Suara tawa menggema diruangan yang beberapa hari ini ditempati Jungkook. Alasannya adalah tiga pemuda sedang begelut dengan pikiran mereka untuk memenangkan permainan yang dibawa Taehyung.
Sedangkan sepasang mata mengawasi mereka dari sudut sofa, sangat ingin bergabung tapi sayang ia terlampau sibuk dengan tugas-tugasnya yang sekarang harus ia selesaikan. Menyebalkan.
Pintu ruangan itu terbuka, semua pasang mata sontak menatap kearah pintu. "Apa aku harus mengikatmu?" Seokjin menghela nafas. Menyebalkan sekaligus mengkhawatirkan saat Jungkook bergerak terlalu banyak dengan luka jahitnya yang belum mengering karena anak itu yang selalu melakukan hal yang memicu pendarahan.
Jungkook bahkan harus mendapatkan beberapa jahitan ulang karena pergerakannya yang terlalu berlebihan, jangan lupakan beberapa kantung darah yang sudah dipasangkan Seokjin pada anak itu agar Jungkook tidak kekurangan darah.
Jungkook terkekeh pelan, "Kami hanya bermain permainan pinguin ini, sama sekali tidak bertenaga." Ujarnya. Ia berdiri, berjalan menuju ranjang pesakitannya. Saatnya mengganti perban.
"Tae, tidak pulang?" Tanya Seokjin pada atensi Taehyung yang mulai melanjutkan permainannya bersama Jimin.
Taehyung menggeleng, "Tidak ada orang di apartement, Hoseok Hyung harus menjaga Jungkook. Yoongi Hyung sangat sibuk." Seokjin mengangguk pelan, mata dan kedua tangannya berfokus pada luka jahit Jungkook.
"Sulit? Mau kubantu?"
"E-eoh? Aku?" Hoseok menunjuk dirinya sendiri, mengalihkan tatapannya sesaat dari laptop hit yang ada dipangkuan nya.
Seokjin mengangguk, "Tidak perlu, kau dokter. Mana mengerti tugas urusan bisnis." Guraunya dengan tawa lepas.
"Bagaimana persiapannya, Jimin? Kau juga menginap disini?" Kali ini pria itu melayangkan pertanyaannya pada Jimin.
Jimin mengangkat bahunya, kemudian bersandar disofa setelah menghela nafas pelan. "Aku menginap. Ada beberapa masalah dari pihak lain, tapi sudah diselesaikan."
"Hyung, kau tidak bertanya padaku?" Seokjin berhenti bergerak, mengangkat kepalanya menatap kearah Jungkook dengan mata sinis.
"Nee Jungkook-ssi?"
Jungkook mendengus pelan. Melempar tatapannya kesembarang arah, asalkan tidak menatap atensi menyebalkan Seokjin.
•
•
•"Yaak!! Sudah kubilang tetap dikamarmu." Yoongi menggeram gemas dari meja makan. Bagaimana tidak, Jungkook saat ini tengah sibuk menggeledah isi dapur. Yoongi rasa ia memang benar-benar harus mengikat adiknya itu didalam kamar.
Yang ditegur merotasikan matanya malas, sangat berharap Yoongi membatalkan cuti kantornya dan tetap sibuk seperti biasa. Jika seperti ini rasanya sama saja dengan ia yang dikurung didalam ruang pasien dirumah sakit. Sama sekali tidak berguna merengek keras untuk pulang kerumah.
Rumah.
Benar, Rumah. Selepas Jungkook yabg merengek sampai hampir menangis, anak itu juga mulai menyangkut pautkan kejadian perampokan yang mereka alami. Pemuda berotot itu menyatakan jika saja Rumah terlihat ramai perampok ataupun penjahat akan ragu untuk memasuki rumah, makanya mereka harus tinggal bersama Nyonya Jeon.
"Mama belum makan." Ujarnya pelan. Tangan pemuda itu bergerak memotong beberapa sayur diatas telenan.
Ia bisa mendengar Yoongi menghela nafas, tapi sama sekali tidak ia hiraukan. Seulas senyum tercipta saat menyadari Yoongi memasuki area dapur kemudian mengenakan apron hitam.
