30

5.5K 328 61
                                    

Dengan langkah lebarnya Bia berlari cepat menuju gerbang yang masih terbuka sebagian, pertanda bahwa gerbang itu akan ditutup kurang dari dua menit lagi.

Bia dengan panik semakin mempercepat langkahnya penuh harapan, berharap hari ini dirinya tidak terlambat masuk sekolah.

Dia juga heran sendiri, baru kali ini bia bangun kesiangan, padahal sudah memasang lima alarm yang siap membangunkannnya, tapi untuk hari ini alarm itu tidak ada harga dirinya lagi.

"Ayo, cepetan masuk! Saya mau tutup gerbangnya ini, loh!" teriak Pak Satpam meminta murid-murid yang masih berada diluar untuk cepat memasuki gerbang, termasuk bia yang sedang berlari.

BRUK!

Bia tiba-tiba jatuh tersungkur ke depan.

"Waduh, kok bisa jatuh, Bi?" Zee terkekeh.

Sena juga ikut tertawa. Dia memang sengaja mendorong tubuh bia dari belakang hingga membuat gadis itu langsung tersungkur. Jangan dikira mereka akan berhenti menganggu bia lagi setelah diskors.

Itu tidak berpengaruh bagi mereka bertiga.

"Sori, Bi. Gue sengaja!" seru Sena tertawa puas. Kemudian, kembali berlari kecil bersama Zee dan Quesha meninggalkan bia sendiri di luar.

Bia meringis pelan, membiarkan mereka melakukan sesukanya. Dia juga baru ingat saat ini kehidupan sesungguhnya telah dimulai dengan kembalinya Quesha lagi. Bia hanya bisa menikmati harinya dengan damai dua hari saja.

Saat Quesha akan memasuki gerbang, ia sempat menoleh kebelakang, melihat sekilas bia yang sibuk membersihkan seragamnya dengan cepat. Matanya melempar tatapan sinis pada Bia. "Masih ada nyali juga lo sekolah di sini Bi," gumamnya tersenyum smirk.

"Selamat terlambat, Drabia." Kemudian Quesha lanjut melangkahkan kakinya masuk ke dalam sekolah, bertepatan dengan gerbang yang langsung tertutup dengan sempurna.

Harapan bia langsung pupus.

Dia terlambat masuk ke dalam sekolah membuat gadis itu menghela napas berat. Padahal masih pagi, hari sial datang lagi padanya.

"Pak? Bia minta kesempatan boleh? Bia tadi jatuh, jadi telat masuk," mohonnya dengan nada lirih, berbohong. Meskipun Bia mengatakan yang sebenarnya, dia sendiri tidak yakin satpam sekolahnya akan percaya padanya.

"Maaf Bia, saya gak bisa bantu kamu. Ini tetap aturan," jawab Pak Satpam dengan tegas.

Rey berjalan santai dengan wajah lempengnya. "Buka, Pak. Saya ada ulangan," ujarnya sembari menyodorkan selembar uang berwarna merah yang langsung diterima oleh satpam sekolah.

Bia langsung melongo saat satpam sekolahnya langsung menurut, terbukti dia langsung membukakan gerbangnya.

"Makasih, Mas. Silahkan masuk, tapi jangan bilang-bilang, ya," bisik Pak Satpam dengan terkekeh kecil, langsung mempersilahkan Rey untuk masuk ke dalam sekolah.

Bia dengan raut haru langsung melangkahkan kakinya, tapi senyumnya kembali mengendur saat satpamnya menutup gerbangnya dengan cepat, membuat gadis itu terkesiap.

"Kamu tetap diluar!" tegas pak satpam melarang bia untuk masuk. Matanya melotot tajam menatap bia.

"Dia di ijinkan masuk kenapa bia enggak?" sewot Bia sedikit meninggikan suaranya.

DRABIA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang