, tanpa bayaran." Ucap Jimin dengan senyumnya, ia sebagai ketua dari club Taekwondo tentu saja mengetahui perihal ini.
Jungkook bungkam sesaat, "Terserah." Ujarnya, ia kemudian berlari kearah kelasnya, meninggalkan Jimin yang masih berjalan santai.
Hmmmm, klo langsung Up semua aja gimana? Aaaaaaa mau selesaikan ini secepatnya..... Tau ah.... See u
KAMU SEDANG MEMBACA
Jamais-vu : Solitude [JJK]
Fanfiction[END] Jungkook hanya berusaha agar benteng dan pilar-pilar pertahanan yang ia buat selama ini tetap utuh dan kuat. Hingga pilar-pilar pertahanannya mulai runtuh, saat benteng yang berusaha ia buat kokoh agar tetap bertahan akhirnya roboh. Jungkook...