Semakin dekat!

33 12 1
                                    

Annyeong

"Sakit banget ya?" jujur saja Andreas tidak tega melihat Samira yang terus ingin menangis seperti ini.

Saat ini mereka berada dirumah Andreas dengan alasan Ibunya pasti lebih tau tentang hal seperti ini, namun naas nya Ibunya justru sedang arisan.

"Gue harus ngapain dong," ucap Andreas sambil mengelus tangan kanan Samira yang sedang memegang perutnya menahan sakit.

"Kompres air hangat," lirih Samira.

"Ah kayaknya Mama punya deh botol buat kompres itu, yang kayak gitu?" Samira mengangguk, terserah yang penting masalah perutnya selesai.

Andreas pun segera memberikan botol kompres berisikan air hangat itu pada Samira, saat itu juga Andreas melihat raut wajah Samira berubah menjadi tenang sambil memejamkan matanya.

"Udah enakan perutnya?" Samira membuka kembali matanya ketika merasakan sebuah usapan pada puncak kepalanya.

"Ya udah Lo tidur aja, gue beliin makanan, biasanya Mama tuh pulangnya malem, jadi ga ada yang masak, jangan berharap gue bakal masak buat Lo, kecuali Lo mau makan nasi goreng yang cuma bisa dimakan sekali seumur hidup."

Samira hanya mengernyit tanpa ingin bertanya, Andreas yang peka pun menghela nafas.

"Dulu pernah masak nasi goreng, belum sempat makan udah dimakan sama kucing tetangga, awalnya emosi tapi ngeliat tuh kucing yang awalnya sering numpang makan disini ga pernah keliatan gue akhirnya sadar kalau gue ini terlalu hebat dalam memasak."

"Atau... Lo mau ngerasain? kalau iya sih gue bisa dengan senang hati masak khusus buat Lo."

Seketika Samira menggeleng kemudian memejamkan matanya, Andreas terkekeh melihat tingkah lucu "calon pacarnya" itu.

Apa kau melihat sesuatu?

Dimana?

'calon pacar'

Ya itu! disana!!

(人 •͈ᴗ•͈)

Tak terasa hari demi hari berlalu, semenjak insiden gendong gendongan dan masakan Andreas itu mereka jadi lebih akrab.

Bahkan ketika Samira sedang tertawa, gadis itu tanpa ragu memukul Andreas lebih kuat dari sebelum sebelumnya.

Andreas juga, perasaannya pada Samira sudah bisa dia simpulkan. Perasaannya ini adalah perasaan suka yang sebentar lagi akan move on menjadi cinta.

Disini Keyla menatap senang kedua insan yang semakin hari semakin dekat itu, tanpa sadar Nathan yang tiba tiba sudah ada di sampingnya menatap kearah yang sama.

"Couple?" Keyla mengangguk.

"Bismillah jodoh!"

"Kalo kita?" Keyla menatap Nathan dengan dalam, menyiratkan bahwa Nathan adalah miliknya dan tidak ada yang boleh mendekati Nathan.

"Ga tau," Nathan menghela nafas pelan.

"Masih dekat sama dia hm?" Nathan menggeleng dengan wajah imutnya, bukan di buat buat tapi karena dia sudah diciptakan imut kapanpun dimana pun.

"Tapi tadi gue liat-"

"Dia nyapa duluan ya masa dicuekin?"

"Ohh, enak ya makanannya?"

"I-itu.."

"Apa? enakkan? Lo jangan dekat dekat sama Keenan deh, playboy nya nular!"

Setelah berkata begitu, Keyla bangkit dari duduknya kemudian keluar kelas pergi meninggalkan Nathan.

"Kenapa ga pernah percaya sih?"

^_________^

"Lo beneran bakal nikahin gue?"

Elvano menghela nafasnya, ini adalah pertanyaan kesekian kalinya dari tunangannya.

"3 Minggu lagi El! kita nikah! coba bayangin!!"

Elvano mengangguk, kemudian duduk bersampingan dengan Nayla yang sedang merocos tentang pernikahan mereka.

"Kalau nanti ketahuan gimana? terus kita diarak satu sekolah terus dikeluarin dari sekolah gimana?!"

Elvano mengelus pelan surai rambut gadis itu sambil menggeleng, "ga akan."

"Tapi bisa aja kan? huaa gue ga mau!" teriaknya kemudian memeluk Elvano erat.

Seperti biasa, Elvano tak banyak bicara. Dia hanya berusaha menenangkan Nayla dengan mengelus punggung gadis itu agar diam.

"Tapi Lo beneran nikahin gue kan?"

"Lo kayak abis di apain tau gak?" akhirnya Elvano membuka suara.

Nayla menyengir tanpa dosa, "ya siapa tau ntar Lo pergi pas acara nikahan kan? atau tiba tiba cewek Lo dateng ngehancurin acara?"

Elvano menyentil pelan dahi gadis itu membuatnya meringis, "Lo satu satunya cewek yang gue suka, dan gue ga se brengsek itu untuk ninggalin Lo di acara pernikahan meskipun gue enggak suka sama Lo."

"Lo itu cinta pertama gue, dan gue berharap Lo juga yang akan menjadi cinta terakhir gue nantinya, gue juga mau pernikahan itu sekali seumur hidup meskipun kita nikah secara terpaksa."

"Jadi, jangan pernah berfikir gue akan ninggalin Lo."

Nayla menatap Elvano kagum tanpa berkedip.

"Ini tanggal berapa? ini harus diabadikan!!! seorang El ngomong sepanjang ini!!.huaa jodoh gue!! sini peyukk!" ucap Nayla sambil mengeratkan pelukannya.

"Sorry ya, gue ngomong gitu karena gue takut Lo bakal ninggalin gue, tapi gue percaya kok, seperti kata Lo. Lo ga mungkin se brengsek itu buat ninggalin gue, apalagi gue adalah cewek yang Lo cintai jiakhh!"

"Jadi kepikiran, gimana kalo kita nikah ala ala jaman batu?"

"Ga usah ngawur!"

Nayla tersenyum, "suka deh, El sekarang bisa banyak omong, ga kayak dulu!" Elvano merotasikan bola matanya.

"Tapi sama gue doang ya?"

Elvano mengangguk, "cuma sama Lo."

Dan adegan itu diakhiri dengan mereka yang saling berpelukan.

TBC....

Hai🙌
ga tau mau ngomong apa...
oiya mau curhat.

gue berterimakasih banget sama kalian yang vote cerita gue, rasanya tuh seneng banget ketika ada yang vote 😖 terharu

oke mungkin terdengar lebay, tapi kenyataannya emang gitu,

dan kalian itu lah alasan kenapa gue jadi semangat dan pengen up tiap hari

makasih banget buat kalian🤗

ASSA =Andreas Samira=  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang