YWMB || 03. Cita-Cita

4K 372 10
                                    

Jam sudah menunjukan pukul tujuh tepat saatnya Aldi beraksi.

Benar saja, malam ini Aldi akan melakukan aksi kaburnya. Ia sudah bersiap dengan setelah khasnya memakai hoodie dipadukan dengan celana jeans dan sepatu Vans kesayangannya.

Handphone Aldi berbunyi pertanda ada panggilan masuk. Dilayar sudah tertera nama orang yang telah memanggilnya.

"Cepet! Banyak nyamuk anjir," orang disebrang sana mengomel.

"Bentar." Setelah itu Aldi mematikan panggilannya dengan sepihak. Aldi mencoba membuka pintu kamarnya untuk memastikan. Ternyata, aman. Semua keluarganya sedang berada di lantai bawah.

Aldi kembali masuk kedalam kamarnya, lalu ia membawa tali tambang bekas Pramuka dulu waktu SD :) Aldi membuat sampul mati dengan tambang itu pada pagar pembatas balkon. Tidak sia-sia ia mengikuti Pramuka waktu esdeh. Aldi akan menggunakan tali itu untuk menuruni balkon. Ide yang bagus bukan?

"Hayohhhh ... mau kemana lo?!"

Aldi terpenjat, dengan langsung ia menoleh ke arah sumber suara. Aldi menatap tajam ke orang yang berani masuk ke kamarnya. Aldi lupa mengunci kamarnya.

"Ngapain lo di sini?" tanya Aldi galak.

"Lo mau kabur ya, Al? Gue cepuin Bunda ah."

Aldi sontak membelalakan matanya. "Heh! Nggak usah cepu-cepu, lo bukan lagi anak kecil, Dir," cetus Aldi pada adik bungsunya, Anindira.

"BUN--"

Aldi langsung berlari dan membekap mulut ember adiknya itu. "Riweuh banget jadi manusia."

Tangan Aldi masih setia membekap mulut adiknya itu, dia membawa Dira ketepi ranjang miliknya. Tangan yang satunya ia ulurkan untuk mengambil tali yang masih tersisa.

"Mau ngapain lo?" tanya Dira penuh curiga.

Aldi menerbitkan senyum miring nya. "Kita main dulu ya adik kecil."

"Al, apaan sihh!"

Aldi mendudukan Dira di tepi ranjang, sedangkan dia berjalan mengambil solatip di meja belajar.

"Al," panggil Dira. Soalnya dah nggak enak ati.

Aldi menempelkan isolatip itu pada mulut kecil sang adik.

"Emmmm ... emmmm ...."

"Biar nggak cepu," celetuk Aldi.

Setelah menutup mulut adiknya, Aldi mengikat Dira. Nggak terlalu kenceng kok, cuman biar anak itu nggak bisa keluar aja.

Dira terus meronta, sedangkan Aldi menampilkan senyum kemenangan. "Dir, cocok nggak sih gue jadi penculik?"

Dira melotot, 'gila ya lo!'.

"Dah, ah, diem-diem lo di sini sampai Kakak pulang. Kakak mau main dulu ya, Dek. Jangan nakal," ucap Aldi sambil mengelus rambut Dira.

Setelah selesai dengan urusannya Aldi mengendap-ngendap ke gerbang belakang karena Karel menunggu disana.

Cukup memakan waktu ternyata. Akhirnya ia sudah sampai dimana sepupunya berada.

Tok ... tok ... tok ....

Aldi mengetuk-ngetuk kaca jendela milik Karel. Dengan segera Karel membuka kunci pintu mobilnya. Aldi pun masuk sambil memamerkan gigi-gigi rapinya.

"Lama lo, asu," dumelnya.

"Maap elah."

Setelah itu mereka menjalankan mobilnya untuk segera menuju ke tempat balap.

Sepuluh menit akhirnya mereka sampai di tempat balapan malam ini, itupun dengan Karel membawa mobilnya seperti seorang pembalap, 'kan memang benar Karel itu pembalap. Aldi melebarkan kedua netranya saat pertama kali menginjakan kakinya di tempat ini.

You're My World, Bro. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang