O3

6.9K 800 944
                                    

"ALVIN TUNGGUIN BIA!!"

Bia berteriak memanggil Alvin dengan keras. Bukan sekali ataupun dua kali Bia memanggil pacarnya, tapi berkali-kali hingga tenggorokan Bia rasanya kering.

Padahal rahang Bia masih sakit akibat cengkraman Quesha, tapi Bia mengabaikan rasa sakit itu hanya untuk memanggil Alvin yang sengaja tidak mendengar jeritannya.

Suara lengking Bia yang memanggil-manggil nama Alvin membuat beberapa siswa yang berada di parkiran sekolah menatap Bia dengan kesal.

"Berisik lo muka polkadot! lo kira ini parkiran punya Bapak lo?!" umpat salah satu cowok di sana.

"Kekasih kesayangan lo nyariin, tuh!" ledek salah satu siswa seraya menaiki motor besarnya. Ia terkekeh mengejek Alvin setelah itu melajukan motornya dengan kencang.

Alvin menghiraukan ucapannya. Ia sama sekali tidak kesal, karena ia merasa tidak menganggap Bia seperti itu. Jangankan kekasih kesayangan, menganggap Bia kekasih saja rasanya Alvin tidak sudi.

Alvin memang sengaja tidak meresponnya, tapi sepertinya itu sebuah kesalahan karena Bia tak kunjung menyerah memanggil dirinya membuatnya malu.

Akhirnya Alvin menghentikan langkahnya seraya berbalik badan, menunggu Bia yang sedang berlari ke arahnya dengan napas terengah-engah.

"Lo sengaja malu-maluin gue?" tukas Alvin tanpa memberi Bia waktu untuk mengatur napasnya.

Bia menggeleng, "Kamu dipanggilin nggak nyahut, aku kira emang nggak kedengeran."

Alvin menatapnya malas. "Gue keburu, ada apa lo panggil gue?"

Bia memainkan ujung seragamnya. Rasanya kelu untuk mengutarakan permintaannya, Alvin pasti akan menolak terang-terangan.

"Lelet lo! Gue pergi, lah!" geram Alvin membalikkan badan akan pergi, tapi Bia dengan berani menarik tangannya.

Alvin reflek menghempaskan tangan Bia kasar. "Gak usah pegang-pegang gue, sialan!" umpatnya tak suka.

"Maaf. Aku cuma mau nebeng kamu, soalnya supir aku-"

"Cepet!" jawab Alvin cepat.

Bia kebingungan sendiri. "Ha-hah? Cepet?"

"Gak usah hah heh hoh, cepet naik lo! Gak usah banyak bacot!" Alvin berjalan lebih dulu, meninggalkan Bia.

Gadis itu terpaku lama sebelum akhirnya mengikuti Alvin dari belakang. Dia tidak bisa berhenti menahan senyumnya karena tiba-tiba merasa euforia menghampiri dirinya. Apa ini benar Alvin? Ini diluar dugaannya. Alvin pertama kali mengantarkan Bia pulang sekolah selama  6 bulan mereka berpacaran. Hal yang langka baru saja terjadi.

Apa Alvin sudah mulai luluh padanya? Pikir Bia terlalu percaya diri.

"Lo ngapain senyam senyum di situ? Buruan!" gertak Alvin tak sabaran. Kesabarannya setipis tisu masih dibagi lima, ia malah harus dihadapkan dengan cewek lelet seperti Bia.

Bia mengangguk, lalu membuka pintu belakang mobil Alvin.

"Depan, gue bukan supir lo." Alvin menghela napasnya.

DRABIA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang