Sekarang Aksa sudah berada di Cafe yang ia janjikan dengan orang yang bernama Krystal. Aksa mencari keberadaan wanita itu dan akhirnya dia menemukan wanita itu sedang duduk didekat jendela. Aksa mendengus sebal, sebelum bertemu dengan wanita itu Aksa merubah dulu ekspresinya menjadi datar biar cool, lalu ia menghampirinya.
"Ekhm." Aksa berdehem.
Wanita itu melirik kearah Aksa, dia menerbitkan senyuman hangat saat Aksa menatapnya dengan datar dan tidak suka. Krystal dapat memaklumi nya.
Aksa tidak peduli, ia mendudukan dirinya pada kursi dihadapan Krystal.
"Mau pesan?" tanya wanita itu.
"Tidak usah."
"Baiklah."
"Jadi, ada urusan apa lo pengen ketemu gue? Buang-buang waktu aja," ucap Aksa ketus.
"Aku hanya merindukan tempat lahirku dan kedua anakku, apakah salah?" cicit wanita itu.
Aksa tertawa hambar. "Cih, bukannya lo nggak punya anak?"
"Mereka anak-anakku, Sa," ucapnya lirih.
"HAHAHHA ...." Aksa tertawa sangat keras sampai pengunjung Cafe tersebut menatap aneh. "Anak? Bahkan lo nggak ngurus mereka. Atau lebih tepatnya lo membuang mereka, Krystal." Aksa berucap dengan sinis. Sungguh, ucapan itu sangat menohok perempuan di hadapannya.
"Iya, aku tau. Tapi aku yang mengandung mereka dan melahirkan mereka, aku merindukan mereka. Apakah salah bila seorang ibu merindukan buah hatinya?"
Aksa kembali tertawa, sungguh lucu wanita dihadapannya ini. "Bahkan lo nggak pantas untuk disebut seorang Ibu. Apa lo lupa, saat lo ngandung mereka lo ngelakuin apa? Lo ingin melenyapkan mereka, lo ingin melenyapkan anak yang nggak berdosa. Lo pikir gue nggak tau perbuatan lo dulu, hah?! Lo bahkan ngobat untuk melenyapkan mereka! Dan ... dengan gampangnya lo bilang rindu mereka? Yang benar saja."
"Sudahlah, sampai kapan pun gue dan Lita nggak akan pernah memberi tau mereka yang sebenarnya. Gue hanya ingin mereka tau kalau mereka adalah anak gue dan Lita."
"Kamu egois Aksa." Krystal mulai geram.
Aksa terkekeh sinis. "Egois? Mending lo ngaca!" Setalah itu Aksa meninggalkan Krystal yang sedang menahan amarahnya.
Krystal mengepalkan kedua tangannya, tak terasa air matanya keluar. Apakah dia se-berdosa itu? Sampai-sampai dia tidak diperbolehkan bertemu dengan darah dagingnya. Itu kan dulu sekarang beda lagi, Krystal juga sudah menyesali perbuatannya dulu.
"Mereka anak-anak aku."
"Lihat saja, cepat atau lambat mereka akan tau yang sebenarnya."
•••
"Tadi lo disekolah pingsan?"
Pertama memasuki rumahnya Aldi langsung disuguhi oleh pertanyaan dari kakak sulungnya yang sedang menonton TV diruang kelurga. Aldi menghampiri Angga lalu menyimpan telunjuknya didepan bibir Angga.
"Ssttt ... jangan bilang-bilang Bunda."
"Tadi Dira udah kasih tau Bunda duluan, gue juga tau dari dia."
Aldi memutar bola matanya malas, benar-benar adiknya yang itu ember sekali, huh.
"Jadi, kenapa lo bisa pingsan?"
Bukannya menjawab pertanyaan itu, Aldi malah merebahkan tubuhnya di atas sofa dan menyimpan kepalanya di paha Angga.
Dapat Angga lihat wajah sayu itu, Aldi seperti tidak punya gairah hidup. Tangannya ia ulurkan untuk mengecek suhu tubuh anak itu, takutnya Aldi terserang demam seperti kemarin-kemarin. "Lo kenapa? Sakit?" tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My World, Bro. [END]
FanfictionBagi Angga, Aldi adalah jiwanya dan semestanya, Angga menjadikan Aldi sebagai porosnya. Begitupun sebaliknya. Mereka saling melengkapi satu sama lain. Lalu, bagaimana jika seketika jiwa itu hilang? Entahlah, kita simak saja ceritanya.