Di ruangan dokter terdapat ravindra dan dua dokter yang menangani zaro,mereka ingin membahas tentang donor mata untuk zaro.
"Jadi gimana dok?"tanya ravindra to the point.
"Begini pak,kami sudah menemukan donor mata yang cocok dengan pasien.Tapi untuk saat ini kami masih belum bisa mengambil tindakan operasi,mengingat kondisi pasien masih belum stabi"jelas dokter itu menatap ravindra.
"Lalu kapan anak saya bisa operasi?"tanya ravindra lagi,
"Sampai keadaan pasien benar-benar stabil,kemungkinan dua hari kedepan pasien sudah bisa melalukan tindakan operasi"papar dokter yang lain.Ravindra mengangguk paham mendengar penjelasan dokter.
"Baiklah kalau begitu,terimakasih banyak atas bantuannya"ucap ravindra tersenyum ramah,seraya berdiri.
"Tidak masalah,itu juga sudah menjadi kewajiban kita sebagai dokter melakukan yang terbaik untuk pasiennya"ucap dokter yang pertama kali merawat zaro,
"Saya permisi dulu,mau ke ruangan putra saya"ucap ravindra,
"Ouh iya,silahkan"ujar dokter itu.
Skip
Sore harinya,dua suster berada di ruangan zaro untuk mengganti perban yang ada dikepala dan tangan kiri zaro.
"Shh"desis zaro saat merasa dingin karena alcohol yang menyentuh luka dibagain tangannya.
"Tahan sebentar ya dek"ujar suster itu,memberikan luka zaro.
"Akhh,sakit"ringis zaro,ravindra yang berada disana pun mendekat kearah brankar.
"Shutt,tahan bentar"ucap ravindra menggenggam tangan kanan zaro,sembari mengelusnya.
"Sakit"lirih zaro,
"Dih,masa anak cowok cuman gitu aja sakit.Nih papi aja bahkan pernah lebih dari zaro"celetuk ravindra,membuat zaro menggerakkan kepalanya kearah suara ravindra.
"Lebih gimana?"ucap zaro penasaran,
Ravindra pun menceritakan pengalamannya selama masuk tni,dan itu membuat zaro lupa akan rasa sakitnya karena ia antusias dengan cerita papinya.
"Emang iya?"tanya zaro kaget,
"Iya lha,jadi tentara itu enggak mudah,butuh perjuangan dan tekad yang tinggi"ucap ravindra tersenyum tipis.
"Terus kenapa papi mau jadi tentara kalau gitu?"tanya zaro lagi,
"Ya karena panggilan"jawab ravindra santai,zaro yang mendengar itu mengeryitkan alisnya bingung.
"Sudah selesai"celetuk suster yang mengganti perban zaro.
"Ha?"cengo zaro,ravindra yang melihat itu menggempalkan tangannya.
"Tahan,anakmu masih sakit.Ntar nangis bahaya"batinnya gemas.
"Udah selesai adek ganti perban sama bersihin lukanya"jelas suster yang satunya.Zaro mengangguk kecil sembari tersenyum.
"Kita permisi dulu"pamit suster,setelah membereskan alat yang dipakai tadi.
"Iya silahkan"ucap ravindra dengan zaro yang mengangguk kecil seraya tersenyum ramah.
Setelah dua suster itu pergi,ravindra mengambil ponselnya di meja.
"Bentar,papi mau telfon mami dulu"ucap ravindra,
"Iya"balas zaro mengangguk kecil.
Saat mendengar pintu tertutup,zaro membaringkan badannya dan menghela nafas panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADEEN BONAVENTURA KEIZARO✔️
Teen FictionZaro,pemuda tampan dan menggemaskan.Ia harus kehilangan kasih sayang kedua orang tuanya,dan dengan spontan pergi meninggalkan mereka. Zaro hanya tak ingin merasa sakit lebih dalam. Ia tak ingin kembali pada kedua orangtuanya,yang mungkin sudah hidup...