"Berikan pada Mama, katakan jika ini masakanmu." Yoongi mendengus, sebetulnya sangat ingin mengetuk kepala Jungkook dengan sendok yang anak itu letakkan diatas nampan. Bodoh. Adiknya itu memang bodoh.
Pria itu menatap sang adik sinis, "Aku akan mengatakan jika ini masakanmu." Ujarnya, ia berlalu dengan nampan hitam berisi sup dan nasi yang Jungkook buat. Tidak ingin mendengar rengekan menyebalkan Jungkook yang membujuknya untuk mengatakan seperti yang anak itu minta.
•
•
•"H-hyung......" Jungkook berbisik pelan, menatap gugup pada sang Ibu yang sudah duduk dimeja makan. Sedangkan Yoongi tidak mendengarkan Jungkook, memilih menekan bahu adiknya untuk duduk dikursi.
"Kau pergi, aku pergi." Tandas Yoongi dengan wajah datarnya.
Jungkook menunduk dalam, kedua tangannya saling meremas, merasa buruk pada dua kakaknya yang lain juga sang Ibu. Ia saja merasakan hawa canggung yang kental dimeja makan ini, apa lagi Hoseok dan Taehyung. Ughhh, seharusnya ia menolak saat Yoongi dengan tiba-tiba membawanya keluar dari kamar. "Makan." Jungkook masih diam, menghiraukan suara Yoongi yang cukup tegas untuk mengintrupsinya.
"Makan saja Jungkook, kami tidak apa-apa." Bisik Hoseok yang ada disamping Jungkook, berusaha menangkan.
Jungkook merenung sesaat, sampai akhirnya memilih mengangkat sendoknya dan mulai melahap makanan yang ia ketahui buatan Yoongi. Makan malam itu terasa alot dan dingin untuk Jungkook, juga untuk Taehyung yang biasanya makan malamnya dipenuhi tawa.
"Jungkook-ah...."
Sumpit yang ada ditangan pemuda itu berhenti bergerak, ia bungkam, membeku saat suara sang menyebut namanya tanpa nada marah ataupun menyindir. Kali ini terkesan lembut dan halus, sama seperti saat memanggil Taehyung. "Ayo pergi berlibur, kita harusnya pergi berlibur dihari ulang tahun Mama." Entahlah, jangan salahkan Jungkook karena netranya yang saat ini sudah mulai berkaca. Rasanya hangat, membuat air matanya ingin meleleh turun.
Seakan Dejavu, ingatannya terlempar kemasa lalu. Rasanya hangat, namun sesuatu dalam dirinya membuatnya ingin berteriak untuk mengatakan 'tidak mau', tapi menghabiskan waktu bersama Kakak juga Ibunya adalah salah satu impian paling besar pemuda bermata bulat itu. "Jinjja?" Ia akhirnya mengangkat kepalanya, menatap sang Ibu dengan kedua alis terangkat juga air mata yang meleleh. "Mama mengajakku?" Tanyanya serak, hanya berusaha memastikan jika ia juga termasuk dalam ajakan Ibunya.
Nyonya Jeon mengangguk.
Isakan Jungkook lepas, biarkan dia menjadi cengeng. Mamanya baru saja mengajaknya berlibur, ia akan bersenang-senang bersama keluarganya, impiannya akan terkabul. "Jangan menangis, kita akan berlibur bukan kepemakaman." Ujar Hoseok, ia mengelus lembut punggung Jungkook.
Yoongi tersenyum kecil, sedangkan Taehyung sudah merekahkan bibirnya sangat lebar. Akhirnya, liburan keluarga yang sesungguhnya.
Yay!!!! Finally JK dapat kebahagiannya~~~ See u tomorrow guys!
KAMU SEDANG MEMBACA
Jamais-vu : Solitude [JJK]
Fanfiction[END] Jungkook hanya berusaha agar benteng dan pilar-pilar pertahanan yang ia buat selama ini tetap utuh dan kuat. Hingga pilar-pilar pertahanannya mulai runtuh, saat benteng yang berusaha ia buat kokoh agar tetap bertahan akhirnya roboh. Jungkook...