YMWB || 32. Pantai

2.2K 223 16
                                    

Sudah lima hari mata indah itu tertutup dengan damainya, sepertinya tidak ada niatan Aldi untuk membuka matanya. Mungkin alam bawah sadarnya terlalu indah sampai anak itu tidak mau membuka matanya. Kedua orang tuanya dan saudaranya selalu setia di sampingnya menunggu mata itu terbuka.

Sampai akhirnya, tepat sebelum ulang tahunnya mata indah itu terbuka meskipun terlihat sayu. Lita dan seluruh keluarganya tak henti-hentinya berucap syukur atas hal itu.

'Pantai'

Itu kata pertama yang Aldi ucapkan saat selang ventilator nya di buka. Meskipun tak jelas, tapi mereka tahu. Entah ada apa di pantai sampai Aldi sangat menginginkan pergi ke tempat berpasir itu.

"Mau ke pantai, hm?" tanya Lita dengan air mata yang mengalir.

Aldi mengangkat tangannya yang lemas itu untuk menghapus air mata Bundanya. Dengan segera Lita memegang tangan kurus itu yang terangkat, lalu ia tempelkan pada pipinya.

"J-jangan nangishh ..," ucap Aldi dengan susah payah.

Dengan segera Lita menghapus air matanya. "Bunda nangis karena Bunda bahagia Aldi udah mau bangun lagi. Setelah ini jangan tidur lama-lama lagi, ya?! Bunda takut ...."

Aldi mengangguk saja, entahlah.

"A-anggahh ...."

"Abang di luar sama Daddy, Dira juga ada. Kemarin-kemarin kamu nanyain Dira, sekarang Dira ada. Mau Bunda panggilin?"

Aldi kembali mengangguk, jujur dia rindu dengan adik bungsunya. Selama dia sakit Dira hanya sesekali menjenguk dirinya, itupun hanya sebentar.

"Bunda panggilin dulu," ucapnya. Lita pun keluar untuk memanggil anak bungsunya.

"Adek ... kedalam ya, Kakak mau ketemu sama kamu," ujar Lita pada putrinya.

Dira menggeleng, dia bersembunyi di belakang Aksa. Gadis itu malah menangis.

"Sayang ... ayok, katanya mau ketemu Aldi." Jasmine mendekat ke arah cucunya sembari menghapus air mata gadis itu. "Udah jangan nangis, mau di ejek Aldi?"

"Aku mending di ejek Aldi hiks ...."

Jasmine tersenyum lembut. "Udah, sana."

"Gue temenin," ujar Angga.

Dira menoleh pada Abangnya, kemudian mengangguk. Sebelum mesuk mereka menggunakan baju khusus untuk masuk kedalam. Dira pun di papah oleh Angga untuk masuk ke ruangan Aldi yang hanya bisa beberapa orang saja yang masuk.

Dira mencengkram baju Angga dengan kuat saat melihat langsung keadaan Aldi secara langsung. "Abang ... Adek nggak bisa hiks ..," isaknya pelan.

"Bisa, ayok." Angga kembali menarik adik bungsunya dengan pelan. Mereka pun memulai mendekati ranjang Aldi. Tubuh kurus itu di lilit oleh alat medis yang bermacam-macam. Entahlah, Dira sampai pusing melihatnya sekaligus tak tega.

"Al ...." Angga memanggil saudara kembarnya dengan lembut sembari mengusap bahu Aldi.

Mata yang kini terpejam itu terbuka dengan perlahan, di balik masker oksigen itu kedua ujung bibirnya tertangkat saat melihat kedua saudaranya. Aldi mau bicara banyak namun tak bisa, mengucapkan satu kata saja butuh tenaga ekstra. Payah memang.

"Al ... lo jelek," ejek Dira lirih.

Aldi hanya bisa tersenyum untuk menanggapi ejekan sang adik.

Melihat bibir pucat itu kembali tersenyum membuat hati Dira sangat perih. Dira lebih suka senyum tengil Aldi daripada senyum yang sekarang, sangat terlihat jelek.

"G-gue gant-tengh ..," ucap Aldi.

Air mata Dira semakin medesak keluar, bibirnya terkekeh. "Iya, lo ganteng."

You're My World, Bro. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang