Setelah bedrest selama tiga hari, sekarang Aldi sudah mengenakan seragam sekolahnya. Sebenarnya Lita setengah hati untuk mengijinkan putra keduanya untuk sekolah. Tapi, namanya juga Aldi, laki-laki keras kepala.
Kini, Aldi tengah berdiri di depan cermin, dia menata rambutnya. Aldi tersenyum getir, sudah ada beberapa helai rambut yang menempel ditangannya. Ini baru kemo pertama, bagaimana dengan kemo selanjutnya?
Setelah meratapi rambutnya, kini ia beralih pada wajah tirusnya. Pucat, Aldi tidak like.
"Ke mayadd, minta lipbalm ahh sama Dira," ujarnya. Setelah itu ia mengambil tas siap turun kebawah untuk sarapan pagi bersama keluarganya.
Saat Aldi turun, ternyata keluarganya sudah berada di meja makan. Pasti mereka menunggu Aldi karena mereka belum memulai sarapannya, ahh Aldi mereka bersalah.
"Pagi," sapa Aldi.
"Pagi," jawab Lita. "Duduk, kita sarapan," ujarnya.
Aldi mendudukkan dirinya di dekat Angga. Sekilas, Aldi menengok ke arah sang Abang. Ada yang aneh, Angga terlihat acuh padanya. Biasanya Angga akan menyambut Aldi dengan senyum hangatnya.
Tapi, bodoamat.
Aldi mulai memakan sarapannya meskipun makanannya kurang rasa, alias terasa hambar. Makanan untuk Aldi dipisahkan, pokoknya makanan anak itu makanan sehat.
Acara sarapan pun selesai, si sulung yang yang terlebih dahulu menyelesaikan makannya. Setelah itu ia berpamitan untuk pergi sekolah terlebih dahulu, katanya ada urusan. Entahlah.
Aldi menatap punggung tegap itu menjauh dengan perlahan. Angga tidak menegurnya, bahkan melirik pun tidak. Ada apa dengan kembarannya itu?
"Al, jangan jajan yang aneh-aneh. Kamu makan, makanan buatan Bunda aja, nggak usah yanga lain!" nasehat Lita sambil memberikan bekal untuk Aldi.
Aldi menghela napas, entah sudah berapa banyak Bunda nya itu mengatakan petuah dan nasihat yang sama. Sampai kuping Aldi terasa panas, sungguh.
"Dir, minta lipbalm dong," kata Aldi pada si bungsu.
Dira mengerutkan sebelah alisnya. "Buat apaan?"
"Buat bibir lah. Lihat, bibir gue pucet, gue nggak like," tukas Aldi.
Dira menatap sendu pada kakak keduanya itu. Ia pun mengeluarkan lipbalm dari tasnya. "Nih, pake tuh sampe bibir lo glowing."
"Siap, nanti kalau habis minta aja sama Daddy, iya kan, Dad?" Aldi menatap Aksa.
"Kamu yang pake, kamu yang ganti lah, Al," tukas Aksa.
Aldi terkekeh, setelah selesai mengoleskan lipbalm itu pada bibirnya, ia langsung mengembalikannya pada Dira.
"Bun, aku bawa motor ya? Kasian motor aku udah lama nggak di peke," kata Aldi memohon.
"Ngga!" tolak Lita mentah-mentah.
"Buuuunnnn~"
"Berangkat sekolah kamu bareng Abang, kalau nggak sama Abang sama Daddy, pulangnya nanti Bunda jemput!" tegas Lita.
"Aku bukan anak kecil yang harus dijemput sama Bunda nya, Bun," ucap Aldi.
Lita tak mengindahkan ucapan sang anak, dia sibuk dengan acara mengupas apelnya.
"Yasudah, kita berangkat," ujar si kepala keluarga.
Dengan wajah cemberut nya, Aldi menyalami Lita. Sedangkan ibu anak tiga itu hanya terkekeh dengan kelakuan putra tengahnya. Gemes Lita tuh kalau Aldi merajuk seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My World, Bro. [END]
FanfictionBagi Angga, Aldi adalah jiwanya dan semestanya, Angga menjadikan Aldi sebagai porosnya. Begitupun sebaliknya. Mereka saling melengkapi satu sama lain. Lalu, bagaimana jika seketika jiwa itu hilang? Entahlah, kita simak saja ceritanya.