Lita menghela napas saat melihat putra ketiganya sedang tertidur membelakanginya mana badannya di tutup selimut, emang nggak gerah tuh? Lita pikir Aldi belum pulang sekolah, ternyata anak itu malah tertidur di kamarnya. Kalau soal Angga, Lita tau, Lita sudah diberitahu oleh Aksa kalau Angga ada bersamanya.
"Al, bangun! Udah sore, pamali tidur sore-sore nanti linglung." Lita menghampiri Aldi lalu menggoyang-goyangkan tubuh anak itu. Tapi ... sepertinya si empu tidak terganggu sedikit pun.
"Al!" sekali lagi Lita memanggil Aldi dengan suara yang lebih tinggi. Aldi itu memang tukang tidur tapi kalau dibangunin nggak susah kok.
Lita geram dan akhirnya Lita menyibak selimut yang dari tadi menutupi Aldi. Saat selimut itu ia buka dengan refleks Lita membekap mulutnya. Dengan tergesa Lita menaiki ranjang putra lalu membawa tubuh Aldi pada dekapannya.
Lita menepuk-nepuk pipi anak itu agar terbangun. "Al!" Rasa kalut sudah menyelimutinya saat Lita menyibak selimut putranya, ternyata putranya sudah tidak sadarkan diri dengan darah dimana-mana.
"Al, bangun." Suara Lita bergetar, dengan telaten dia membersihkan darah yang sudah mengering di hidung Aldi.
Setelah selesai, Lita mengambil handphone Aldi yang ada di nakas samping tempat tidurnya. Lalu Lita memencet nomor supirnya untuk meminta bantuan.
"Hallo, Den. Ada apa?" ucap orang disana.
"Ini saya, Mang, Lita. Boleh minta bantuan? Aldi pingsan," ucap Lita dengan suara bergetar.
"Innalillahi, iya, Bu. Saya kesana." Setelah itu Lita mematikan sambungan itu.
Kini tangannya menyentuh pipi Aldi yang terasa dingin. "Bunda mohon sama kamu, kamu harus kuat."
Pintu terbuka menampilkan sosok Mang Ujang dengan wajah paniknya. "Bu," panggil Mang Ujang.
"Mang, ayo bawa Aldi ke rumah sakit."
"Iya, Bu."
Lita menyingkir, lalu Mang Ujang mengangkat tubuh ringkih itu. Lita menghapus air matanya setelah itu dia menyusul Aldi yang ada dipangkuan Mang Ujang.
•••
Saat ini Lita sudah ditemani Aksa dan putra sulungnya. Saat tadi diperjalanan menuju rumah sakit Lita langsung menghubungi suaminya. Dengan wajah cemas Lita terus saja melihat pintu UGD yang masih tertutup, sampai sekarang belum ada seorang pun yang keluar dari ruangan itu.
Aksa mengusap pundak sang istri tanda menenangkan. Sedangkan si sulung sedari tadi terus merapalkan do'a agar adiknya itu tidak kenapa-kenapa.
Setelah beberapa menit akhirnya Dokter yang seumuran dengan Aksa itu keluar lalu menghampiri keluarga pasien. Lita berdiri diikuti oleh Aksa dan Angga.
"Bagaimana keadaan anak saya, Dok?" Pertanyaan itu keluar langsung dari mulut Lita.
Dokter bernametag Raffa itu terlihat menghela nafas, dia adalah Dokter yang sempat merawat Aldi waktu kecil dan Dokter Raffa itu adalah Papi dari Aarav.
"Kalian bisa ikut keruangan saya nanti saya bicarakan di ruangan saya," ucap Dokter itu yang diakhiri senyuman. Sebelum melenggang pergi Dokter Aries menepuk pundak Aksa sekilas tanda menyemangati.
Aksa menatap istrinya. "Ayo," ajaknya.
Lita mengangguk, lalu mendekati putra sulungnya. "Bunda titip Aldi, ya."
"Hmm."
Lita mengecup pucuk kepalanya putra sulungnya sayang. "Bunda keruangan Dokter dulu."
"Iya."
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My World, Bro. [END]
FanfictionBagi Angga, Aldi adalah jiwanya dan semestanya, Angga menjadikan Aldi sebagai porosnya. Begitupun sebaliknya. Mereka saling melengkapi satu sama lain. Lalu, bagaimana jika seketika jiwa itu hilang? Entahlah, kita simak saja ceritanya.