Brakkkkk.....
"Kamchagiaa, Astaghfirullah ibu mau saya mati jantungan ape gimane sih buk?" Hal itu membuat Ira kaget sampai memegang dadanya yang berdetak dengan cepat, bayangkan saja sedang tidur dengan nyenyaknya tiba-tiba di ganggu dengan gebrakan meja yang kencang itu
"Astaghfirullah, Astaghfirullah gausah sok suci kamu ya, dari tadi kerjaan nya tidur aja, kamu pikir ibu tidak capek menerangkan materi dan kamu malah enak-enakan tidur?" ternyata pandangan bu Indah sudah tidak bersahabat menatap wajah sok lugu Ira
"Aelah buk, lagian yang merhatikan kan banyak masa kudu saya juga ikutan buk" sambil menggaruk leher belakang nya
"Dasar, anak nakal kamu ya"
"Ya Allah ibuk, saya ini anak baik2 loh buk, ibuk pikir saya udah jebol gitu buk?"
"..."
"Sok atuh kita ke kamar mandi, saya buktikan kalo saya masih perawan" Ohh ayolah apa Ira sudah gila berucap seperti itu
"HAHAHAHAHHAAA" seisi kelas menertawakan kelakuan sekertaris mereka itu
"IRAAAAAA..... ya Allah punya dosa apa saya punya murid kayak kamu"
"Ya mana saya tau buk, kan saya bukan malaikat atid yang suka mencatat amal buruk ibuk" hal itu membuat satu kelas tertawa karna ulahnya
"Terserah kamu saja, sekarang kamu ke kamar mandi terus cuci muka, pelajaran ibu masih ada setengah jam lagi sebelum istirahat" okeh untuk saat ini Bu Indah pasrah dengan muridnya yang satu ini
Tatapan Ira bertemu dengan sosok lelaki yang sedang tersenyum di ujung kelas sana sampai membuat nyali Ira menciut "i-iya buk, saya ijin ke kamar mandi ya buk"
"Iya udah sana"
"Dhea, temenin gue ke kamar mandi yokk" takut Bu Indah dengar, Ira berbisik dengan salah satu sahabatnya yang duduk di sampingnya
"Dih, sejak kapan lo jadi penakut kayak gini?"
"Dahlah buruan yokk" Dhea hanya memutar bola matanya malas
"Emmm...ibuk saya ikut Ira ke kamar mandi ya buk sekalian mau buang air" ucap Dhea pada Bu Indah
"Oh iya Dhea, silahkan"
Dih mentang-mentang si Dhea juara kelas, baik hati dan tidak sombong aja di alusin giliran gue di kasarin dasar tente-tante girang
Percayalah itu semua tidak sepenuhnya berasal dari hati, sejujurnya tidak ada rasa benci terhadap sahabatnya yang satu ini, cuma rasa heran saja terhadap guru sekaligus wali kelasnya yang suka pilih kasih itu. memang diantara sahabat-sahabat Ira, hanya Dhea lah yang paling dekat dengannya
"Terimakasih buk"
*Kamar mandi
"Gue sebenernya udah tau lo tidur, cuma gue sengaja ga bangunin" ucap Dhea sambil membenarkan tata rambutnya di depan cermin
Ira kaget lalu spontan tatapannya mengarah pada Dhea "aelahh sianjirr, kenapa lo gak bangunin gue? Lu sengaja ya biar gue di marahin sama itu tante-tante? HAHH??"
"Hehh, dosa banget lo ngatain guru sendiri" Dhea lelah tertawa, bisa-bisanya Ira menghina guru killer itu, Dhea berdoa dalam hati semoga saja tidak ada yang mendengar perkataan Ira barusan
"Ya lagian jujur lo, emang lo sengaja kan?"
"Iya sengaja, hahahaa muke lo jelek bener bangun tidur tadi" tawa Dhea kembali pecah saat mengingat kembali muka Ira saat bangun tidur
"Hh bangsat lo emang" tangan Ira melayang tepat di lengan Dhea
"Astaghfirullah ukhtea, berdosa sekali kamu, papa kamu ga ngajarin kamu kurang ajar ya nak" Dhea sedang menahan tawanya, sambil melirik ekspresi Ira. karna dia tau topik ini sangat sensitif untuk Ira

KAMU SEDANG MEMBACA
DZAKIRA
Dla nastolatków(FOLLOW SEBELUM MEMBACA) Biar afdol bacanya . . . ⚠️ Mengandung kata-kata kasar ⚠️ Ambil sisi positif, buang yang negatif ⚠️ Banyak typo ⚠️ Konflik betebaran . . . "Ramaaaaa..... Tungguin ihh" "Ssttt, jangan teriak-teriak" "Ihh bodo suka-suka gue...