50

16.3K 1.3K 207
                                    

Happy Reading!!


Benan mengangkat pistol itu, dan mengarahkan nya tepat di hadapan Bianca yang berdiri di depan Agarish.

"Lebih baik kalian berdua mati." Gumam Benan membuat semua menatap Benan.

"Lo salah paham Benan!!" Teriak Nathan berjalan cepat dan berdiri di samping kanan Agarish.

"Informasi yang lo dapet dari Maria, semua itu salah." Ucap Nathan melirik Maria yang terikat di sana.

"Kita punya bukti kuat buat buktiin kalau Agarish dan Bia gak salah." Ujar Nathan meyakinkan.

Alle menatap Benan, dan berjalan kedepan, berdiri sama rata di samping kiri Agarish. Daniel mengikuti jejak Alle. Safira, Artur, dan Rey ikut berdiri sejajar dengan mereka.

Bianca mendongak menatap Benan yang masih mengacungkan pistol tepat di hadapannya. "Gua tau seharusnya Ben gak gugur dalam pertempuran dulu. Itu semua juga karena kecerobohan kita semua. Kita semua. Tapi gua dan yang lain bener-bener minta maaf atas kesalahan itu."

"Demi Tuhan, saya tidak menginginkan kejadian itu terjadi Benan."

Hening. Tak ada yang bersuara selain Bianca. Deru nafas mereka hampir bisa terdengar rasanya. Benan menatap manik coklat Bianca yang mempertegas sesuatu.

"Saya ingin memeluk adik saya. Kembaran saya." Benan terus menatap mata Bianca yang tidak lepas pandangan darinya.

Pistol itu perlahan tapi pasti turun. "Saya ingin memberitahu keberadaan saya padanya." Mata itu berkaca-kaca seiring dengan ucapan yang keluar dari mulutnya.

"Benan ingin memeluk Ben."

"Seperti ini." Benan memeluk erat dirinya sendiri dengan mata menahan tangis dan tersirat akan luka dan rindu yang mendalam.

Bianca berkaca-kaca melihat itu. Agarish dan yang lainnya mengepalkan tangan. Rasa bersalah memenuhi rongga dada mereka semua. Andai Ben tidak gugur, mungkin ini semua tidak akan terjadi. Andai Ben masih hidup, apa respon yang akan dia keluarkan saat tahu, selama ini dia memiliki Saudara kandung yang sangat menyayangi dirinya. Andai...

Mereka salah telah membiarkan sahabat mereka gugur. Terlebih Agarish, rasanya dia ingin membunuh dirinya sendiri dan menggantikan Ben jika bisa.

"Kenapa saya tidak bisa melakukan itu? Kenapa?"

"Karena Dia sudah bersama Tuhan." Jawab Benan sendiri.

Bianca meneteskan air mata nya.

Lo harus jadi tameng mereka!

Bu ketu cakep banget dah..

Eh jangan kurang ajar ya, Bianca nih bos..

Bayang-bayang masa lalu memenuhi kepala Bianca. Sosok penghibur itu--kini sudah bersama Sang Pencipta. Tak ada Ben yang selalu terbully, tak ada Ben yang selalu memperhatikan mereka semua.

Tak ada Ben si pemberi choki-choki kepada Alle. Tak ada Benedict si playboy abal-abal.

"Maaf." Ucap Bianca dengan sangat tulus menatap Benan.

"Ben meninggal tertembak karena nyelamatin Agarish. Kita semua syok disana, gak ada yang menyangka dan berfikir bahwa malam itu adalah malam terakhir kami bersama Ben." Jelas Nathan.

Bianca berjalan perlahan mendekati Benan. "Gua tau lo baik. Lo cuma marah. Lo berhak marah sama gue, sama Semuanya. Lo berhak Ben."

Bianca mengarahkan pistol yang digenggam Benan tepat di jantungnya.

AGARISH 2 [After Marriage] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang