Bukannya tidak senang para sahabatnya datang ke rumah, hanya saja ....
Sahabat-sahabat Aldi itu berbeda dari yang lain. Tukang rusuh, tukang ribut, apalagi kalau ada makanan. Persis seperti orang yang dibagi sembako.
Contohnya sekarang, mereka sedang bermain PS dengan ribut. Katanya sih mau menjenguk Aldi yang baru saja pulang dari rumah sakit, tapi ... dahlah.
"Lo kanan, Ghan. Gue kiri, lo nggak paham-pahan." Aska frustasi karena Ghani nggak ngerti-ngerti.
Ghani acuh, ia terus fokus pada layar kaca takut mobilnya oleng.
"GHANI!" Aska berteriak.
'Prank'
Ghani melemparkan stik PS yang ada di tangannya. "Lo jangan rusuh dong, Sa. Gua jadi kagak fokus," sentak Ghani.
"Woy! PS gue." kini Aldi yang frustasi. "Enyah lo pada, pusing gue."
Ghani dan Aska menyengir kuda.
"Ya maap," ucap keduanya.
"Al, kapan lo sekolah?" tanya Aska yang kini anteng dengan cemilannya.
"Besok mungkin, nggak tau juga," balasnya acuh.
"Di MIPA ada anak baru lo harus tau, Al," ujar Aska memulai untuk berghibah.
Aldi merotasikan kedua bola matanya, demi apapun Aldi tidak peduli.
"Cantik, pindahan dari Sumatera," lanjut Aska.
"Jauh juga." Kini Ghani mulai ikut menimbrung.
"Ho'oh."
'Cklek'
Pintu kamar Aldi terbuka menampilkan sosok Angga yang masih mengenakan seragam sekolahnya dengan raut yang tidak seperti biasanya.
"Lah, ada kalian disini juga," ujar Angga. Tak seperti biasanya, biasanya dia akan acuh dengan keberadaan Ghani dan Aska.
"Yaudah deh, lanjutin aja." Setelah itu Angga pun melenggang pergi.
Aldi, Ghani, dan Aska kicep.
"Abang lo kenapa?" tanya Aska.
Aldi menggeleng.
"Biasanya juga datar-datar aja tuh manusia," celetuk Ghani. Yang di angguki oleh Aska dan Aldi.
•••
"Beneran mau sekolah?"
Entah sudah berapa kali Lita menanyakan pertanyaan seperti itu. Kuping Aldi rasanya panas saat mendengar pertanyaan Lita itu.
"Besok aja deh, ya?"
Aldi memandang datar kearah Ibunya itu.
"Iya-iya sekolah. Tapi jangan macem-macem," peringkatnya pada Aldi.
"Macem-macem apaan sih Bun. Aku anak baik," ucap Aldi mulai jengah dengan ke-overprotectivan Lita.
"Nih." Lita menyodorkan tempat bekal untuk Aldi. "Harus dimakan, awas aja kalau nggak Bunda marah."
"Ck, iya-iya. Apa sih yang nggak buat Bunda."
"Abang sama Dira mau Bunda buatin bekal juga?" tanya pada si sulung dan si bungsu.
"Boleh, tapi aku mau buah aja," pinta Dira.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My World, Bro. [END]
Fiksi PenggemarBagi Angga, Aldi adalah jiwanya dan semestanya, Angga menjadikan Aldi sebagai porosnya. Begitupun sebaliknya. Mereka saling melengkapi satu sama lain. Lalu, bagaimana jika seketika jiwa itu hilang? Entahlah, kita simak saja ceritanya.