"Berikan ke Bia, bilang ke dia kalo gue nulis ini pakai perasaan khusus dia seorang." -Alvin.
***
"Hahahahahah! Di mana Bia?! Gue harus bunuh dia juga! Biar dia ikut Mama sama Papa gue di nerakaaa!!"
"Di mana!?! Gue bisa puas kalau dia udah mati!!"
"Kenapa dia?" Leon yang baru saja datang langsung duduk di samping Drako. Alena dengan kondisi acak-acakan duduk di depannya, kedua tangannya di borgol dengan di dampingi petugas polisi di sana.
Gadis itu menyeringai sinis, tatapan matanya menyorot tatapan kebencian. Bajunya penuh dengan darah sehingga membuat Leon bergidik ngeri. Ini benar-benar bukan seperti Alena yang ia kenali. Dia seperti melihat iblis di dalam diri Alena sekarang.
"Gue gak tau, dia dari tadi teriak manggil nama Bia, dia bilang mau bunuh dia. Bahkan dia berusaha lepasin dirinya sendiri," balas Bams.
"Dia bener-bener udah gila, Leon. Untung aja lo udah putus sama dia!" komentar Drako dengan tatapan takut melihat Alena seperti hewan buas.
"Heh, cangkemmu!" sewot Bams menyentil dahi Drako.
BRAK!!
Alena menggebrak meja di depannya dengan sangat keras sehingga membuat tiga orang itu terjengkit kaget. "GUE EMANG GILA! GUE PUAS UDAH BUNUH BEBAN YANG ADA DI HIDUP GUE!!"
"SEKARANG TINGGAL SATU BEBAN LAGI!! BAWA BIAA KESINIII GUE MAU BUNUH DIAA SEKARANG!!"
"DIA UDAH NGEHANCURIN HIDUP GUE!!"
"Jangan macem-macem lo, Alena! Lo yang justru ngehancurin hidup Bia!" Bukan Leon yang menjawab, melainkan Rey. Laki-laki itu sedari tadi geram mendengarnya.
"Hahahahahaha.. GUE?? GUE NGEHANCURIN HIDUP DIA LO BILANG?!!" Alena maju hendak mencakar wajah Rey, tapi petugasnya dengan cepat menahan tubuh Alena secepat mungkin.
"Diam!" tegur petugas itu mencengkram lengan Alena keras sehingga gadis itu kembali terduduk di kursinya.
"Njir, buas banget dia!" komentar Drako dengan mata melotot kaget saat Alena hampir menyerang Rey. Sedangkan Rey hanya biasa-biasa saja dengan wajah lempeng nya.
Alena masih tertawa senang. Gadis itu tertawa, tapi tatapannya sekarang mulai kosong. Perlahan-lahan tawanya hilang, tergantikan oleh suara tangisannya yang mulai terdengar.
"Dia yang ngehancurin hidup gue... hikss. Dia yang ngambil Mama gue.. gue nggak tau Mama gue di mana.. gue sakit hiksss..."
BRAK!!
"BIA YANG NGEHANCURIN HIDUP GUE ANJING!! DIA ADIK GUE!! DIA ANAK HARAMMMM!!!"
"BIA ANAK HARAMMM LO TAU?!"
"Jaga mulut lo, Alena! Gue gak terima kalo lo ngehina Bia gue!" geram Leon berdecak sangat kesal. Ia berani menatap Alena dengan tajamnya hingga membuat tatapan Alena teralihkan.
Mimik wajah Alena berubah kembali saat melihat Leon.
"Alvin gue.. Alvin gue di mana? Gue butuh Alvin! BIA JUGA NGEREBUT ALVIN DARI GUE!!"
"Gue mohon.. gue pengen ketemu Alvin. Dia udah janji ke gue mau nemuin gue.." Suara Alena melirih.
"Nemuin gimana? Yang ada lo juga bunuh dia lagi, stres lo!" umpat Drako ceplas-ceplos.
"Bawa dia ke dalam saja, Pak. Dia berbahaya," monolog Bams kepada petugas yang ada di depannya.
"Kami sedang menunggu walinya kemari untuk memproses pelaku, baru kami bisa membawa dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
DRABIA [END]
Teen Fiction"Lo siap sakit?" Dengan mantap Bia menjawab, "Aku siap! Apapun itu, aku bisa hadapi semuanya. Aku yakin kamu bisa sayang sama aku. Tinggal tunggu waktu." "Oke, gue mau jadi pacar lo." Drabia, gadis yang kerap dipanggil Bia. Dia gadis yang sangat te...