Kedua ujung bibir pucat itu terus terangkat saat melihat semua keluarganya berkumpul. Melihat canda dan tawa dari sanak saudara benar-benar membuat Aldi merasa bahagia.
"Seneng?" tanya Angga di sampingnya.
Aldi menoleh, kemudian mengangguk.
"Wooooo ...." Semua orang bersorak saat Lita membawa kue tart kedepan putra kembarnya. Ada lilin sebanyak tujuh belas menandakan umur putra-putranya.
Lita tersenyum ke arah putra kembarnya, lalu mengecup satu-persatu anak-anak nya. "Happy birthday, Abang, Kakak ...."
"Terimakasih, Bunda," ucap kedua putranya.
"Do'a nya yang terbaik aja, biar Bunda sama Tuhan yang tahu hihihi ...." Lita malah terkikik dengan air mata yang terjun. Aneh sekali.
"Sekarang tiup lilinnya, jangan lupa make a wish."
Angga dan Aldi menutup kedua matanya, lalu berdo'a.
Selesai berdo'a, mereka langsung tiup lilin.
Semua orang bersorak dengan gembira bercampur haru. Entahlah. Semuanya meneteskan air matanya, saat si kembar meniup lilin sebanyak tujuh belas biji itu. Apalagi saat Angga mendekap erat tubuh saudaranya dengan sayang.
"Makasih, Al, udah jadi saudara gue," bisik Angga.
"Makasih, Ang, udah jadi Abang gue. Sampai kapan pun lo akan jadi Abang gue. Lo Abang terbaik. Lo segalanya, Ang. You're my world, Bro ...."
____
Selesai acara Angga dan Aldi menghabiskan waktunya untuk bersantai di bibir pantai. Mau lihat sunset katanya.
"Ang, gue mau turun," ujar Aldi.
"Emang lo udah kuat berdiri?"
Aldi menggleng. "Duduk aja di pasir, ayok bantu."
Angga menghela napas pelan, dia pun membantu saudaranya itu untuk duduk di pasir.
Aldi menumpukan seluruh badannya pada kembarannya, dia benar-benar lemas. Kepalanya ia senderkan di bahu kokoh Abangnya.
"Pengen buka ini, Ang." Aldi menunjuk nassal canul nya.
"Nggak! Pake aja."
"Sebentar, Ang." Aldi pun menarik selang itu dari hidung bangirnya. Saat di lepas, rasanya benar-benar sangat sesak. Tapi Aldi tahan. Untuk saat ini, dia hanya ingin bebas dari alat-alat medis yang selalu terpasang di tubuhnya.
"Pakai lagi, Al."
Aldi hiraukan. "Ang, besok atau lusa gue masih bisa pergi ke pantai lagi nggak ya?"
"Bisalah."
"Ang ...."
"Hm?"
"Gue capek masa? Boleh nggak gue tidur?"
Angga mengangguk, ragu. "Lo istirahat, aja. Nanti gue bangunin kalau pulang." Dengan susah payah Angga membendung air matanya agar tidak dobrak.
Aldi membaringkan tubuhnya, paha Angga dia jadikan untuk bantalan. Aldi menghadap langsung ke air laut, dia bisa langsung melihat matahari di ujung sana.
"Ang, kalau lo rindu sama gue ... lo bisa ke pantai," ucap Aldi.
"Ngapain gue rindu sama lo? Lo 'kan selalu ada sama gue."
Aldi terkekeh. Dia kembali menikmati pemandangan di depan sana. Aldi merasa jika waktunya akan segera habis. Entahlah, mungkin hanya perasaannya. Tangan Aldi terulur, menggambar abstrak di atas pasir putih.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My World, Bro. [END]
FanficBagi Angga, Aldi adalah jiwanya dan semestanya, Angga menjadikan Aldi sebagai porosnya. Begitupun sebaliknya. Mereka saling melengkapi satu sama lain. Lalu, bagaimana jika seketika jiwa itu hilang? Entahlah, kita simak saja ceritanya.